41|Maaf, Hel.

288 56 7
                                    

Sialan. Kenapa buku milik Bagas terbawa di mobil sih?! Tangan Rahel sangat gatal untuk tidak membuka. Terakhir kali ia membaca, Bagas melarang Rahel melanjutkan bab terakhir, sebab Rahel tidak boleh kecewa. Tapi, Bagas sendiri yang mengecewakan Rahel.

Bagas sudah membuat Rahel takut, dan kini Rahel sangat membenci Bagas.

"Ah udah buka aja, habis ini gue buang." Rahelpun membukanya. Tepat pada halaman pertama di bab terakhir.

Hel? Kamu sedang gak baik-baik aja? Kenapa? Kasih tau aku siapa yang buat kamu menangis, biar aku hajar habis-habisan.

"Lo, Gas. Lo yang bikin gue nangis, dasar manusia jahanam. Bego gue buang-buang waktu buat lo."

Tarik napas.

Padahal Rahel sedang sebal. Tapi kalimat ini seakan menghipnotisnya untuk mengikuti semuanya. Ia menarik napas.

Satu. Dua. Tiga. Lepas, Hel. Gimana lega nggak?

Rahel menggeleng.

Kalo belum lega, kamu ulangin lagi ya. Tiga sampai empat kali.

"Buang waktu anjing." Bodoh. Ia tetap mengikuti arahan Bagas. Gila memang.

Jangan nangis lagi ya, Hel. Terakhir kali aku lihat kamu nangis, hatiku sakit sekali. Maaf aku tidak bisa menemani kamu. Tapi aku janji bakal kasih pelajaran orang yang udah buat kamu sedih, yang udah buat kamu nangis karena merasa kecewa. Aku bakalan cari orang itu.

Aneh. Terakhir kali aku lihat kamu nangis? Pikiran Rahel terus tertuju ke situ. Sepertinya ini bukan dari Bagas. Penulisnya bukan Bagas.

Sekarang kamu udah besar. Udah punya SIM. Jadi, kalo sedih, pergi aja kemanapun yang kamu suka. Kan dari dulu kamu pengen banget jalan-jalan bawa mobil sendiri.

Ini Agam. Tidak ada orang lain yang mengetahui keinginannya sebaik Agam.

"Agam?"

Aku gak tau lagi gimana cara ngehibur kamu. Yang jelas, aku bakal kasih pelajaran orang yang jahat sama kamu. Maafin aku kalo banyak salah, aku cuma pengen bilang kalo kamu gak sendiri. Kamu punya aku yang selalu dukung kamu. Kalaau kamu kecewa, jangan lama-lama, Hel. Inget, aku juga bakal ikut kecewa kalo kamu kecewa. Selalu bahagia ya, Hel.

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca.

Rahel termenung. Ia tidak mengerti bagaimana ini bisa terjadi. Jadi hadiah ini dari Agam? Berarti yang selama ini teman baik Angga itu Agam?

Apa mungkin Angga?

Detik itu juga, Rahel yang pikirannya sangat kacau mengemudi menuju rumah Agam. Ia harus bertemu dengan Agam. Entah apa yang akan ia bicarakan nanti, yang jelas malam ini juga Rahel harus bertemu Agam.

Ia memencet bel pada pintu rumah Agam.

"Sebentar." Ada sahutan dari dalam yang diyakini Rahel adalah suara Bi Ani.

"Eh, Neng Rahel?" Bi Ani tampak terkejut. Tangan kirinya sedang memegang mangkok berisi air dan sebuah handuk kecil. Agam habis berantem? Pikir Rahel.

"Agam ada?"

Bi Ani mengangguk pelan. "Dia habis berantem ya?" Lagi-lagi Bi Ani hanya mengangguk.

"Bi Ani pulang aja, biar Rahel yang ngurusin Agam." Ucap Rahel datar sembari mengambil alih mangkok itu dari tangan Bi Ani.

always youWhere stories live. Discover now