Part 24

186 26 4
                                    

Happy Reading ❤️

AUTHOR POV

"Kalian semua ngapain?" pertanyaan Rania seketika membuat keenam orang yang tadinya mengintip mulai gugup sendiri.

Keenam sahabat itu mulai menatap tajam seseorang yang menjadi dalang penyebab tercyduk nya mereka.

"Bukan gue yang teriak" elak Rafa saat melihat tatapan tajam sahabatnya.

"Nggak usah ngelak!"

"Kalian ngapain sih?" kini Kelvin yang bertanya, mengulang pertanyaan Rania tadi.

"Kita...kita--"

"Kita cuma numpang lewat! Iya gitu! Tadinya denger suara-suara, kita pikir itu suara gaib" alibi Dino yang sangat tidak masuk akal, membuat semua sahabatnya jengah.

"Sekali-sekali otak lo buat alasan yang bener napa sih!"

"Yeihh niat gue kan baik cuma mau nolong! Tuh salahin Rafa aja" kesal Dino saat mendengar omelan Rama.

"Jujur aja kenapa sih?" heran Kelvin melihat kelakuan teman-temannya.

"Tadi kita cuma numpang lewat kok, abis itu nggak sengaja liat kalian disini" sahut Vira yang dibalas anggukan oleh yang lainnya.

"Iya gitu"

"Balik sekarang nih?" tanya Rania yang dibalas gelengan tegas oleh Dino dan Rafa.

"Jangan, kita masih punya banyak waktu. Udah lanjut aja urusan kalian, kita mau cabut!" ujar Rafa.

"Bareng aja kalau gitu" sahut Rania.

"Jangan! Pisah aja, gue mau berduaan lagi sama bebeb Risa. Byee" Dino langsung menarik tangan Risa untuk pergi. 

Sedangkan yang lainnya kini sudah mulai berhamburan pergi meninggalkan Rania dan Kelvin.

"Mau balik sekarang?" tanya Rania.

Kelvin menggeleng, "Nanti aja," jawabnya.

Kini keadaan mulai hening, mereka berdua malah sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Ran,"

"Kenapa?"

"Boleh pinjem pangkuan lo sebentar? Gue mau tiduran" pinta Kelvin yang membuat Rania terdiam.

"Nggak boleh ya? Ya--"

"Boleh kok" sahut Rania dengan cepat.

Kelvin tersenyum, lalu menidurkan diri di pangkuan Rania sambil melihat pemandangan hamparan luas  danau di hadapannya.

"Nggak berat?" tanya Kelvin yang dibalas gelengan oleh Rania.

"Asal lo nyaman" sahut Rania.

"Dulu gue sering gini sama Rania, dan lo berhasil buat kenangan itu terulang lagi"

"Tapi lo nggak boleh sedih ya" pinta Rania.

Kelvin mengangguk, "Gue seneng, karena dikasi kesempatan buat ngulang ini lagi, walaupun sama orang yang berbeda"

"Gue bakal berusaha buat buka hati untuk Lo"

Kelvin tersenyum, menatap wajah Rania dengan lekat, "Makasi buat usaha lo"

****

Pukul 3 sore. Kelvin dan Rania baru saja sampai di Villa setelah berjalan-jalan dan mencari makan.

Tangan mereka saling menggenggam dan senyum saling melempar. Mereka bahagia.

"Ekhem! Ekhem! Ekhem! Ekhemm! Tiba-tiba batuk nih gue" Dino mulai batuk heboh, berusaha menyadarkan kedua orang yang baru saja lewat di hadapannya.

"Entar gue mintain obat batuk sama Vira" sahut Rafa yang masih fokus dengan handphone nya.

"Ish nggak bisa di ajak kerjasama Lo!" kesal Dino, lalu pandangannya beralih pada Kelvin dan Rania, "Darimana aja? Gue kira lupa jalan balik" ucapnya.

"Dari luar" jawab Kelvin polos, membuat Dino berusaha menahan diri untuk tidak menghujat.

"Istirahat sana, Ran. Pasti capek kan" ucap Kelvin yang langsung di balas anggukan oleh Rania.

"Lo juga, Vin" setelah mengucapkan itu, Rania langsung berjalan menuju kamarnya. Sedangkan Kelvin mulai berjalan menuju ke arah Dino dan Rafa yang sedang bermain catur.

"Yang udah official mah beda," goda Rafa.

"Belum njir!" sahut Kelvin cepat.

"Belum official aja udah gitu, gimana kalau udah yak"

"Bacot! Btw Rama mana?"

"Mancing sama Sintya, nyari makan buat kita-kita nanti malam. Mau manggang"

"Emang ada ikan?" tanya Kelvin.

"Ada lah ogeb! Ngapain? Mau kesana sama Rania?"

"Mau nya sih, cuma dia pasti capek" keluh Kelvin.

"Yaelah kayak nggak ada hari esok aja. Besok puas-puasin lo sama Rania sebelum balik" saran Dino.

"Yoii! Kesempatan nggak dateng dua kali bro! Gas aja"

****

Malam harinya, seperti rencana awal mereka. Mereka akan memanggang ikan sendiri agar semuanya lebih seru.

"Lo sama Rania manggang ya! Gue sama yang lain mau nyiapin minuman sama menu lainnya" ucap Rama lalu melangkah menuju ke dapur bersama dengan kelima sahabatnya, sedangkan Kelvin dan Rania kini sedang berada di halaman belakang untuk memanggang ikan.

"Banyak asap, Lo duduk aja"

Rania menggeleng, "Kita selesain bareng biar cepet"

Mereka pun mulai bekerja sama untuk memanggang, sedangkan Dino, Rama dan Rafa mengintip dari balik pintu.

"Udah dapet belum fotonya?" tanya Dino pada Rafa yang sedang membidik kameranya, guna memfoto kebersamaan Rania dan Kelvin.

"Sabar anjir! Kalau mau hasil yang bagus harus banyak waktu"

"Ngeles aja lo!"

"Nahh dapet!" Rafa dengan bangga menunjukkan foto yang ia ambil saat momen Kelvin memegang tangan Rania.

"Good! Simpen, Raf. Kumpulin sama foto di Danau tadi"

"Yoii!!"

"Ram!! Bantuin sini!! Jangan keluyuran!" Rama menepuk kening nya pelan saat suara toa milik kekasihnya memenuhi gendang telinganya.

"Gue kesana ya" pamit Rama dengan nada memelas.

Dino dan Rafa hanya terkekeh. Mau sejutek apapun sikap Rama, kalau sudah berurusan dengan Sintya maka akan sangat berbeda.

"Bucin mah beda" ejek Dino.

"Kak Dino! Buruan sini lo! Kerjaan banyak tau!" teriak Risa dari halaman depan, karena kesulitan membawa beberapa minuman dan snack.

"Gue cabut dulu" ucap Dino terburu-buru saat mendengar suara cintanya.

"Yaelah bucin teriak bucin" ledek Rafa sambil terkekeh.

"Kak," panggil Vira yang entah kapan sudah ada di belakang Rafa.

"Apa, sayang?"

"Bantuin nyusun makanan di meja yuk" ajak Vira dengan lembut.

"Siapp!"

Selesai..

Thank you for reading ❤️

Jadi gimana menurut kalian? Siapa yang paling bucin di antara mereka? Hehe.

Publish on
14 Mei 2020

Back in Love✔ [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang