Part 61

141 15 0
                                    

Happy reading ❤️

Raditya berjalan tergesa-gesa di lorong rumah sakit, beberapa menit yang lalu ia menelpon Kelvin dan Kelvin mengatakan bahwa ia sedang di rumah sakit Kasih Bunda saat ini.

"Kelvin--" panggilan Raditya terhenti saat matanya menangkap sosok Kelvin yang sedang menangis di depan ruang UGD.

Bukan hanya Kelvin yang ada di sana. Revan, Reyhan, Rama, Dino bahkan Alana dan Vano pun ada di sana setelah mendengar kabar kecelakaan Rania.

"Buat apa Om ke sini?" Rama yang pertama menyadari sosok Raditya, membuat yang lainnya reflek menoleh ke arah Raditya yang sedang berdiri tak jauh dari mereka.

Rama menghampiri Raditya, Dino yang melihat itu juga ikut melangkah ke arah Papa dari sahabatnya itu.

"Udah sadar salah Om apa?" lagi-lagi pertanyaan dari Rama membuat Raditya bungkam.

"Bingung mau jawab apa?" tebak Rama yang seratus persen benar.

"Om pikir anak Om bakal bahagia karena ini?"

Dino menatap Rama, memberikan isyarat pada sahabatnya untuk diam

"Lo nyuruh gue diem? Di saat apa yang udah dia lakuin ke temen kita?"

"Buk---"

"Gimana bisa gue diem?! Inget, Din! Luka apa yang orang ini kasi ke anaknya sendiri!!"

"Dia bokapnya temen kita"

"Gue nggak bakal lupa! Cuma untuk kali ini dia bener-bener keterlaluan!" balas Rama.

Kelvin langsung bangkit, berjalan ke arah Raditya dan kedua sahabatnya dengan raut frustasi.

"Mau apalagi?" tanya Kelvin tanpa basa-basi saat berhadapan dengan Raditya.

"Papa minta maaf, bu---"

"Minta maaf? Percuma! Emang maaf Papa bakal buat Rania sembuh? Nggak, kan?!"

"Bukan Papa yang nabrak Rania" aku Raditya.

"Bukan Papa? Terus siapa? Mobilnya gerak sendiri?"

"Al---"

"Jangan ngelak Pah!"

"Vin, bukan Papa. Bukan Papa yang nabrak Rania, tapi Alexa! Papa udah ngelarang dia ta--"

"Kenapa Papa nggak cegah?! Papa pikir aku bakal percaya gitu aja?

"Tolong percaya, bukan Papa. Papa akui emang Papa satu mobil sama Alexa saat itu, tapi bukan Papa pelakunya!"

"Selamat! Papa udah berhasil bikin aku hancur malam ini" Kelvin berjalan menuju Revan yang sedang duduk dengan pandangan kosong, lalu berjongkok di hadapan Revan.

"Om, sekarang Om udah tau semuanya, kan? Keputusan ada di tangan Om. Saya tau Papa saya salah, saya minta maaf karena---"

"Nyawa anak saya lagi dalam bahaya! Kamu jangan harap saya bakal maafin Papa kamu! Liat! Dia yang bikin anak saya ada di dalam sana!!"

"Saya tau Papa saya emang bersalah, kalau Om memang mau membawanya ke jalur hukum, silahkan" ujar Kelvin lalu pergi meninggalkan semuanya.

Alana menatap Vano, "Kita harus ceritain semuanya," ujar Alana.

"Sekarang?" tanya Vano.

"Aku tau keadaannya emang nggak tepat, tapi gimanapun Kak Kelvin juga harus tau"

"Iya, kamu bener" Vano lalu menarik tangan Alana, mereka berdua memutuskan untuk menyusul Kelvin dan menceritakan semuanya.

"Kak Kelvin," panggil Alana, Kelvin yang sedang duduk di bangku taman pun langsung menoleh, namun tak menjawab.

Melihat hal itu, Alana langsung duduk di sebelah Kelvin, begitu juga dengan Vano.

"Gue mau cerita sesuatu"

"Please Lan, jangan sekarang" jawab Kelvin lirih. Bagaimana mungkin ia bisa mendengar cerita saat ini, di saat ia belum tau apapun tentang keadaan Rania.

"Gue tau ini nggak telat, tapi gimanapun juga lo harus tau, gue--"

"Besok aja, gue lagi pusing" lagi-lagi Kelvin tak ingin mendengarnya.

"Dengarkan Alana sebentar, ini penting juga buat kamu, Alana cuma mau bantu," Vano akhirnya angkat bicara.

"Ok," balas Kelvin pada akhirnya.

"Rania nggak cinta sama Pak Vano, dia cintanya sama lo, masih lo yang ada di hatinya dia."

Kelvin langsung menoleh ke arah Alana, "Maksudnya? Ini bohong, kan? Rania sendiri yang bilang kalau dia masih cinta sama Pak Vano."

"Lo di bohongin selama ini, Rania sengaja lepas lo karena paksaan bokap nyokap lo."

"Ceritain dari awal ke gue," pinta Kelvin, membuat Alana langsung mengangguk dan menceritakan semuanya pada Kelvin apa saja yang ia ketahui.

"Jadi dia putusin gue karena paksaan Papa dan Alexa?" tanya Kelvin sekali lagi, Alana hanya mengangguk.

Setelah mendengar cerita Alana tadi, rasa benci Kelvin pada Papanya kian bertambah, namun ia juga merasa senang dan lega karena nyatanya Rania tetap mencintainya, bukannya Vano.

"Terserah lo mau ambil tindakan apa, yang jelas Papa dan Mama lo udah keterlaluan banget, mereka yang buat hubungan lo sama Rania jadi gini."

"Ternyata mereka sumber masalahnya," desis Kelvin.

"Tapi lo juga jangan kasar sama orang tua lo Kak. Mereka emang salah, tapi gimanapun mereka tetap orang tua lo, jangan jadi anak durhaka ya, kalau bisa omongin baik-baik" saran Alana penuh pengertian, membuat Vano menatap Alana sambil tersenyum, tentunya tanpa Alana ketahui.

"Terus Pak Vano, nggak suka sama Rania, kan?" pertanyaan Kelvin membuat Vano yang tadinya sedang fokus memperhatikan Alana langsung tersentak.

"Udah nggak," jawab Vano, membuat hati Alana terasa lega, sangat lega.

"Sekarang lo udah tau yang sebenernya, Kak. Abis ini semuanya bakal baik-baik aja, semoga."

"Thanks banget, Lan. Lo udah bantu hubungan gue dan Rania banyak banget. Thanks" tanpa sadar Kelvin menyentuh tangan Alana, membuat Vano langsung geram melihatnya.

"Jangan sentuh!" Vano menyentak keras tangan Kelvin yang bersentuhan dengan tangan Alana.

"Eh?" kaget Kelvin dan Alana, lalu sedetik kemudian Kelvin tersenyum tipis.

"Iya, Pak. Mana berani saya ambil punya bapak." ujar Kelvin, sesaat ia mulai melupakan kesedihannya.

*****

"Vin! Lo dimana?" suara Rama terdengar di sebrang sana.

"Taman, sama Alana dan Pak Vano"

"Buru sini, Dokter udah ceritain semuanya keadaan tentang Rania"

Kelvin langsung membelalakkan matanya, "Kenapa lo baru ngasi tau?"

"Yang penting gue udah ngasi tau sekarang"

"Yaudah gue ke sana" ujar Kelvin dengan buru-buru dan langsung mematikan sambungan telfonnya.

"Kenapa?" tanya Alana.

"Kita masuk sekarang, Dokter yang nanganin Rania udah keluar"

Alana dan Vano mengangguk lalu buru-buru bangkit, mengikuti langkah Kelvin yang tergesa-gesa memasuki rumah sakit.

Sesampainya di depan ruang UGD, Kelvin bisa melihat Reyhan, Revan, Rama dan Dino. Ia juga melihat Vira dan Rafa yang sepertinya baru datang.

"Gimana?" tanya Kelvin, namun tak ada yang menjawab, semuanya diam, sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Ram, gimana?" Kelvin mendekat ke arah Rama dan bertanya.

"Lo yang sabar"

"Jangan buat panik!"

"Rania kritis."

Selesaiii..

Terimakasih telah membaca💕🥰

Publish on
25 Juli 2020

Back in Love✔ [COMPLETE]Where stories live. Discover now