8. Sebuah Awal

698 58 2
                                    

Aku terperanjat dan refleks menoleh ke belakang. Ternyata suara itu muncul dari sosok Adel yang sedang berdiri sambil memeluk beberapa buku. Sesaat aku melupakan keberadaan dari wanita yang berdiri di sudut ruangan itu.

Aku seketika terpana akan penampilan dari Adellia yang mengenakan kemeja dan celana jeans serba hitam. Perubahan yang paling mencolok darinya adalah rambutnya yang diikat dengan gaya kuncir kuda. Sejenak, aku tak bisa memalingkan pandanganku darinya.

"Ram, kamu dengar aku gak? halo?" tanya Adel sambil melambaikan tangannya didepan mataku.

"Eh ... iya, Del," jawabku gagap.

"Itu tuh, cewe yang lagi berdiri di sana. Kamu bisa ngeliatnya kan?" ucapnya sambil menunjuk ke arah sudut kelas.

Aku mengalihkan pandanganku ke arah sudut kelas dan melihat wanita itu masih tetap berdiam diri disana. Untung saja belum ada mahasiswa lain yang hadir selain aku dan Adel di kelas itu. Kalau tidak, pembicaraan itu pasti akan mengundang perhatian.

"Cewek itu manusia apa bukan sih, Del?" tanyaku untuk memastikan.

"Mana ada manusia pake daster gituan di kampus, Ram, hahaha."

Setelah mendengar ucapan Adel, aku akhirnya yakin kalau yang kulihat itu adalah makhluk halus. Dari karakteristik yang ditunjukkan, aku bisa menyimpulkan kalau dia adalah salah satu makhluk halus yang populer di kalangan masyarakat Indonesia. Benar sesuai dugaan kalian, dia adalah kuntilanak alias mbak kunti.

"Itu dia kok diam doang ya, Del? Apa dia tau kalo kita lagi ngeliatin dia?" tanyaku sembari mengelus bulu kudukku yang berdiri.

"Dia penunggu disini Ram. Mereka langsung tau kok, sama orang yang bisa lihat wujud mereka," jawab Adel. "Mau aku coba panggil kesini aja, Ram?"

"Eh jangan dong, Del. Dari jauh aja udah serem," jawabku cepat.

"Hahaha, bercanda doang Ram."

"Eh, bukannya kemarin kamu bilang gak bisa lihat mereka Ram? Kok sekarang kamu bisa lihat?" tanya Adel dengan bingung.

"Nanti semuanya aku ceritain habis kelas aja, Del." Aku pun mengambil posisi duduk jauh dari mbak kunti.

"Oh, oke deh Ram." Adellia pun mengikutiku dan duduk di bangku sebelahku.

Setelah menunggu sampai kisaran 5-10 menit, akhirnya dosen pun tiba dikelas. Saat kelas berlangsung, aku tak bisa fokus karena perhatianku terpecah oleh keberadaan kunti yang ada disudut ruangan. Sesekali aku memerhatikan ke arah sudut ruangan, karena penasaran apakah dia masih berada disana. Ternyata, si mbak kunti itu masih saja tetap diam disana bagaikan sebuah patung.

"Kita sudahi dulu pertemuan kali ini, sampai jumpa lagi di pertemuan berikutnya," ucap dosen sebagai kata penutup.

Setelah kelas berakhir, aku dan Adel langsung beranjak dari kursi lalu pergi keluar dari kelas. Baru saja keluar dari kelas, aku langsung disuguhi pemandangan yang sangat mengerikan. Di sepanjang lorong, bukan hanya satu atau dua makhluk halus, tapi ada segerombolan dari mereka yang sedang memandang kearahku. Rata-rata wajah dan tubuh mereka hancur dan berlumuran dengan darah. Begitu juga dengan posisi mereka, ada yang berdiri, duduk dan bahkan ada yang merangkak menempel dilangit-langit.

Aku terkejut setengah mati, badanku spontan gemetaran melihat penampakan mengerikan semacam itu. Refleks aku mengalihkan pandanganku menghadap ke lantai, lalu berbalik badan dan masuk kembali ke dalam ruangan kelas. Mahasiswa lainnya hanya menatap lagakku dengan bingung.

Seumur hidupku, baru kali itu aku melihat penampakan semengerikan itu. Mereka muncul dengan wujud yang berbagai jenis. Mulai dari wanita, pria, anak-anak, nenek-nenek, dan bahkan seperti hewan yang bentuknya tak beraturan pun muncul di lorong tersebut. Aku tak tahu apa sebenarnya yang terjadi di lorong itu, mengapa sampai ada sekumpulan makhluk halus yang bertengger disana.

Awakening - Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang