24|Beanie Hat

324 98 20
                                    

Matahari sudah mulai menyinari bumi lagi. Mengapa cepat sekali? Padahal Rahela masih belum siap menyambut hari senin lagi. Tetapi ia harus tetap pergi ke sekolah. Tidak mungkin sekali ia membolos hanya karena belum siap menyambut pagi. Dengan terpaksa, iapun bangun dari tempat tidur yang sudah seharian ia tiduri.

Semenjak pulang dari rumah Agam kemarin, Rahel hanya menghabiskan waktunya di atas kasur ini. Sambil menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi. "Aduh sakit banget pinggang gue." Keluhnya saat sudah benar-benar berdiri.

Tak lama kemudian, ia sudah siap dengan seragamnya. Lalu, ia memainkan ponselnya sebentar sembari membalas pesan dari teman-temannya yang mengucapkan ulang tahun untuknya kemarin. Ia juga sedang tidak mood makan, jadi, daripada ia mengganggu keluarga Bagas dan Cinta, makanya ia menunggu saja di rumah.

Beberapa saat kemudian, ia mengunci semua pintu dan menuju mobilnya. Tapi, aneh, mobilnya tidak bisa menyala, padahal ia sudah menstarternya beberapa kali. Iapun turun lagi dan mencoba untuk membenarkan mesin. 

Tapi sungguh, tidak ada yang salah. Rahel lumayan mengerti, namun, tidak ada yang rusak dari mesinnya. "Kak Hel! Kok lama banget sih?" Cinta datang dengan terengah-engah. "Ngapain lari sih, Ta?"

"Biar cepet aja. Eh, ayo berangkat, ntar telat lagi."

"Mobilnya gak bisa nyala."

"Yah gimana dong?" Cinta berpikir sejenak. "Yaudah bareng abang aja kalo gitu, ayo buruan." Cinta berlari lagi ke rumahnya, diikuti Rahel di belakang.

"Ngapain lo, Ta? Gak jadi berangkat?"

"Nebeng."

"Mobil gue rusak, Gas."

Bagas terpaku sejenak dengan gadis yang sedang terengah-engah itu. Dan tiba-tiba saja Bagas memasukkan motornya kembali, lalu menukarnya dengan mobil yang sebenarnya sangat jarang ia bawa ke sekolah. Mobilnya cukup besar. 

Cinta langsung masuk dan duduk di kursi tengah mobil. Rahel berniat ikut duduk di belakang bersama Cinta. "Lo pikir gue sopir? Salah satu duduk depanlah." Protes Bagas.

"Kak Hel aja, gue udah nempel ini." Akhirnya Rahel yang mengalah. Ia duduk di depan bersama Bagas. Canggung? Iyalah. Untung aja ada Cinta.

"Btw happy sweet seventeen ya, Kak Hel. Semoga apa yang diinginkan terwujud, Amin." Rahel mengaminkan doa Cinta lalu mengucapkan terima kasih. "Habede, Hel." Ucap Bagas singkat. Rahelpun mengucapkan terima kasih juga pada Bagas.

"Eh lo ke mana aja sih kemarin sehari gak ada kelihatan tuh batang hidung? Gue cari-cari lo tau, Kak."

"Di rumah aja kok, tidur, lagi gak enak badan."

"Oh. Eh iya, tadi gue bikin bekal spesial buat lo, ada di tas abang."

"Wah, makasih banget, Ta." Rahel ikut senang melihat Cinta yang terlihat sangat senang. "Di bagian mana, Gas? Biar gue ambil."

"Gak usah." Jawab Bagas segera. "Ada di dalem tas gue, susah ngeluarinnya, ntar siang gue anter ke kantin."

"Oh okee."

°°°

Huh, bosan. 

Ternyata Agam tidak masuk sekolah. Karena Rahel sangat bosan, ia bolos pelajaran dan tidur di perpustakaan. Saat bel istirahat berbunyi, ia segera menuju kantin. Maklum saja, ia belum makan sejak kemarin. 

Ia bergabung dengan teman-temannya, ada Acha, Hana, Byan, Tama, dan dua cowok lain yang tidak terlalu akrab dengannya. "Tujuh belas tahun mah bebas ya, Hel? Sok-sokan bolos di perpus." Cibir Tama. Sungguh mulutnya itu sudah terkontaminasi oleh Agam.

always youWhere stories live. Discover now