3|Agam Antonio

1K 422 166
                                    

Hari pertama dalam semester pertama Cinta di SMA. Hari yang sudah lama ditunggu oleh Cinta dan juga sudah disiapkan sebaik mungkin oleh Rahel.

Rahel sudah siap dengan seragam putih abu-abunya. Lalu, ia pergi ke rumah Cinta atau rumah Bagas untuk ikut sarapan bersama dengan Cinta, Bagas, ayah, dan juga bunda. Hal ini sudah biasa, sebab, di pagi hari, tidak ada siapapun di rumah Rahel yang bisa diajak sarapan.

Semenjak kejadian 4 tahun lalu, mama Rahel lebih sering menghabiskan waktunya di rumah sakit. Bahkan ia selalu bekerja pada shift malam setiap weekdays dan dilanjut buka praktek hingga siang hari. Namun, saat weekend, ia akan memperbanyak waktu di rumah. Rahelpun tidak mempermasalahkan itu, karena ia tau betul bagaimana hancurnya hati mamanya.

"Ta, udah belum? Kayaknya kita harus berangkat lebih pagi deh. Lo kan masih MOS, bisa gawat kalo telat." Ucap Rahel setelah menghabiskan nasi goreng buatan bunda. Cintapun segera menghabiskan tegukan terakhir susu vanilanya dan segera memakai sepatu. "Iya, Kak. Kakak panasin mobil dulu aja."

Rahel segera berpamitan dan berjalan menuju mobilnya. Mobil Rahel bukanlah mobil mahal dan mewah, ataupun mobil besar seperti milik keluarga Cinta. Mobil yang Rahel bawa adalah mobil yang dulunya sering digunakan Leo, mendiang kakaknya. Mobil Datsun Go Panca berwarna hitam, yang velgnya sudah dimodifikasi hingga mirip mobil balap.

"Bunda, ayah, Cinta berangkat dulu ya. Cinta duluan, Bang, sampai ketemu di sekolah." Cinta melambaikan tangan dan masuk ke mobil Rahel. "Hati-hati ya, Hel. Cinta obatnya jangan lupa. Jangan capek-capek ya, kalo ada apa-apa bunda dikabarin ya." Cinta hanya manggut-manggut menanggapi kekhawatiran bunda.

"Kita berangkat ya bunda, ayah. Gas, gue duluan. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Mobil Rahel meluncur, membelah jalanan kota yang belum terlalu ramai. Jarak rumah ke sekolah yang cukup jauh itu berhasil Rahel tempuh dalam 15 menit saja.

Rahel memasuki area parkir mobil yang letaknya di belakang gedung. Lumayan jauh karena hanya sedikit saja siswa yang mengendarai mobil. "Kiri, Kiri. Terus, mundur lagi. Nah pas, cukup." Tiba-tiba saja ada cowok yang memberi aba-aba kepada Rahel untuk menata parkir. Cowok itu mengacungkan jempolnya saat mobil Rahel berhasil terparkir dengan sempurna.

"Di sini ada murid yang kerja jadi tukang parkir juga ya?" Cinta bertanya saat Rahel sudah selesai memarkir mobil. Rahel memegang pelipisnya melihat tukang parkir abal-abal itu. Tukang parkir itu kemudian berjalan mendekati mobil Rahel dan membukakan pintu untuknya. "Selamat datang tuan putri." Rahel hanya meringis ke arah Cinta dan segera keluar. Rahel belum sempat bercerita banyak pada Cinta mengenai cowok itu. Agam Antonio.

"Jangan malu-maluin ih." Belum selesai Rahel bicara, Agam sudah memeluknya begitu erat. "Kangen banget sama Raheelll."

"Lepasin, bego. Inget lo ketua MOS hari ini, harus kelihatan keren." Rahel melepas paksa pelukan Agam. Lalu ia merapihkan kerah baju dan juga rambut Agam yang berantakan. "Yang rapih, biar gak malu-maluin gue."

"Hel, ada bidadari, Hel." Celetuk Agam tiba-tiba.

"Bidadari apaan anjing, gausah mengada-ngada."

"Di belakang lo." Rahel menengok. Yang dimaksud Agam adalah Cinta. Memang benar, wajah rupawan itu dapat diturunkan melalui gen ya, Cinta sangat terlihat manis dengan seragam itu, berbeda dengan dirinya yang buluk. Pasti Cinta akan memiliki banyak teman dan juga fans seperti Bagas. "Oh, Cinta. Itu yang namanya Cinta, adeknya Bagaskara. Ta, kenalin ini Agam, temen gue. Kebetulan dia ketua MOS hari ini. Kalo dia berani macem-macem sama lo laporin gue aja."

"Yaelah, Hel. Mana berani gue macem-macem sama bidadari." Agam beralih kepada Cinta dan mulai menyapanya.

"Oh ini yang namanya Kak Agam." Begitulah tanggapan Cinta.

"Iya, gue Agam. Pasti Rahel cerita banyak ya soal gue? Emang gitu dia mah, sok-sokan jahat aja kalo lagi sama gue." Agam memang mudah sekali mencari topik. "Nggak juga. Kak Rahel gak pernah cerita soal kakak, katanya gak penting. Tapi sering banget denger nama Kak Agam waktu Kak Rahel sama abang berantem, hehe." Cerocos Cinta.

Tuhkan, tebakan Rahel benar. Dengan gayanya yang menyenangkan dan tidak sungkan saat bertemu dengan orang baru seperti ini, pasti Cinta akan mempunyai banyak teman. Tidak seperti dirinya yang kaku.

"Udahlah, Ta. Si fakboy satu ini emang suka sok akrab, gausah ditanggepin. Pesen gue, lo gausah deket-deket sama spesies kayak dia."

"Jangan didengerin, Ta. Rahel mah cemburu aja kalo gue deket-deket cewek lain. Gue bukan fakboy, gue mah anak baik-baik."

"Udah, Ta. Gausah didengerin si buaya. Lapangannya di sana, lo mau gue temenin kesananya?"

"Nggak usah, Kak Hel. Gue kesana sendiri aja."

"Yaudah, hati-hati ya, kalo ada apa-apa bilang sama Agam aja, nanti biar Agam telpon gue. Gue ke kelas dulu ya, Ta." Cinta mengangguk dan tersenyum ramah. "Sorry ya, Ta. Gue belum bisa nganterin lo, harus ngawal tuan putri dulu soalnya, byee." Pamit Agam terburu-buru soalnya Rahel meninggalkannya.

Agam mempercepat langkah mengejar Rahel. Sementara Cinta segera menuju lapangan dan bersiap menghadapi hal baru di hidupnya. "Raheelll, tungguin bege."

"Lo gak bosen jadi temen gue?" Tanya Rahel tiba-tiba. Masih awal semester, tetapi mood Rahel sudah begitu buruk. Mungkin Rahel terlalu memikirkan kritik pedas dari Bagas mengenai pertemanan mereka. "Ada apa sih, Hel? Bahkan, kalo lo mau gue jadi pengawal lo pun, gue bakalan tetep bersedia." Agam bersungguh-sungguh dengan perkataannya. Semua kalimat mengenai Rahel yang keluar dari mulutnya tidak pernah main-main.

"Gue udah pernah bilang kan, Hel. Gue sayang banget sama lo.  Mungkin gue gak akan pernah bisa jadi pacar lo, tapi gue akan tetep ada buat lo, gue gak akan ngecewain lo, gue juga gak akan pernah pergi ninggalin lo, Hel." Rahel membeku mendengar kalimat indah itu. Agam tidak sesempurna Bagaskara yang berhasil mencuri hatinya sepenuhnya, tetapi Agam sangat indah. Dia baik, menyenangkan, dan juga dapat dipercaya.

Rahel harus memberikan tempat pada Agam, setidaknya sebagai sahabat. "Yaudah, Hel. Gue ngurusin MOS dulu ya, lo cepetan ke kelas cari bangku buat gue juga ya."

"Gam, titip Cinta ya, awasin dia kalo bisa, dia belum bener-bener sembuh soalnya." Agam mengangguk. Ia tau benar posisi Cinta di hidup Rahel. Bahkan menurut Rahel, Cinta jauh lebih berharga dibandingkan mamanya. Agam menepuk puncak kepala Rahel pelan, "Yaudah, semangat ya, Hel. Gausah sedih-sedih lagi. Semangat!"

"Oke, semangat!"

Merekapun akhirnya berpisah di ujung koridor. Rahel menuju kelas, sementara Agam melaksanakan tugasnya.

°°°

Bagas datang seperti biasanya, 10 menit sebelum jam pelajaran dimulai. Ia memarkir motor besarnya dan bergegas menuju koridor kelas 11 yang letaknya sangat jauh dari gedung tempat kelasnya berada. Tentu untuk menemui Rahel. Seperti biasa, Rahel selalu saja meninggalkan bekal makan siang yang sudah disiapkan bunda, dan selalu saja ia yang harus membawakannya.

"Rahel ada di dalem nggak?" Tanyanya pada cewek yang baru saja keluar dari kelas Rahel.

"Oh, ada kok, Kak, masuk aja." Bagas langsung masuk dan mengedarkan pandangan mencari cewek tengil itu. Tidak sulit mencari Rahel, karena tempatnya selalu ada di bangku pojok.

Nah itu dia, ia sedang berbincang dengan teman perempuannya. Bagas segera mendekat. "Rahel, gue boleh duduk di sebelah lo, nggak?" Teman perempuan Rahel itu bertanya dengan intonasi sedikit memohon. "Maaf ya, Acha. Gue duduknya sama Agam, lo duduk di tempat lain aja, ya. Nah ini di depan gue masih kosong."

Teman perempuan itu menghembuskan nafas, tampak sekali ia kecewa dan merasa sebal. "Yaudah deh." Kemudian ia pergi, di saat itulah Bagas mendekat. "Agam teroooss. Sekali-kali ganti temen ngapa sih, Hel." Rahel mendongak. "Loh, Gas. Ngapain?"

Bagas mengangkat tas bekal berwarna merah jambu itu dan meletakkannya di meja Rahel. "Makasih banyak ya, Gas. Sorry ngrepotin."

"Jangan duduk sama Agam lagi, anak perawan gak baik deket-deket sama cowok terus." Bagas berjalan gontai menjauhi meja Rahel, meninggalkannya dengan sejuta pernyataan yang tidak pernah bisa diungkapkan.

Tapi, Gas, gue udah cocok banget sama Agam, rahasia Agam udah jadi rahasia gue, dan rahasia gue juga udah jadi rahasia Agam.


💚💚💚

always youWhere stories live. Discover now