21|Lo suka Rahela?

382 117 24
                                    

Di Marja.

"Eh Byan, ke mana aja lo?" Tanya Satria yang baru saja tiba bersama Bagas. Byan yang kebetulan baru selesai bermain gamepun menanggapi kakak kelasnya itu.

"Yaelah, Sat. Ke mana gimana maksud lo, gue ya di sini-sini aja."

"Yah, By. Maksudnya lo ke mana aja gak pernah nongkrong?"

"Yaelah, Sat. Byan mah ke mana lagi, ya pacaran sama Hana lah." Celetuk seseorang yang merupakan teman sekelas Byan. Yang sontak mendapat umpatan dari Byan. Setelah puas mengumpat, ia kembali menanggapi Satria.

"Kenapa emang, kangen lo?"

"Jijik banget gue." Satria terkekeh sembari menoyor kepala Byan. Kemudian ia menengok kanan dan kiri seolah mencari sesuatu.

"Si knalpot ke mana? Kok tumben gak sama lo?" Satria bertanya lagi. Dengan bodohnya Byan menjawab, "Knalpot gue mah ya di motor, Sat. Ngapain gue bawa-bawa masuk?"

"Bego dipiara, maksud gue Agam. Ke mana aja dia kok lama gak ke sini?" Memang mulut Agam itu berisik seperti knalpot, maka tak heran Satria menjulukinya seperti itu.

"Oh, biasa, pacaran."

"Lah hebat bener, udah diterima aja dia sama Rahel, hahaha." Seseorang di belakang Byan menyahut. Membuat Bagas yang awalnya tak acuh, menjadi ikut menoleh.

"Ya elah, mana mungkin Rahel nerima orang kayak bekantan gituan. Pacar Agam itu namanya Parsya, anak kelas sepuluh." Byan menjelaskan. Sementara yang mendengarkan hanya mengangguk-angguk paham. Kecuali Bagas.

"Jadi Agam sama Rahel gak pacaran?" Bagas buka suara. Dan dijawab gelengan kepala oleh Byan. Tanpa sadar seutas senyum terukir di sudut bibirnya. Sangat tipis, mungkin tidak akan ada yang menyadarinya. 

Tapi sialnya, Satria sudah sangat mengenal Bagas. Ia hafal betul garis wajah Bagas. Iapun mendekati Bagas dan membisikkannya sesuatu, "Lo suka Rahela?"

Dan entah bagaimana, Bagas tersenyum. Ia yang seumur hidup belum pernah mengaku jatuh cinta, secara ajaib menjawab dengan tegas, "Iya."

°°°

Suasana kantin sudah mulai ramai. Banyak siswa berdatangan untuk menyantap makan siang, atau mungkin sarapan bagi yang belum sempat. 

Sama halnya dengan beberapa siswa yang duduk di bangku paling pojok. Mereka sedang menyantap makanannya sambil asyik mengobrol. Bukan mengobrol, lebih tepatnya menyumpah-serapahi ulangan harian kimia yang baru saja selesai dilakukan. Pelajaran kimia saja sudah cukup memusingkan kepala, apalagi jika gurunya killer.

"Anjing emang tuh guru. Pertanyaan susah bener kayak pertanyaan ahli kubur."

"Bener, Tama sampe gak bisa jawab, bingung gue harus nyontek siapa." Keluh Rahel. Yang diiyakan oleh Tama. Memang saat ulangan dan duduknya sesuai urutan absen, Rahel selalu duduk dengan Tama. Hal ini seperti anugerah untuk Rahel, namun lain hal jika bagi Tama. 

"Udah doain aja biar cepet masuk surga." Celetuk Agam. "Hush." Timpal Rahel segera. 

"Lah kenapa? Bagus dong gue doain masuk surga, apa salahnya?"

"Ya tapi gak cepet-cepet juga kali, Gam." Jelas Acha.

Mereka mengobrol dengan asyik. Dan sesekali menyuapkan makanan ke mulut masing-masing. Agam makan bergantian dengan Rahel, karena mereka memang hanya beli satu porsi makanan saja.

Sudah beberapa hari semenjak Bagas tidak mengantar bekal, mereka makan sepiring berdua. Eh tidak juga, meskipun Bagas mengantar bekal, Rahel tetap akan berbagi dengan Agam. Kan separuh dirinya itu adalah Agam. 

always youWhere stories live. Discover now