39. Lunar

53 7 0
                                    

"Ayah!" Reon teriak entah dari arah mana.

Geralnd menoleh ke belakang, tapi tidak mendapati wujud anaknya yang menggemaskan dan menyebalkan dalam satu waktu. "Apa?" Beliau balas berteriak.

Malam hari, keluarga kecil itu memang selalu berkumpul di ruang tengah. Tapi terkadang tetap sibuk dengan urusan masing-masing.

Seperti Rio yang duduk di sebelah Geralnd dengan pandangan kosong.

Reon yang entah berada di bumi bagian mana.

Juga Hana yang sibuk di dapur. Menghitung berapa banyak toples kue buatannya dengan kebingungan, akan dikemanakan kue-kue tersebut. Inilah akibat jika Geralnd melarangnya membuat usaha kecil-kecilan. Tangan Hana memang selalu gatal jika tidak membuat kue satu hari saja.

Sepertinya hanya Geralnd yang selalu fokus dan menikmati waktu bersantainya di malam hari.

"Ayah, ini apa?" Reon datang dengan sesuatu di tangan mungilnya. Raut wajahnya tampak bingung dan penasaran.

"Heh!" Refleks, Geralnd memekik karena terkejut. "Balikin sana! Nanti Bunda ngomel," perintahnya begitu tegas. Tapi bukan Reon namanya jika ia tidak banyak tanya.

"Tapi, Ayah. Ini empuk-empuk. Apa ini kue kukus onlen?" Reon memandang satu bungkus pembalut di tangannya dengan seksama. Meneliti benda asing tersebut yang terlihat aneh.

"Reon! Balikin, jangan bikin orang naik darah ya kamu."

Reon mendonggak dengan mata bulatnya. "Emang darah bisa naik ya, Ayah? Naik ke mana?"

Sebelum Darma memberi peringatan, Hana sudah keburu datang.

"Bunda ini apa, sih?"

Hana membelalakkan matanya. "Reon! Dari mana kamu dapet itu, hah?! Balikin ke tempatnya!"

Rio yang tadinya tampak melamun, kini ikut menoleh setelah mendengar teriakan Hana.

Biar bagaimanapun juga, meskipun hanya di hadapan suami dan anak sulungnya. Hana tetap saja merasa malu, terlebih Hana hanya satu-satunya perempuan di rumah ini.

"Tapi ini —,"

"Balikin atau Bunda nggak mau kelonin kamu malam ini."

Reon menurut meski masih penasaran. Ia tidak mau jika harus tidur sendiri. Itu terlalu menyeramkan.

Hana menghembuskan nafas jengah. Sudah merasa bingung dengan kue-kuenya, sekarang malah anaknya yang satu itu bertingkah seakan terlahir tanpa akhlak. Memang anak jaman sekarang sering bolos saat jadwal pembagian akhlak.

Beliau lantas mendudukkan diri di tengah-tengah Geland dan Rio. Geralnd hanya menatapnya sekilas, sedangkan Rio kembali fokus ke depan. Seolah tengah menyaksikan tayangan telivisi, padahal sebenarnya cowok itu tengah melamun. Entah melamunkan apa.

"Anak kamu nggak ada akhlak," ucapnya seraya berbisik tepat di sebelah telinga Geralnd.

Geralnd menoleh dengan sebelah alis terangkat. "Rio is my son," jawab beliau dengan begitu enteng. Membuat tangan Hana memukul paha suaminya.

"Anak sendiri nggak diakuin!"

"Lalu situ enggak memang?" telak Geralnd membuat Hana bungkam.

Memang, ya. Tidak anak, tidak Bapak, sama-sama menyebalkan!

Hana beralih ke sisi kirinya. "Rio."

Tidak ada sahutan.

"Rio!"

Masih sama.

Aihh, memang semua anggota keluarga ini menyebalkan kuadrat. Kecuali Hana tentu saja. Saking geramnya, beliau mengeplak bahu anaknya. "Dipanggilin dari tadi!"

 BLUE [Completed]Where stories live. Discover now