29. Tertawa Terbahak-bahak

411 41 2
                                    

Dalam beberapa saat, suasana kian menjadi hening. Tiada satu orang pun yang mengeluarkan suara. Hanya terdengar suara gemerisik daun dari angin yang berhembus di antara pepohonan. Hingga perlahan, Ilham mulai menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Melissa.

"Hubungan kita cuma kayak kakak sama adek doang, kok." Ilham lalu menatap Adellia sembari tersenyum lebar.

Secara spontan aku menoleh ke arah Adellia. Dari raut wajahnya dia terlihat senang, muncul senyuman kecil di ujung bibirnya. Sepertinya Adellia sangat percaya akan perkataan yang diucapkan oleh Ilham. Berbeda dengan diriku yang tak sepenuhnya percaya. Entah kenapa, aku merasa dia sedang bersandiwara saat menjawab pertanyaan dari Melissa.

Mungkin salah satu alasannya karena sikapnya yang dingin terhadapku. Jika dia memang menganggap Adellia sebagai adik, dia pastinya akan bersikap lebih ramah terhadapku yang akrab dengan adiknya. Sedangkan yang kurasakan, seperti ada hawa persaingan yang terjadi diantara kami berdua. Tapi itu hanya intuisiku saja, jadi aku hanya diam dan menyimpannya di dalam hati.

"Sekarang lo yang muter botolnya," ucap Riska mempersilakan Ilham.

"Oke," balasnya singkat lalu tanpa basa-basi langsung memutar botol di tengah.

Botol mulai berputar dengan cepat, sama halnya seperti jantungku yang berdegup dengan kencang. Aku hanya berharap agar ujung botol itu tak berhenti di arahku. Lama kelamaan, botol itu kian bergerak lambat, hingga akhirnya berhenti dan mengarah kepada Riska.

"Truth or Dare?" tanya Ilham.

"Truth," jawab Riska.

Tampak ekspresi wajah Ilham yang terkesan ragu dan bingung. Aku tak tahu jenis pertanyaan apa yang akan diajukannya, sebab aku belum mengenal sifat asli darinya. Aku hanya berharap pertanyaannya tidak berkaitan denganku.

"Di antara semua cowok di sini, apa ada salah satu cowok yang lo suka? Kalo ada, coba sebutin alasan kenapa lo suka sama dia," ucap Ilham.

Riska diam sejenak dan tampak ragu menjawab pertanyaan dari Ilham. Raut wajahnya tampak tersipu malu, hingga perlahan dia menoleh dan memandangku, lalu menjawab pertanyaan dari Ilham.

"Ada," jawab Riska pelan.

Thalia seketika heboh seraya berkata, "Cieeee ... siapa tuh, Ris? Kok lo ga pernah cerita ke gue, sih!"

"Ada, deh." Riska berusaha menahan senyumannya.

"Alasannya, mungkin karena gue ngerasa nyaman kalau dekat sama dia. Dia juga selalu ada di saat gue butuh bantuan. Gue bisa ngerasain dia itu orang yang bener-bener tulus. Pokoknya dia beda dari semua cowok yang pernah gue temuin selama ini," jelasnya perlahan sambil tersenyum malu.

"Wah, kayaknya gue mulai paham, nih." Thalia lalu melirikku dengan tatapan penuh arti.

"Gua gak nyangka bakal sampe seseru ini nih, haha." Ivan menimpalinya dengan sangat bersemangat.

Jessica juga ikut menyahut, "Gua jadi penasaran sama cowok yang dimaksud, nih."

"Udah ah! Gue puter ya botolnya," ucap Riska dengan cepat untuk mengalihkan perhatian karena merasa malu.

Dengan hati-hati, Riska memegang botol itu lalu memutarnya ujungnya. Tak lama kemudian, botol itu mulai berhenti dan ujungnya menunjuk ke arah Ivan.

Awakening - Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang