Part 22

180 26 2
                                    

Happy Reading ❤️❤️

AUTHOR POV

"Dan gue rasa, orang itu cuma lo" lanjut Vira.

"Gue---"

"Gue nggak minta lo buat suka sama Kak Kelvin, tapi gue harap lo mau belajar buat suka sama dia, coba buat buka hati lo buat dia"

"Gue nggak yakin"

"Gue yakin lo bisa, tapi kalaupun nggak. Gue nggak akan maksa, Lo bebas milih siapapun, Ran" Vira melepas pelukannya dengan Rania.

"Gue emang nggak yakin, tapi gue bakal berusaha. Demi kalian"

****

"Gue mau udang, Raf ambilin dong!" suruh Dino yang kini sedang memakan ikannya.

Rafa mendengus kesal, "Banyak perintah emang lo" ucapnya, namun tetap mengambilkan sepiring udang yang ada di hadapannya untuk Dino.

"Nav, awas keselek duri" Rafa memberi peringatan, lalu dengan telaten menyisihkan duri ikan yang ada di piring Vira.

"Uhukk!! Uhukk!!" batuk Kelvin.

"Lo keselek? Tuh kan makanya hati-hati! Jangan asal makan!" cerocos Dino yang hanya dibalas lirikan tajam oleh Kelvin.

"Minum, Vin" tiba-tiba Rania yang duduk di sebelah Kelvin langsung menyodorkan nya segelas air.

"Eh--thanks ya" ucapnya.

"Besok kita kemana nih?" tanya Risa.

"Keliling disini aja, kan ada kebun teh tu. Gue udah nyewa sepeda buat kita-kita naikin" sahut Rama.

"Yess!"

"Besok pagi jam 7 ya, jangan telat bangun. Terutama lo" ucap Rama sambil melirik Dino.

"Iya tenang aja, gue bawa alarm" sahut Dino dengan santai.

Keesokan paginya mereka pun sudah berkumpul di depan Villa. Namun kini jumlah orang nya baru 6, sedangkan 2 orang lagi entah berada dimana.

"Tuh kan, apa gue bilang! Si Dino pasti ngaret lagi!" kesal Rama lalu melirik jam nya yang sudah menunjukkan pukul 07.26

"Sabar aelah, Ram. Tunggu bentar lagi" sahut Kelvin.

Tak lama kemudian Dino datang bersama dengan Risa di sebelahnya.

"Tukang ngaret dateng" sindir Rama yang hanya dibalas kekehan oleh Dino.

"Salah lo yang nggak bangunin gue lah" balasnya

"Lo aja yang tidur kek kebo!"

"Gue kemarin begadang karena Lo tidurnya ngorok!"

"Mana ada! Fitnah njir!"

"Lo kan tidur, jadi mana tau"

"Ba---"

"Udahlah nggak usah pada ribut! Udah telat nih" lerai Rafa yang kesal karena pagi ini sudah mendapat sarapan perdebatan sahabatnya.

"Nih Rama yang banyak bacot!" balas Dino.

"Mirror njir!"

"Yuk lah otw, tinggal aja mereka" ujar Rafa sambil menggandeng tangan Vira dengan lembut.

Sesampainya di dekat kebun teh, mata mereka berbinar melihat beberapa sepeda yang terparkir disana.

"Yeyy sepedaan!" sorak Sintya antusias, Rama yang berada di sebelahnya pun hanya tersenyum.

"Kita keliling-keliling sini aja ya, jangan jauh-jauh nanti nyasar. Bahaya" peringat Rama sambil menaiki sepedanya.

"Yuk naik, mumpung pas nih jumlah sepeda nya" ujar Dino lalu mulai menaiki sebuah sepeda.

Kelvin langsung memasang wajah kesalnya, "Mata lo buta? Pas darimana nya coba? Kita ber delapan sedangkan sepedanya cuma empat!"

"Nah itu udah pas" sahut Dino.

"Kurang empat lagi lah, goblok!" balas Kelvin kesal.

"Cukup, Vin! Kalau naik nya satu sepeda dua orang! Yang artinya kita saling boncengan" sahut Rafa yang kini sudah menaiki sepeda nya, disusul juga oleh Vira yang duduk di belakangnya.

"Boncengan? Terus gue sama siapa?" tanya Kelvin heran.

"Sama Rania lah! Masak sama gue!" balas Dino tidak selow.

"Serius?!"

"Serius lah Bambang!"

"Yuk jalan, mumpung udaranya masih sejuk" Rafa mulai mengayuh sepedanya, meninggalkan teman-temannya.

"Bye-bye. Gunakan kesempatan dengan sebaik-baiknya nya, Bro!" ucap Dino pada Kelvin, sedangkan Kelvin hanya mengernyitkan alisnya tanda bingung.

"Naik, Vin! Jangan bengong! Hutan nih, nanti kesambet bahaya!" ujar Sintya, "Jalan, Ram!" suruhnya pada Rama.

"Oke yang" balas Rama lalu mulai mengayuh sepedanya.

Kini di tempat ini, hanya tersisa dua insan manusia. Siapa lagi kalau bukan Kelvin dan Rania.

"Nunggu apalagi?" tanya Rania membuka suaranya.

"Hah?"

Rania berdecak sebal, "Ck! Ayo naik sepedanya, jangan buat waktu" ucap Rania.

"Iy--iya" mau tak mau Kelvin pun akhirnya mulai menaiki sepedanya.

"Gue naik ya?" tanya Rania yang hanya di balas anggukan oleh Kelvin.

"Yang lainnya mana?" tanya Rania karena tak melihat keberadaan satupun temannya.

"Paling udah duluan, kita kan ketinggalan jauh" sahut Kelvin, masih fokus mengayuh sepedanya.

"Lo sih lambat, ketinggalan kan jadinya!" kesal Rania.

Kelvin langsung terkekeh, "Gue kira lo nggak mau di bonceng sama gue" balasnya.

"Kalau nggak sama lo, gue sama siapa lagi emang?"

"Ya--iya sama--"

"Udahlah nggak usah di bahas" sela Rania.

Beberapa saat kemudian keadaan mulai hening, tak ada yang berniat ataupun berani untuk berusaha.

Kelvin yang merasa canggung pun langsung memutuskan untuk membuka suara, guna untuk mencairkan suasana.

"Ran,"

"Vin," panggil mereka secara bersamaan.

"Eh, lo aja deh" ucap Kelvin.

"Lo aja" suruh Rania balik.

"Maaf ya," pinta Kelvin.

Rania langsung mengernyitkan alisnya tanda tak mengerti, "Buat apa?" tanyanya.

"Kelakuan temen-temen gue, gue tau kalau mereka udah buat lo risih dengan deket-deketin kita. Jadi gue mewakili mereka mau minta maaf sama lo"

Selesaiii...

Thank you for reading guys❤️❤️

Publish on
12 Mei 2020

Back in Love✔ [COMPLETE]Where stories live. Discover now