Part 32

147 20 4
                                    

Happy Reading❤️

AUTHOR POV

"KELVIN?" ucap Rania heran saat melihat Kelvin yang kini sedang berdiri di depan pintu rumahnya dengan wajah yang.. hhm bisa Rania katakan sedang ada masalah.

"Lo ng---"

Deg..

Degg...

Belum saja Rania menyelesaikan kalimatnya, Kelvin sudah memberikannya sebuah pelukan.

"Lo...kenapa?" tanya Rania gugup, sambil menetralkan detak jantungnya.

Kelvin menggeleng dalam pelukan Rania, "Pinjem pelukan lo sebentar ya? Gue butuh"

Rania mau tak mau mengangguk, tak ingin menolak karena ia tau suasana hati Kelvin sedang kacau saat ini.

Cukup lama mereka berdiam dengan posisi seperti ini, sampai akhirnya Kelvin melepas pelukannya.

"Maaf dan..hm makasi" ucap Kelvin yang juga tak kalah gugup.

Rania tersenyum, lalu mengangguk, "Lo bisa cerita sama gue" ucapnya lembut.

Rania lalu menuntun Kelvin untuk menuju ke halaman belakang, dan langsung duduk di kursi yang berada disana.

"Jadi?" tanya Rania yang ingin mendengar permasalahan Kelvin.

"Papa gue keterlaluan banget" keluh Kelvin memulai ceritanya.

"Kenapa?"

"Gue di jodohin"

Rania tak bisa menyembunyikan raut kagetnya, "Sa--sama?"

"Adik kelas, namanya Alana"

Rania tercengang, merasa tak asing dengan nama tersebut. Kelvin yang melihat ekspresi Rania langsung meluruskannya.

"Alana, cewek yang jalan sama Pak Vano di toko kue itu" jawab Kelvin.

Rania langsung mengangguk, "Lo nggak suka kan sama dia?" tanya Rania dengan lirih.

Kelvin menggeleng, "Jelas nggak, dan dia juga nggak suka sama gue" jawab Kelvin.

Entah mengapa Rania merasa lega mendengarnya, sepertinya mulai tumbuh rasa takut kehilangan.

"Gue dan Alana udah sama-sama nolak, tapi Papa selalu nggak ngijinin. Gue sendiri bingung kenapa dia bisa ngebet gitu jodohin gue sama Alana"

"Terus sekarang gimana?"

Kelvin menggeleng, "Gue juga bingung, Papa terlalu keras kepala dan egois. Dia sama sekali nggak ngertiin perasaan gue, Ran"

"Mungkin aja Papa lo punya alasan lain kenapa dia milih Alana"

"Alasan apa sampai-sampai dia harus ngorbanin kebahagiaan anaknya sendiri" ujar Kelvin yang masih saja kesal dengan ulah Raditya.

"Apa lo nggak mau coba buka hati lo buat dia?" tanya Rania hati-hati, agar ucapannya tak membuat Kelvin tersinggung sedikitpun.

"Gue nggak mau ngelepas lo" jujurnya yang membuat Rania sedikit terkejut.

"Gara-gara gue?"

"Mungkin terdengar aneh, padahal kita baru aja kenal. Tapi emang gitu kenyataannya, gue nggak mau kehilangan lo, Ran"

Rania hanya terdiam, bingung akan menjawab apa tentang ungkapan perasaan Kelvin.

"Gue emang belum sepenuhnya cinta sama lo, tapi gue udah mulai ngerasa nggak mau kehilangan lo. Gue mau selalu sama lo, dan nyoba membangun cinta yang baru dengan lo"

"Vin...lo serius?"

"Terserah lo mau percaya atau nggak, tapi ini isi hati gue buat lo"

"Gue...mungkin perasaan gue juga nggak jauh kayak lo" jawab Rania, "Mungkin waktu yang bakal buat kita sama-sama sepenuhnya saling cinta" lanjutnya.

"Gue mau hubungan kita lebih dari ini, Ran. Tapi gue mau nya hubungan itu berubah saat kita bener-bener saling cinta. Lo keberatan?" tanya Kelvin.

Rania mengangguk, "Gue juga mau nya gitu, tapi Vin..."

"Tapi apa?"

"Lo beneran nolak perjodohan itu kan? Lo nggak akan suka kan sama Alana?"

Kelvin tersenyum, "Kenapa emang? Cemburu ya?" goda Kelvin yang merasa suasana hatinya mulai membaik.

"Kalau iya gimana?" jawaban penuh kegugupan itu membuat Kelvin merasa sangat bahagia.

"Lo percaya kan sama gue? Gue nggak akan tertarik sama Alana ataupun cewek lainnya" Kelvin lalu meraih tangan Rania dan menggenggamnya, "Sekali gue menempatkan hati gue sama lo, seterusnya bakal gitu" lanjutnya.

Rania tersenyum lega, "Gue udah percayain hati gue buat lo, jadi harus lo jaga baik-baik"

Kelvin tersenyum, "Bahkan hati gue juga udah gue kasi ke lo, makanya nggak ada sisa lagi buat Alana"

****

"Kania" Rania bisa melihat Kania yang berjalan ke arahnya dengan gaun putih indah yang melekat di tubuhnya.

"Gue kangen lo, banget" Rania langsung memeluk tubuh kakaknya, pelukan penuh kerinduan.

"Gue juga" jawab Kania, lalu pelukan mereka pun terlepas.

"Jaga Kelvin buat gue ya," pinta Kania.

"Pasti, sebisa gue"

"Lo harus tau gimana rapuhnya dia, dia butuh seseorang yang bisa selalu ada di samping dia karena gue udah nggak akan bisa lagi"

"Dia belum sepenuhnya cinta sama gue" balas Rania.

"Dia udah cinta sama lo, dia cuma butuh waktu buat ngeyakinin perasaanya ke lo"

Rania mengangguk, "Lo tenang aja, gue bakal jaga Kelvin, buat lo"

Kania tersenyum, lalu mengangguk, "Gue percaya sama lo, jangan sakiti dia ya. Cintai dia sama seperti gue dulu cinta sama dia" Rania mengangguk tanpa ragu.

"Gue harus pergi, Ran"

Rania menggeleng, "Jangan!" tegasnya.

"Gue lihat kalian dari sini, jadi bahagia selalu, gue sayang kalian" Kania melambaikan tangannya lalu berjalan menjauh meninggalkan Rania yang sudah menangis terisak.

"KANIA!!" teriak Rania saat dirinya baru saja terbangun dari mimpi tersebut.

Mimpi penuh makna dan juga terasa sangat nyata.

Selesai....

Thank you for reading ❤️

Jangan lupa vote part ini yaa guys..

Publish on
30 Mei 2020

Back in Love✔ [COMPLETE]Where stories live. Discover now