11|Lagu ulang tahun

556 229 61
                                    

"Diangkat." Bibir Agam bergerak mengisyaratkan bahwa telponnya telah diangkat oleh Parsya. Rahelpun mengacungkan kedua jempolnya dan menyuruh Agam untuk segera melancarkan aksinya. 

'Halo' Terdengar suara Parsya dari ponsel Agam yang sudah diloudspeaker. 

"Eh, halo juga, Sya."

'Kenapa, Kak? Tumben malem-malem telpon.'

"Langsung aja ya, lo mau gak jadi pacar gue?" Pernyataan Agam tersebut sontak membuat Rahel menatapnya dengan sangat terkejut. Bagaimana mungkin Agam menembak seorang perempuan secara frontal seperti itu. Harusnya kan lebih romantis, seperti ia menembak mantan-mantannya sebelumnya. 

Rahel menggeleng-gelengkan kepalanya dan menggerakkan kedua tangannya membentuk tanda silang. Rahel sudah pesimis sekali, ia yakin kali ini Agam akan mendapat penolakan. 

'Gue mau, Kak.' 

"Ditrima, Hel!!!" Agam berseru saking bahagianya, ia sampai lupa kalau masih ada Parsya di ujung sana. 'Halo, Kak. Kakak lagi sama siapa?'

"Eh, iya. Sorry, Sya. Ini lagi sama temen. Eh, jadi lo mau ya? Makasih ya, Sya. Mulai sekarang lo jadi pacar gue, hehehe."

'Hehe, iya, Kak. Gue juga makasih banyak.'

"Yaudah gue tutup dulu ya. Selamat malam pacar, hehehe."

'Malam, Kak.'

Agam menutup telpon dan kembali mengobrol dengan Rahel sambil menyelesaikan soal matematika yang sudah hampir terselesaikan. "Lo beneran seseneng itu ya waktu diterima cewek-cewek lo?" 

"Kenapa emang?"

"Ya seinget gue, lo gak pernah tuh sekali aja ditolak sama mereka. Gue pikir lo udah gak bakal se-excited itu."

Agam menghembuskan napas perlahan. "Ya sebenernya gak seseneng itu banget sih, Hel. Gue bakal seneng banget itu kalo udah diterima sama lo. Tapi gue harus tetep bersyukur aja sama seluruh pencapaian gue."

Pencapaian katanya. 

Memang terdengar remeh untuk Rahel. Namun benar adanya. Agam selalu menantikan hari di mana ia mendapatkan kata 'ya' dari mulut Rahel secara langsung.

°°°

Rahel mengipaskan tangannya sekali lagi. Udara sore ini sangat panas, padahal ia sedang duduk di bawah pohon beringin besar. Sesekali ia mengecek jam tangannya. 16.33. Tak terasa sudah cukup lama Rahel menunggu Cinta di sini. Tadi katanya Cinta sedang ada ekstrakulikuler, jadi mau tak mau, Rahel harus menunggu. 

Benarkan dugaan Rahel. Berbeda dengan dirinya yang introvert dan tidak memiliki banyak kegiatan juga teman, Cinta sangat ingin aktif di kegiatan sekolah. Bahkan Cinta telah mendaftarkan dirinya ke beberapa jenis ekstrakulikuler. Dan ternyata itu juga berimbas pada Rahel yang harus menunggunya. 

Tiba-tiba sebuah motor besar yang tidak asing lagi di matanya datang menghampiri. Seperti sore-sore biasanya, pemilik motor itu selalu membonceng seorang gadis yang sama. Siapa lagi jika bukan Bagas dan juga  Kanaya. 

"Hel, lo ngapain belum pulang?" Si empunya motor bertanya setelah membuka kaca helm full facenya. Rahel mengela napasnya kasar, seolah ia sengaja menunjukkan jika ia sedang merasa terganggu. Eits, tapi bukan terganggu dengan Bagas, bahkan ia sangat senang saat Bagas menghampirinya hari ini. Tetapi ia terganggu dengan perempuan yang duduk di jok belakang Bagas.

always youWhere stories live. Discover now