40. Pengalaman Putra

437 44 1
                                    

"Ini alasannya kenapa saya nanya tentang ruangan kamar Bapak," ucapku dengan pelan.

"Selama ini Bapak ada ngerasa yang aneh dari hawa kamar itu, gak?" tanyaku untuk memastikan dugaanku.

"Sebenarnya hawanya terasa panas banget, Mas. Makanya kalo di kamar, saya harus hidupin AC sampe yang paling dingin. Udah gitu saya jadi susah tidur, sekalinya tidur malah jadi mimpi yang aneh-aneh terus," jawab Pak Agus.

"Kalo boleh tau, mimpi apa aja Pak?" tanyaku penasaran.

"Macam-macam, Mas. Mulai dari dikejar-kejar kerumunan mayat hidup, habis itu tiba-tiba berdiri sendirian di kuburan. Ada mimpi yang paling ngeri itu waktu ngeliat raksasa yang badannya penuh darah lagi makan potongan tubuh manusia, Mas. Sekarang aja saya bener-bener merinding kalo ingetnya, Mas." Pak Agus menjelaskannya lalu menunjukkan bulu kuduknya yang merinding.

Mendengar cerita dari Pak Agus, aku bisa menyimpulkan bahwa makhluk-makhluk yang bersimbah darah itu telah disuruh untuk menyusup ke alam mimpi untuk meneror Pak Agus.

Sepertinya mereka melakukan serangan lewat mental terlebih dahulu, setelah mental Pak Agus melemah, otomatis raganya juga akan terkena dampaknya. Jika sudah pada tahap itu, pihak dukun akan tinggal memberi sentuhan terakhir untuk mengeksekusinya.

Untungnya rencana busuk mereka telah kami ketahui. Jadi sekarang kami tinggal melacak keberadaan dukun itu untuk memberinya pelajaran. Supaya ke depannya dia tidak bisa lagi melanjutkan aksi busuknya.

"Ini barang-barangnya dibuang saja atau bagaimana mas?" tanya Pak Agus dengan ekspresi wajah yang bercampur rasa jijik dan takut.

"Tunggu dulu ya, Pak. Soalnya media ini bakal saya pake buat ngelacak dukunnya," jawab Putra.

"Oh baik, Mas. Saya bener-bener ga habis pikir, kok barang aneh gitu bisa muncul di rumah saya," ucap pak Agus dengan heran.

"Feeling saya sih, yang letakin bungkusan hitam itu pastinya orang yang dekat sama Bapak," ucapku layaknya alasan paranormal gadungan.

"Hmmm ... bisa dicari pelakunya gak, Mas? Saya penasaran banget sama orangnya," balas Pak Agus.

"Sebentar saya lacak dulu, Pak. Habis itu kirimannya saya balikin lagi, supaya mereka kapok," ucap Putra.

"Oke, Mas. Saya ngikut apa kata mas saja," balas Pak Agus.

Putra langsung mengambil posisi duduk bersila di lantai sambil mengatur ritme dari keluar dan masuk nafasnya. Setelah beberapa saat kemudian, akhirnya Putra memejamkan kedua matanya secara perlahan. Situasi menjadi terasa sangat hening dan tenang.

Selagi kami semua menunggu Putra bangun dan menceritakan hasilnya, aku tak lupa memanggil Lala untuk hadir di dekatku untuk siap siaga, jika seakan-akan terjadi serangan yang mendadak.

Setelah menunggu dalam kurun waktu 30 menit, akhirnya Putra membuka kedua matanya lalu menarik nafasnya dalam-dalam. Kami hanya bisa menunggunya siap untuk mulai membuka pembicaraan terlebih dahulu, oleh sebab itu kami mencoba untuk bersabar dan menahan keinginan kami untuk langsung bertanya.

"Saya berhasil ngelacak lokasi dukunnya, Pak. Untungnya, dia gak sadar akan keberadaan saya," ucap Putra setelah terdiam sejenak.

"Terus selanjutnya gimana, Mas?" tanya Pak Agus.

"Ini bungkusan hitamnya bakal saya bawa pulang dan akan saya proses di rumah, Pak. Jadi Bapak tinggal tunggu hasilnya aja," jawab Putra.

Awakening - Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang