46|Jadi istriku ya, Hel. [END]

762 70 54
                                    

12 tahun kemudian.

Rahela Denasta sudah tumbuh menjadi wanita hebat. Kini dirinya bukan lagi gadis menyedihkan yang tidak berhasil lolos tes SBMPTN lagi. Kini Rahela sudah menjadi dokter spesialis anak di salah satu rumah sakit ternama yang ada di kota.

Wajah dan sifatnya sangat mirip dengan mendiang mama. Bahkan hampir tidak bisa dibedakan.

'Raheeell!' Teriak Hana dari ponselnya. Di sana terlihat Byan juga yang sedang mencoba untuk menampakkan diri di layar ponsel. 'Hel, apa kabar lo?' Tanya Byan.

"Baik, By. Lo sama Hana gimana?" Rahel tertawa bahagia melihat dua kawannya itu.

'Hana mau punya anak.' Celetuk Byan yang membuat dirinya dipukul oleh Hana. 'Kok dikasih tau sih, kan surprise.'

Lagi-lagi, Rahel hanya bisa tertawa. Terkadang, dua temannya ini membuat Rahel sangat iri. Kisah cinta mereka sangat indah. Berbeda dengan dirinya yang hingga kini masih terambang. Ia serasa diharuskan untuk menjaga hatinya dan tidak memulai kisah cinta. Tapi, untuk siapa ia menjaga hatipun, ia juga ragu.

'Hel, kok bengong?' Rahel tersadar setelah mendengar suara Byan.

"Eh, enggak kok."

'Hel, lo sama Agam gimana? Dia ada kabar apa nggak?' Tanya Byan tiba-tiba. Suasana berubah menjadi serius.

"Gue masih nunggu, By."

'Lo yakin mau nunggu Agam, Hel? Umur lo udah kepala tiga.' Hana ikut berbicara.

"Han, yang gue tunggu ini Agam loh, bukan orang lain. Kalian tau Agam, kan? Gue percaya kok sama Agam." Ucap Rahel yang sebenarnya berbanding terbalik dengan hatinya. Tidak, ia harus tetap yakin pada Agam.

Ia harus percaya dengan takdir indah Tuhan. Tak lama lagi, bisa saja minggu depan, atau mungkin lusa, kapan saja Tuhan bisa membawanya menuju Paris untuk menemui Agam. Tidak ada yang bisa menebak takdir Tuhan.

Rahel tersenyum getir. Hana yang menyadari itu segera mengubah topik pembicaraan. 'Nanti malem jadi ikut kan, Hel?' Tanyanya.

"Ikut. Eh, tapi kok gue baru tau ya ada restoran kaya gitu di deket toko bunga gue?"

Memang keseharian Rahel hanya bekerja di rumah sakit, lalu pulang untuk istirahat. Sesekali saat libur, ia pergi jalan-jalan dan mengunjungi toko bunganya. Kini toko bunga Rahel sudah tidak lagi di rumah. Ia sudah mampu membeli tanah dan menggaji dua karyawan untuk menjaga toko.

Wajar saja ia terkejut saat Hana mengajaknya makan malam di restoran mewah yang katanya baru dibuka di sebelah toko bunganya.

"Jadi, kok. Ini bentar lagi gue pulang trus siap-siap."

'Yaudah, dandan yang cantik. Siapa tau ada om-om yang kecantol sama lo, hahaha.'

"Dasar Byan, udah mau jadi papa juga."

Mereka tertawa bersama. 'Yaudah ya, Hel. Ntar kita jemput lo. Byee.'

"Byee."

Rahel menutup ponsel dan bersiap-siap untuk pulang.

Sesampainya di rumah, ia segera membersihkan diri dan sedikit memoleskan bedak di wajahnya yang terlihat polos. Ia juga memakai perona dan juga lipstik dengan warna almond pink itu. Tidak terlalu mencolok. Setidaknya ia tidak terlalu memalukan untuk datang ke restoran mewah itu.

Dari semua dress yang ia punya, hanya dress berwarna hitam itu yang cocok ia kenakan. Iya, dress hitam yang ia pakai saat merayakan ulang tahun ke tujuh belasnya dan Agam. Dress itu masih muat di tubuhnya.

always youWhere stories live. Discover now