3. Murid baru

183 57 5
                                    


Bertemu dengan Justin Bieber merupakan mimpi Luna yang sangat tinggi, kemungkinan terwujud sangatlah kecil.

Ia ingin sekali berfoto ria dengan Justin sepuasnya, memeluknya sangat erat atau bahkan menyanyikan lagu love yourself bersama —lagu Justin yang sangat Luna suka, memiliki judul yang bermakna. Mungkin bisa juga lagu yummy yang masih hangat-hangatnya. Ah, lagu Justin dengan judul apa pun Luna juga suka.

Luna juga sempat kaget saat mengetahui Justin mendadak menikah dengan Hailey Badwin. Tentu saja ia sangat patah hati, baru saja merasa senang karena sang pujaan hati telah putus dengan sang kekasih alias Selena. Ia kembali dihantam dengan batu yang berukuran lebih besar.

Seperti sekarang ini. Dengan perasaan tak percaya luar biasa, Luna berusaha meyakinkan diri jika memang seseorang yang berada di hadapannya adalah Justin yang tengah tersenyum lebar.

"Hello, sweetheart!"

Sapaan pertama itu membuat Luna serasa ingin terbang ke langit delapan belas. "This is like a dream," balas Luna dengan mata berkaca-kaca.

"This is not a dream, sweetheart. Are you happy now?"

"Im so happy! Very very happy. Im so nervous," jawabnya dengan bibir bergetar serta kekehan bahagia. "I your fans from Indonesia!" lanjut Luna dengan bangga.

Ia pikir Justin sama angkuhnya seperti berita-berita yang mengabarkan tentang keangkuhan Justin Bieber, tapi nyatanya dia justru sangat friendly. Membuat kebahagiaan Luna semakin bertambah saja dibuatnya.

Senyum Justin seakan sapaan yang sangat tulus, merasa senang bisa bertemu dengan salah satu fansnya. Membuat orang lain bahagia hanya karena hal sederhana.

"Wake up, Luna!"

"Luna!!"

"Heh, Luna!" Pamela terus saja mengguncang bahu anak gadisnya dengan kening berkerut.

Bagaimana tidak, anaknya yang satu itu tengah tidur sembari memeluk guling kesayangannya, tersenyum menjijikan dengan sudut mata berair.

"Luna! Kamu nggak mau sekolah, hah?"

Luna sedikit menggeliat. Menggerutkan kening dengan mata yang masih terpejam. Mengapa suara Justin berubah menjadi suara wanita? Apa itu suara Hailey yang berniat melabraknya?

Ia lalu membuka matanya secara perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Kerutan di keningnya semakin ketara saat ia mendapati wajah Mamanya. Apa Mamanya ini juga ingin bertemu dengan Justin? Ah, sudah tua saja banyakan gaya.

"Bangun!"

Luna lalu kembali membuka matanya. Kali ini berusaha menyadari suasana sekitar dan baru menyadari sesuatu, jika Justin mendadak menghilang tanpa pamit.

Ia berusaha menggumpulkan kesadarannya secara penuh dengan Pamela yang masih menatapnya garang. Beberapa detik kemudian, Luna baru sadar. Tidak ada Justin. Hanya ada dia, bersama kamarnya yang bernuansa biru langit. "Ini udah pagi Luna. Nanti kamu telat ke sekolah!"

Luna kembali memejamkan matanya. Ia yang baru saja bangun tidur tapi kenapa Mamanya yang mengigau? Ckck, aneh-aneh sama Mamanya ini. "Orang liburan ngapain ke sekolah sih, Ma? Emang Luna tukang kebun apa?"

"Kamu ini ya!" Pamela menarik Luna secara paksa. "Hari ini kamu udah sekolah!"

"Ahh, Mama masih ngantuk," renggek Luna saat Pamela menariknya untuk bangun.

"Nggak ada ngantuk-ngantukan, nggak ada tidur di kelas. Cepet mandi! Atau kamu mau kalau kamu telat dan Papa marah?" ancam Pamela membawa-bawa nama Darma, seakan tahu kelemahan anak gadisnya.

 BLUE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang