27|Agam?

326 91 37
                                    

"Pada hari minggu kuturut Bagas ke kota. Mengendarai motor yang sangat cepat jalannya. Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk. Lah kok gitu sih suara motor. Bodo amatlah, yang penting naik motor Bagas." Dari pagi sampai malam tak henti-henti Rahel bersenandung.

Malam ini mereka berdua akan menonton Agam lomba. Rahel senang sekali sebab Bagas bilang, hari ini mereka akan naik motor. Motor yang selama ini hanya boleh dinaiki Bagas dan Kanaya.

Di sisi lain, Rahel juga sangat senang karena ia akan bertemu Agam. Padahal baru beberapa hari, rasanya sudah bertahun-tahun ia tidak melihat anjing itu.

Rahel sangat bingung memilih baju. Lemari miliknya hanya dipenuhi oleh kaos, hoodie, sweater, dan baju lain yang sepertinya tidak pantas untuk dipakai pergi bersama pacar.

Meski kini Bagas dan Rahel berangkat sekolah dan makan siang bersama di sekolah, tetap saja ini kali pertama mereka pergi setelah resmi berpacaran.

Akhirnya pilihannya jatuh pada celana jeans abu-abu tua, blus pink tipis bermotif bunga sakura, lalu ia balut lagi dengan outer lengan panjang berwarna dusty pink yang senada.

Tak lupa ia kenakan sneakers abu favoritnya dan juga tas lolipop untuk menyimpan barangnya. Oh ya, gelang berliontin kupu-kupu dari Bagas masih melekat indah di tangannya.

Setelah itu, Bagas datang. Tidak mau Bagas menunggu lama, Rahel segera ke luar. "Udah siap, Hel?"

"Udah." Jawabnya dengan semangat.

"Ya udah naik, tunggu apa lagi?"

Iyasih, Rahelpun juga tidak sabar naik. Tapi sepertinya ada yang terlewatkan. "Helmnya?" Rahel bertanya.

"Lo gak punya helm?"

"Punya sih, yaudah gue ambil dulu ya." Memang Rahel punya helm, namun biasanya saat ia dibonceng naik motor, Agam sudah membawakan helm, jadi ia tidak perlu repot. Tapi yasudahlah, inikan Bagas, bukan Agam.

"Udah siap dibonceng pacar?" Goda Bagas saat Rahel sudah naik.

"Apaan sih, Gas." Entah mengapa Rahel malu sendiri saat Bagas menyebutnya pacar. "Yaelah bisa blushing juga pacar gue, hahaha."

Hal ini tentu membuat Rahel semakin malu. "Apasih, Gas. Udah cepetan." Ia memukul pelan bahu Bagas. Keduanya tertawa sangat bahagia.

Bagaspun menjalankan motornya. Semakin lama, semakin cepat. Ini yang Rahel benci dari motor sport. Tapi kok kalo yang mbonceng pacar beda ya rasanya. "Baru kali ini gue dibonceng pacar." Ucapnya sembari mengeratkan pegangannya pada jaket Bagas.

Melihat Rahel tersenyum dari kaca spion, Bagas juga ikut tersenyum. Iapun baru kali ini membonceng seorang pacar.

Lalu lintas kota yang lumayan ramai, menyebabkan perjalanan mereka semakin lama. Ternyata, macet itu juga menyenangkan, kalau ditemani oleh orang tersayang.

°°°

"Ayo, Bagas, Agam sudah mau mulai." Rahel sudah tak sabar lagi menunggu Bagas memarkir. Nomor urut band Agam sudah dipanggil. Rahel yang tidak mau tertinggalpun berlari meninggalkan Bagas.

"Hel, tunggu, Hel." Rahel tidak menggubris. "Ah tuh cewek gak sabaran banget anjir."

Mau tak mau Bagas ikut berlari menyusul Rahel.

Lumayan sulit menemukan Rahel yang sudah tenggelam dalam lautan manusia itu. Tapi untung saja Rahel mengenakan warna baju yang cukup terang. Tas lolipopnya pun juga sedikit mencolok.

Gadis itu sudah berdiri di barisan paling depan. Ia hanya berdiri saja, diam. Tidak mengikuti alunan musik, maupun bersorak seperti yang lain. Wajar, ia tidak begitu menyukai hal-hal seperti itu.

always youWhere stories live. Discover now