17. Tengah Malam

539 51 3
                                    

Setelah kemarin bertemu dengan Lala, aku semakin bersemangat menjalani hari-hariku. Esoknya, di saat matahari sedang bersinar teriknya, seorang pria dengan semangat yang menggebu-gebu datang menghampiri Adellia yang sedang duduk santai bersamaku, di bangku gazebo kampus.

Tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba pria itu berceletuk, "Del, lo udah punya pacar belom?"

"Belum," jawab Adellia singkat tanpa memandang pria itu. Adellia malah memandangku dengan ekspresi datar.

Pria itu memandangku sesaat dan seketika dia mulai tersenyum layaknya sudah memenangkan suatu peperangan.

"Hari ini lo sibuk gak, Del?" tanyanya, "Aku ada tiket nonton, nih. Mau non— "

"Sorry, gue dah ada janji sama Rama buat nanti malam," potong Adellia.

Aku hanya bisa menahan tawa, sebab seingatku, aku tidak ada janji dengannya malam ini. Dimataku, itu hanyalah sebuah penolakan halus dari Adellia.

Tetapi pria itu masih saja bersikeras untuk mencoba. "Kalo gitu, besok kosong dong. Jalan bareng gua yuk?"

Adellia hanya diam tak menghiraukan ucapannya. Sepertinya Adel merasa risih dan tak tertarik dengan pria yang sangat percaya diri itu. Sebenarnya aku sudah sering melihat kejadian seperti ini terjadi kepada Adellia.

Para lelaki, baik itu yang bersifat pemalu ataupun yang langsung berterus terang, datang menemuinya dengan modus yang bermacam-macam. Beberapa dari mereka modusnya dengan memberi hadiah, ada juga yang menggunakan jurus sok kenal dan sok dekat alias SKSD, bahkan ada yang menggunakan bantuan teman-temannya agar tampak ramai saat ingin menembak Adellia. Mungkin dia berpikir kemungkinan diterimanya akan bakal lebih tinggi.

Malangnya, semua usaha mereka hanya berakhir sia-sia. Mereka justru harus menanggung malu, sebab Adellia menolak mereka secara terang-terangan. Aku hanya bisa merasa kasihan dan turut berduka atas usaha yang telah mereka kerahkan untuk mendapatkan hati Adellia. Termasuk dengan pria barusan yang sepertinya telah masuk daftar hitam di ingatan Adellia.

"Ram, pindah ke tempat lain yuk," ajak Adel karena merasa risih.

Aku hanya menatap pria itu dengan senyuman tipis, lalu berjalan mengikuti Adellia dari belakang. "Yuk, Del."

Pria itu hanya bisa diam di tempat yang semula, sepertinya kepercayaan dirinya mulai runtuh akibat respon dingin dari Adellia. Sebenarnya aku cukup heran mengapa Adellia menolak semua pria yang berusaha mendekatinya, karena tak jarang pria-pria yang mendekatinya itu merupakan pria populer dari seantero kampus. Memiliki status dan tampang yang diminati oleh wanita-wanita lain.

Selama ini, aku juga melihat Adel tak memiliki banyak teman, khususnya pria. Oleh sebab itu, orang-orang selalu bertanya kepadaku, bagaimana aku bisa dekat dengan Adellia yang terkenal dengan sifat dingin dan wajah datarnya. Aku pun hanya bisa menggelengkan kepalaku, karena aku juga tak tahu sebabnya.

<><><>

Suara kicauan burung beserta hembusan angin yang sejuk menaungi taman kampus. Kebetulan cuaca hari itu sedang bagus, cocok untuk bersantai ria serta menikmati suasana. Sejenak aku dan Adel bisa duduk rileks tanpa adanya gangguan di taman itu.

"Del, aku sebenarnya penasaran, kenapa nolak semua cowok yang pengen deketin kamu?" tanyaku dengan ekspresi bingung.

"Alasannya cuma dua doang kok Ram," ucapnya sambil tersenyum.

"Apa tuh, Del?"

"Yang pertama, karena aku gak tertarik sama sekali. Yang kedua, karena aku tau kalau beberapa dari mereka punya niat yang ga bener."

Awakening - Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang