"BUNDAA, SAKIT... BUNDAAA."

Rio meredakan tawanya sejenak. "Gimana? Enak nggak? Apakah ada sensasi gurihnya? Atau pedes? Atau malah keasinan?" Setelah itu kembali melanjutkan aksi tawa penuh ejekannya.

Tangis Reon semakin bertambah kencang.

Orang lagi kesakitan malah diketawain! Abang kira Eon makanan apa asin segala!

Rio meredakan tawanya.

"BUNDA... HUAAA."

Tak tega melihatnya, cowok itu beranjak dari ranjang. "Sini-sini adikku yang budiman." Ia meraih tubuh mungil Reon, beralih memangkunya dengan posisi duduk di sisi ranjang. "Makanya jangan bandel dibilangan. Katanya jagoan, gitu aja nangis."

Reon menggucek-ucek matanya dengan sesenggrukan. "Ab-abang... mau nggak... hiks."

Ucapan Reon berhasil membuat Rio menaikkan sebelah alisnya dengan bingung. Ia mendundukkan wajahnya, menatap Reon tak mengerti.

"Eon punya, hiks... banyak."

"Hah? Apaan?"

Dengan tidak tahu diri Reon menjawab tanpa ragu. "Ini... ingus Eon, buat Abang aja."

Detik itu juga, tubuh mungil Reon kembali bersilaturahmi mersra dengan lantai kamar Rio. Menambah kesan keromantisan karena lantai dan Reon tampak tak mau berjauh-jauhan.

"HUAAA BUNDA... ABANG NAKAL... SAKIT BUNDAA."

Ya, secara refleks, Rio kembali menjatuhkan tubuh Reon yang tidak tahu diri itu.

Hana tak kunjung muncul juga dari tadi, padahal suara Reon amatlah melengking di telinga semua orang. Dan sepertinya, orang tua mereka memang sedang sibuk mesra-mersaan layaknya Reon dengan lantai, membuat rasa iri dalam diri Rio mendadak muncul begitu saja.

***

Jika ada sebuah pertanyaan yang terlontar untuk kalian, manakah tempat yang paling kalian benci?

Bandara? Atau rumah sakit?

Tempat ramai yang dipenuhi lautan manusia dengan koper sebagai identitasnya. Tempat membahagiakan bagi mereka yang tak sabar meninggalkan negaranya demi bisa menikmati negara orang lain. Tempat mengerikan bagi mereka yang mau tak mau harus berdamai dengan jarak.

Dalam sudut pandang pemberangkatan, entah dalam porsi membahagiakan atau mengerikan, bandara adalah tempat yang melambangkan salam perpisahan.

Bandara adalah awal titik bermula, awal dimana jarak tercipta dan dibentang sedemikian rupa.

Bandara adalah tempat yang menggambarkan awal tanpa akhir.

Sementara rumah sakit. Siapa yang tak mengenal tempat dengan aroma tak sedap tersebut? Tempat yang berhasil menimbulkan tangis bahagia dan tangis penuh luka.

Tempat yang menggambarkan harapan.

Rumah sakit adalah proses harapan dimulai tanpa kepastian.

Luna tentu saja lebih membenci rumah sakit ketimbang bandara. Jarak yang tercipta di bandara dapat teratasi dengan mudah untuk mereka yang mengutamakan kesabaran.

Mungkin Luna memang terlihat liar, tapi ia tetaplah seorang wanita. Hatinya seperti kaca yang dapat tergores dan pecah dengan begitu mudah. Perasaannya begitu lembut layaknya sutra.

Tapi semua itu tertutupi oleh kelakuannya yang liar. Luna tahu jika tersembunyikan belum tentu menghilang.

Ada hal yang tidak Luna tahu sekarang. Apakah kecelakaan yang dialami Leo begitu parah?

 BLUE [Completed]Where stories live. Discover now