26|Kita pacaran!

349 91 25
                                    

Lagi-lagi Agam tidak datang. Sampai malam inipun, Agam tidak pernah datang ke rumah Rahel. Martabak telur pesanan Rahel tidak pernah benar-benar sampai. Apakah Rahel marah? Tentu saja. Bukan karena ia tidak mendapat martabak, tetapi karena sejak hari itu, ia tidak pernah melihat Agam lagi.

Sudah beberapa kali ia menelpon Agam. Sudah berulang kali ia mengirim spamchat pada Agam. Sudah berkali-kali pula ia mendatangi rumah Agam. Tapi tidak ada respon sama sekali dari Agam. Sama sekali.

Agam tidak memblokir akun Rahel, Agam juga selalu membaca pesan dari Rahel. Tetapi tidak pernah sekalipun ia memberikan balasan.

Agam juga tidak menyuruh Bi Ani mengusir Rahel saat Rahel datang. Tapi Agam benar-benar tidak ada di rumah saat Rahel tiba.

Padahal, Rahel sangat ingin bertemu dengannya. Rahel sangat ingin bercerita dengannya. Rahel ingin jalan-jalan dengannya. Rahel sangat ingin memamerkan semua pencapaiannya kepada Agam. Bahwa saat ini, ia sudah semakin dekat dengan Bagaskara.

Rahel sangat ingin Agam tau tentang semua yang terjadi di hari-harinya.

°°°

Setelah sekian lama rusak, akhirnya mobil Rahel sudah berhasil dibenahi. Dan hari ini ia kembali mengendarai mobil ke sekolah.

"Byan!!" Ia langsung berlari saat melihat Byan, meninggalkan Cinta begitu saja. "By, udah delapan hari loh, lo yakin gak mau bilang dia di mana?"

"Sibuk banget sih lo ngurusin hidup orang."

"Emang dia pindah sekolah ya?" Byan tidak menjawab, tapi ia terlihat sedikit terkejut. "Beneran dia pindah sekolah?! Pindah ke mana, By?"

"Lo pikir aja sendiri. Cepetan ke kelas, hari ini bangkunya mau diacak lagi."

"Huh." Rahel sudah pasrah. Iapun mengikuti Byan masuk ke dalam kelas. Byan dan sekretaris segera mempersiapkan kertas untuk mengundi supaya nanti saat semua sudah datang, bisa langsung rolling.

Tiba-tiba sebuah ide terbesit di benak Rahel. "By, gimana kalo kita ambil sendiri nomor bangku yang bakal kita dudukin, jangan lo yang ngambilin, ntar lo curang."

Pendapat Rahel langsung disetujui oleh Acha. Gadis itu sudah trauma sekali duduk bersama Tama. "Iya tuh, setuju gue, jangan-jangan waktu itu lo curang ya ngacaknya? Bisa-bisanya gue duduk sama si Tama."

"Iya, By, kita ngambil sendiri aja."

Karena banyak yang memprotes, akhirnya Byan mengalah. Iapun mengubah metodenya. Kali ini semua siswa akan mengambil nomor bangku sendiri-sendiri. Rahel tertawa puas. Karena jika chemistry itu benar-benar ada, pasti nomor bangkunya dan Agam akan sama. Ya meskipun sekarang Agam sedang tidak masuk lagi dan tidak ada di sini.

Setelah semua mengambil nomor, sekretaris mencatat di papan tulis. Dan Rahel mendapat nomor bangku terakhir, bangku pojok tempatnya dan Agam dulu. Nah, tinggal dua siswa yang belum didata. Yaitu Tama dan Agam.

Dan bangku yang belum terisi penuh adalah bangku Rahel dan Hana.

"Tama berapa?" Tanya sekretaris.

Tama tampak diam sebentar sambil beradu pandang dengan Byan.

"Gue sama Rahel." Jawabnya yang tentu membuat Rahel sangat kecewa.

Lalu Byan mengambil nomor bangku terakhir untuk Agam. "Iya, Agam sama Hana." Ucapnya yang juga mengakhiri acara rolling pagi ini.

Berakhir sudah harapan Rahel. Ternyata semesta sudah tidak mau lagi memberi tempat untuknya dekat dengan Agam.

always youWhere stories live. Discover now