Part 62

152 14 0
                                    

HAPPY READING GUYSS!!❤️

Kelvin duduk di kursi taman rumah sakit, sudah hampir seminggu kondisi Rania di nyatakan kritis dan dokter pun mengatakan bahwa Rania harus segera mendapatkan donor jantung.

Namun siapa yang mau dengan mudah mendonorkan jantungnya.

"Argh!! Kenapa jadi gini sih?!" Kelvin mengacak rambutnya frustasi.

"Gue nggak sanggup kalau kehilangan diaaa!!"

"Vin," Kelvin menoleh ke arah orang yang baru saja menepuk bahunya, ada Rafa yang kini duduk di sebelahnya.

"Gue tau keadaan lo lagi kacau, tapi lo nggak bisa gini terus, emang dengan lo gini, Rania bakal sembuh?" pertanyaan Rafa membuat Kelvin tetap terdiam, "Nggak, kan?" tanya Rafa kembali membuat Kelvin menggeleng.

"Nyari orang yang mau donorin jantungnya emang nggak gampang, tapi seenggaknya usaha dikit, kalau lo diem aja nggak akan ada yang berubah"

"Tapi gue harus gimana? Apa gue harus donorin jantung gue bu---"

"Bangsat! Jangan ngada-ngada lo!" Rafa terlebih dahulu menyela, tak ingin Kelvin mengatakan kalimat itu.

"Tapi lo tau Raf! Susah banget nyari orang yang mau jadi pendonor jantung, dan Rania perlu banget itu"

"Gue tau Vin! Gue tau banget! Tapi lo juga jangan gila! Cinta sih cinta, tapi nggak gini juga! Dengan lo nyerahin jantung lo buat dia, itu sama aja lo nyerahin hidup lo juga!"

"Raf, gue nggak ada pilihan" lirih Kelvin.

"Itu bukan pilihan! Gimana pun juga gue nggak bakal setuju lo lakuin itu, ada hal yang bisa lo lakuin, nggak harus nyerahin hidup lo, walaupun untuk orang yang lo cinta"

*****

Kelvin baru saja keluar dari ruangan salah satu dokter, ia terdiam sambil memegang sebuah amplop berlogo rumah sakit.

Ini adalah keputusan tersulit dalam hidupnya, namun Kelvin sudah bertekad untuk melakukan hal ini.

Demi Rania nya, Kelvin akan melakukan segalanya.

Lalu Kelvin pun memutuskan untuk masuk ke ruangan Rania dengan pakaian khusus, dirinya sangat ingin bertemu dengan Rania, walaupun Rania tak kunjung membuka matanya.

"Hai, gimana keadaan lo? Kenapa masih betah banget sih tidurnya?" tanya Kelvin lalu mengambil tangan kanan Rania yang terasa hangat.

"Bangun kek, nggak kangen ya sama gue? Sama Papa lo dan Kak Rey? Kita semua di sini kangen sama lo, tidurnya kelamaan sih"

"Ran, sakit banget ya jadi lo? Andai aja sakit lo bisa dibagi, gue siap kok!"

"Bangun, ya? Gue kangen lo yang bawel, bukannya yang sok tegar kayak waktu lo lepas gue karena suruhan Papa"

"Kalau lo bangun nanti, gue beliin bunga Lily deh, yang banyak bangettt!!!"

"Mau ya? Makanya cepet bangun"

Kelvin menghapus air matanya yang tiba-tiba menetes.

"Gue kangen," ujarnya, walaupun Kelvin tau kalau Rania tak akan pernah menjawabnya.

*****

Malam harinya, Kelvin duduk di rooftop rumah sakit, hampir seminggu ini Kelvin selalu berdiam diri di rumah sakit, ia kembali ke apartemen hanya saat mandi saja, setelah itu ia akan kembali lagi ke sini.

"Kelvin," Kelvin membalikkan tubuhnya, ia melihat Raditya yang sedang berdiri dengan penampilan tak kalah kacau darinya.

Kelvin menatap Raditya dengan tatapan datar, tak berniat sama sekali menjawab panggilan dari Papanya.

"Vin," Raditya kini sudah duduk di sebelah putranya, sudah beberapa hari ini Raditya berusaha meminta maaf pada Kelvin, namun Kelvin tak pernah meresponnya.

"Maafin Papa" ujar Raditya kembali.

"Udah berapa kali aku tanya, emang maaf Papa bisa bikin Rania sembuh?"

"Papa tau emang nggak, tapi Papa bener-bener minta maaf, tolong Vin"

"Papa udah resmi cerai dari Alexa tadi siang"

"Bagus" hanya itu respon Kelvin.

"Papa pilih kamu"

"Dulu waktu aku tanya gitu, Papa marah dan malah pergi, nggak malu Pa?"

"Maaf," hanya itu yang bisa Raditya katakan.

"Jangan minta maaf terus Pa" pinta Kelvin tanpa menoleh ke arah Raditya.

"Papa cuma mau minta maaf sama kamu, Papa udah bilang, kan kalau Alexa yang nabrak Rania bukannya Papa?" Papa capek Vin kamu giniin terus" ujar Raditya lelah dengan semuanya.

"Papa pikir aku nggak capek?" tanya Kelvin.

"Maafin Papa, apa itu sulit banget kamu lakuin?"

"Gimana bisa aku maafin Papa? Setelah banyak hal yang Papa lakuin ke Rania dan aku"

"Maaf, maaf, maaf, maaf Vin. Papa nggak tenang kamu giniin terus"

"Tolong, Vin. Papa tau maaf Papa nggak akan ngerubah apapun, tapi tolong sekali ini aja maafin Papa"

Raditya memeluk Kelvin, tanpa sadar air matanya menetes mengingat berapa banyak kesalahan yang telah ia lakukan pada putra tunggalnya ini.

"Maafin Papa, tolong. Papa bakal lakuin apa aja biar kamu mau maafin Papa, pukul Papa juga boleh, laporin Papa ke polisi juga"

Kelvin menggeleng, menahan air matanya yang sebentar lagi akan menetes keluar.

"Papa sayang sama kamu, sekarang Papa cuma punya kamu, jangan tinggalin Papa ya?"

Kelvin balas memeluk Raditya, seketika itu tangisnya pecah.

"Gimana bisa aku nggak maafin Papa? Papa orang tua aku kan? Aku pasti bakal maafin Papa, walaupun aku nggak pengin" balas Kelvin.

"Maafin Papa yang udah terlalu ikut campur urusan kamu, Papa bakal turutin kemauan kamu, kamu mau sama Rania juga Papa bakal kasi kalian restu"

Kelvin mengangguk, mengeratkan pelukannya pada Raditya.

"Maaf kalau selama ini Kelvin belum bisa jadi anak kebanggaan Papa, maaf kalau Kelvin belum bisa jadi anak yang baik buat Papa"

"Kamu udah jadi anak yang baik, Papa yang salah, Papa yang nggak bisa buat kamu bahagia, maafin Papa Vin"

Kelvin melepas pelukannya dengan Raditya, lalu melepas pelukannya.

"Kelvin sayang sama Papa dan Papa harus tau itu"

"Papa juga"

"Pa, Kelvin mau minta sesuatu sama Papa. Papa bakal kasi ijin, kan?"

"Apapun itu" jawab Raditya mantap.

"Kelvin mau kasi jantung Kelvin buat Rania, apa boleh?"

Selesaiiii....

Terima kasih telah membaca❤️

Untuk part berikutnya adalah ending part guys!!! Yeayy!

Jangan lupa kasi vote nya yaa, thank you 💕🥰

Publish on
30 Juli 2020

Back in Love✔ [COMPLETE]Where stories live. Discover now