20|Ke Timezone🧡

357 122 21
                                    

Rahel melambaikan tangannya pada Cinta saat sampai di persimpangan koridor. "Bye, Kak Hel." Balas Cinta yang kemudian kembali berjalan. 

Begitupun dengan Rahel. Ia segera berjalan menuju kelas. Hari ini akan ada ulangan harian fisika di jam pelajaran pertama. Dan ia harus membujuk Tama supaya mau memberinya contekan. Kalau lupa, Tama itu teman sebangku Byan si ketua kelas sekaligus pacar Hana. 

Eh ada Agam, ucap Rahel dalam hati saat melihat Agam berjalan beberapa langkah di depannya. Lalu iapun berniat mengageti Agam. Ia mempercepat langkahnya, "DOORRR!"

"ANJIING BANGSAT!" Teriak Agam sambil memegangi dadanya. Ia rasa jantungnya hampir saja copot. Ia segera berbalik dan siap memarahi siapapun yang mengagetinya sepagi ini, "LO GILA YA?!"

Gadis tengil itu malah tertawa. "Hahhaa, Agam, Agam, emang bener orang kalo lagi kaget keliatan banget aslinya." Ia tertawa lagi, "Orang baik mah kalo kaget istighfar, bukan manggil sodaranya, Hahahaha" sambungnya.

"Bodoamatlah." Agam berlalu begitu saja meninggalkan Rahel yang masih terbahak-bahak. "Yah ngambek, tungguin woy!" Rahel mengejar Agam. 

Tapi Agam berjalan begitu cepat. "Gam, tungguin, gue mau ngomong." 

Agam sampai lebih dulu dan duduk di bangkunya, Rahelpun menyusul. "Gam, jangan ngambek dong, gak seru lo."

"Siapa yang ngambek?" Sela Agam cepat.

"Oh, gak ngambek. Berarti ntar malem ke timezone." Rahel tersenyum lebar hingga deretan giginya dapat terlihat. 

"Kok besok? Kan besok ulangan kimia, bego." 

"Ya kan lo bisa, Gam."

"Gue? Bisa? Bisa nyontek mah iya. Tapi harus nanti emangnya?"

"Ya kan jadwalnya nanti. Emangnya lo mau belajar?"

"Ya enggak sih, Hel. Ngapain gue belajar kimia? Gue mah udah bisa. Lo tuh harusnya belajar, kan lo begonya maksimal."

"Enak aja. Gak mau tau pokoknya nanti jam tujuh."

"Iya bawel."

°°°

Masih setengah tujuh malam, tetapi Rahel sudah siap. Ia duduk di teras rumah sambil mengayun-ayunkan kakinya. Rahel sudah tidak sabar untuk bermain. Wajar saja, Agam hanya mau menemaninya ke timezone dua atau tiga bulan sekali. Dan ia tidak punya teman lain yang bisa diajak.

Beberapa lama kemudian, Agam tiba dengan motor yang paling tidak Rahel suka. Rahel segera berlari mendekat sambil menahan amarahnya. Dan sebelum marahnya ia luapkan, Agam segera berbicara, "Motor varionya rusak, Hel. Akinya lupa gak diganti."

Membuat semua sumpah serapah Rahel gagal diluapkan. Dasar Agam. 

"Jadi gak nih?"

"Jadi dong!!" Seru Rahel kembali bersemangat. "Yaudah buruan naik, nih helm." Rahel menerima helm pemberian Agam dan segera memakainya, iapun naik dan mereka meluncur ke tempat tujuan. 

"Mallnya sepi banget tumben." Rahel sedikit heran melihat mall yang mereka kunjungi sepi. "Pada belajar kali orang-orang biar gak bego kayak lo." 

"Yeu dasar." 

Merekapun berjalan dan sampailah di timezone. Mata Rahel berbinar, bahkan ia sempat melompat saking senangnya. "Norak banget sih lo." Itulah yang Agam ucapkan saat melihat Rahel melompat. Padahal Rahel tidak norak, cuma kampungan saja, hahaha. 

"Gam sini duit." Rahel meminta uang pada Agam bak rentenir bank. Biasanya juga seperti ini. Mereka akan patungan untuk mengisi kartu. "Seratus kurang gak?" Tanya Agam yang sedang mengeluarkan uang dari dompet. 

"Ya ntar kalo kurang nambah lagi." Rahel merampas uang Agam. Lalu menambahi seratus ribu lagi. Jadi dua ratus ribu. Kemudian ia mengisi saldo kartunya dan sudah siap main.

Sudah seperti monyet yang menemukan habitatnya, Rahel berlari kesana-kemari sambil menarik-narik tangan Agam. Eits, bukan cuma Rahel yang suka bermain, tetapi Agam juga. Mereka mencoba hampir semua permainan. Tetapi hanya sebentar-sebentar saja. 

Waktu mereka lebih banyak dihabiskan untuk bermain permainan kesukaan Agam, yaitu screet basketball dan maximum tune. Juga di permainan kesukaan Rahel yaitu monster drop dan mesin pencapit boneka. 

Memang bodoh sih. Padahal Rahel tidak pernah sekalipun berhasil mendapatkan boneka, tetapi tetap saja mencoba. 

Mereka bermain bersama. Hingga lupa waktu dan tidak sadar telah menghabiskan banyak uang. Dan hampir setengah dari uang itu, mereka gunakan untuk bermain DDR atau Dance Dance Revolution.

"Gam, tinggal satu kali main nih."

"Yaudah ini yang terakhir ya, Hel." 

Akhirnya mereka nge-pump sekali lagi. Sebenarnya mereka berdua tidak pernah bisa menginjak kotak-kotak itu dengan benar. Tetapi bukannya itu yang membuat permainannya menyenangkan? Pikir mereka. Karena kalau mereka sudah ahli, pasti sangat membosankan. 

"Yes selesai!" Rahel berseru lagi untuk yang kesekian kalinya sembari menjabat tangan Agam seolah mereka telah berhasil menjadi kolega.

Mereka istirahat sebentar. Sudah pukul setengah sepuluh ternyata. "Rahel mau makan dulu nggak?"

"Terserah lo aja." Sayangnya perut Rahel tidak bisa berbohong. Suara keroncongannya terdengar sampai ke telinga Agam, dan akhirnya di sinilah mereka sekarang. Berdebat di depan kasir KFC. Karena apa?

Karena mereka berebut untuk membayar. 

"Gue aja yang bayar, Gam. Itung-itung buat bensin lo nganter gue."

"Gak mau, gue aja. Gue kan cowok, gue dong yang bayar. Biasanya orang pacaran gitu."

"Kita gak pacaran, Gam. Yaudah bayar sendiri-sendiri deh."

"Gak bisa! Gue yang bayar, kan tadi ngisi kartu yang terakhir pake uang lo."

"Yaudah deh, bayar sendiri aja kalo gitu, biar impas."

"Namanya gue utang sama lo. Kalo lo gak mau dibayarin gue, gue gak jadi makan."

"Shit. Yaudah deh sono bayarin."

Rahel mengalah. Okay, fine

Setelah selesai dengan seluk-beluk pembayaran, merekapun duduk untuk makan. Posisinya tidak berhadapan melainkan berdampingan. Tiba-tiba Rahel menaruh kulit ayamnya di makanan Agam. "Kenapa?"

"Lo kan suka kulit ayam."

"Lah, bukannya lo juga suka?"

"Suka sih, tapi buat lo aja, udah malem, lemaknya banyak."

"Aelah, Hel, bilang aja lo mau bales budi kan udah dibayarin makan?" Ucap Agam sambil mengembalikan kulit ayam tadi ke makanan Rahel.

"Udah buat lo aja." Rahel menaruh kembali di atas makanan Agam.

"Buat lo, Hel. Gausah sok-sokan ikhlas deh." 

"Gue ikhlas, Gam. Buat lo aja. Gue takut gendut."

"Lo tuh kurus kering, udah lo makan aja."

"Nggak, buat lo aja."

"Lo, Hel."

"Gam, buat lo."

"Lo."

"Lo aja."

....... 

💚💚💚


always youHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin