36|Lo bilang apa?

263 59 12
                                    

Hidup jauh dari Bagas ternyata tidak begitu pengaruh untuk Rahel. Bahkan, sepertinya, hidupnya menjadi tambah baik. Ia lebih sering menghabiskan waktu di kafe tempat Angga bekerja, juga belajar dan pergi jalan-jalan bersama Mita. 

Angga tidak pernah salah. Tebakannya mengenai Mita terbukti akurat. Mita sangat baik kepadanya, tidak pernah mengabaikannya sedikitpun. Ia selalu menemani Rahel kemanapun, kecuali jika Rahel meminta sendiri. Seperti saat ingin bicara berdua dengan Angga, atau saat Rahel diajak pergi oleh Hana, Byan, Acha, dan Tama.

Beberapa kali Rahel memang pergi dengan mereka. Tidak ada yang berubah dari mereka. Hanya saja Rahel merasa sedikit asing. Bagaimana tidak? Hana pacaran dengan Byan, sementara Acha sekarang menjadi pasangan Tama. Ah, rasanya berat tanpa Agam. 

Tuhkan, Agam lagi.

Ponsel Rahel berbunyi. "Eh bentar ya, Cinta telpon." Pamit Rahel pada Hana, Byan, Acha, dan Tama. Sekarang ini mereka sedang berkumpul di rumah Hana. Hari ini Hana ulang tahun, jadi Hana ingin mentraktir mereka makan. 

Hah, apa kabar dengan ulang tahun Rahel? Tentu, tanpa Agam, semuanya menjadi tidak seru.

'Halo, Kak Hel!' Cinta berteriak dari ujung sambungan telepon. 

"Halo, Ta. Lama banget gak telpon."

'Yaelah, Kak. Baru hari rabu gue telpon hahaha. Kangen ya lo?'

"Kangenlah. Bego kali gue gak kangen sama lo. Sepi, Ta, gak ada lo."

'Hahahaa. Emangnya Kak Agam gak pernah ngajak jalan lagi?' 

Rahel diam. Cinta yang sadar dirinya telah salah bicara menjadi sedikit bingung. 'Kak Hel?' 

"Eh, enggak, Ta. Dia mah udah ditelen laut."

'Yaudah kali, Kak. Kan lo ada abang, hehe.' 

"Hahaha." Rahel tertawa dengan terpaksa. Iyasih ada Bagas, pacarnya. Tapi seperti apa yang sudah Rahel prediksikan, Bagas itu bukan orang yang terlalu candu dengan media sosial, apalagi hanya untuk mengirim kabar pada Rahel. 

'SNM lo gimana, Kak? Aman?'

"Gak bisa ikut, Ta. Gak kepilih. Nilai rapot gue terlalu jelek." Memang benar. Rahel tidak bisa mengikuti SNM sebab nilainya kalah saing dengan teman-teman.

'Ya udah. Semangat SBM ya, Kak. Pokoknya lo harus berjuang dulu, hasilnya serahin sama Tuhan. Nanti libur gue ke sana kok, gue temenin lo belajar setiap hari.' 

"Beneran?"

'Heem.'

"Wah gue tunggu banget. Pasti semangat gue kalo ada lo, Ta. Bagas ikut?"

Cinta tidak segera menjawab, seperti sedang mencari jawaban yang sesuai. "Hm, kayaknya sih ikut. Ntar gue paksa deh. Udah dulu ya, Kak. Di rumah lagi ada temen, ntar gue telpon lagi. Byee."

Telpon ditutup sepihak oleh Cinta. Rahel mengendikkan bahu tidak terlalu peduli. Toh, yang penting Cinta ada untuknya. Masa bodoh dengan Bagas. 

"Hel! Pizzanya tinggal satu, gue makan ya?" Pekik Tama. Buru-buru Rahel berlari. "Enak aja! Gue belum ambil sama sekali, njing."

Sudah lari terburu-buru, ternyata pizzanya masih banyak. Dasar Tama bego, nyebelin!

°°°

Malamnya, Rahel mengerjakan tugas di kafe Angga. Sebenarnya jarak antara rumah dengan kafe itu cukup jauh. Tapi tidak masalah ia pulang malam, pasti nanti Angga mengantarnya pulang. 

always youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang