31. I lose You

78 10 0
                                    

Dikala pergimu, adalah lukaku.

***

Setelah memutuskan sambungan telepon, Rio beralih membuka gallerynya dengan bibir melukiskan senyuman. Ia memandang foto Luna yang diambilnya secara diam-diam.

Meskipun Luna bukan gadis feminim seperti kebanyakan cewek di luar sana, tapi Rio tidak bisa berbohong jika gadis dengan surai lurus itu tampak cantik bahkan tanpa perlu polesan make up sekalipun.

Luna itu apa adanya dan tidak mengada-ngada.

Luna tidak masuk dalam kriteria gadis yang ia damba, tapi gadis itu berhasil masuk dalam hatinya tanpa perlu memasuki kriteria yang sudah ia rancang.

Cowok itu merasa lega saat Helma tidak lagi berani menunjukkan wujudnya, tapi dia dengan tidak tahu diri terus saja menghubungi Rio. Membuatnya memblokir kontak tersebut dengan perasaan jengkel. Tidak jelaskan apa yang sudah Rio ucapkan kala itu? Tidak mengertikah dia jika Rio sudah memiliki Luna?

Tapi setidaknya Rio sudah membawa perubahan sedikit demi sedikit. Seperti Helma yang sudah tidak lagi muncul secara nyata, William yang mendadak mengucapkan kata maaf, Pamela yang sudah sedikit terbuka dan Darma yang mendadak kicep ketika adu mulut dengannya.

Tiba-tiba, ponsel yang sedang ia pegang terjatuh begitu saja. Terasa menyakitkan saat ponsel itu mendarat tepat di atas hidung mancungnya karena posisi cowok itu yang tengah berbaring santai di ranjang.

Rio meringis, lalu pandangannya jatuh pada Reon yang dengan tidak tahu diri tengah meloncat-loncat di atas kasurnya sembari ketawa-ketiwi macam orang gila.

Jika Rio tidak ingat hukum dan tidak ingat bahwa Reon adalah adiknya, mungkin bocah itu sudah ia bunuh sekarang juga.

"TURUN, NGGAK?!"

Dengan keringat bercucuran dan wajah bahagia, Reon menyahut tanpa dosa, "nggak mau! Enak banget, Bang. Eon kayak lagi naik pesawat!"

"Pesawat gundulmu..." Rio masih berusaha sabar. "TURUN!"

Bukannya menurut, Reon malah semakin asyik menikmati aksinya membuat Rio menggeram kesal. Sungguh, anak itu sangat mengganggunya.

Tadi tuyul itu menarik-narik ujung bajunya dengan kasar saat ia sedang melepas rindu dengan sang pacar. Sekarang kembali kumat, loncat-loncat tidak jelas di kamarnya. Lagi pula kemana perginya pawang tuyul tersebut? Ini sudah cukup malam, tapi kenapa Hana tidak mencari anak bungsunya itu dan menyuruhnya tidur?

Rio semakin curiga, mungkin saja Ayah dan Bundanya sedang mesra-mesraan dan melupakan tuyul peliharaannya begitu saja. Di saat mereka berdua bersenang-senang dan mabuk kasmaran, Rio malah dibuat tersiksa dengan kemunculan Reon.

Jika begini, kurang bahagia apa hidupnya ini?

"ARGHH!"

Cowok itu memekik saat Reon mendarat di atas tubuhnya. Reon terpental oleh loncatannya sendiri dan jatuh tepat di atas perut Rio.

Setelah membuatnya jengkel, membuat hidungnya nyut-nyutan dan sekarang berganti menimpa tubuhnya tanpa rasa bersalah? Hebat!

Jika Luna yang ada di posisi Reon sekarang, tentu saja itu sudah beda cerita.

"SAKIT, BEGO!"

Tak mau ambil resiko, Reon dengan tergesa segera menjauh dari tubuh Abangnya, wajahnya tampak panik. Seolah mendapat azab, bocah itu malah nyungslep saat berniat turun dari ranjang karena begitu terburu-buru.

"HUAAA... BUNDA...."

Rio menggeser tubuhnya, mengintip apakah yang sudah terjadi sampai-sampai membuat tuyul itu menangis dengan volume full. Bukannya membantu atau menenangkan Reon, Rio justru tertawa senang seolah tengah menyaksikan acara comedy yang menggelitik perut. "Sukurin! Makanya jangan suka ngeyel kalo dibilangan. Tau rasa, kan, Lo!" ucap cowok itu di sela-sela tawanya.

 BLUE [Completed]Where stories live. Discover now