Part 8

414 40 8
                                    

" Kamu datang membawakan kebahagiaan, dan aku harap seterusnya akan tetap seperti itu"

••••••

AUTHOR POV

NAVYRA pun mengangguk, membenarkan semuanya.

Rania mundur beberapa langkah, menjauhi vira. Ia sendiri bingung mengapa ia bisa tidak mengetahui semua ini?

Rania kemudian menatap Reyhan.

"Kak,"

"Iya Ran, itu mata Kania" jawab Reyhan. Rania menggelengkan kepalanya, tak percaya dengan semua ini.

"Kenapa bisa? dan kenapa kalian rahasiain ini dari aku?"

"Ini permintaan terakhirnya Kania, Ran. Dia mau donorin matanya untuk Vira dan kami semua sengaja rahasiain ini dari kamu biar kamu nggak tambah sedih" jelas Reyhan.

"Tapi sekarang aku udah tau" pandangan Rania beralih menatap Vira,"Gue nggak tau kenapa Kania malah donorin matanya ke lo" Vira hanya bisa diam.

Rania pun langsung pergi, tetapi Reyhan malah memanggilnya.

"Ran!! Tunggu!!"

"Apalagi Kak?"

"Kamu nggak boleh gitu, mereka kesini itu pengen ketemu sama kamu"

"Aku yang nggak mau ketemu mereka Kak!! Aku nggak mau ngeliat mata itu!! Suruh aja mereka pergi!"

"Kamu nggak boleh gitu Rania!!"

"Tujuan kalian dari awal nyembunyiin ini dari aku karena nggak mau aku sedih kan? Sekarang aku udah tau semuanya Kak! jadi apa kalian mau aku sedih dengan ngeliat mata itu lagi?!" mereka semua terdiam.

"Aku nggak mau ketemu mereka!" Rania langsung pergi, melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti tadi.

Vira berusaha menahan tangisnya, namun tetap saja tak bisa. ia pun terduduk di lantai, lalu menangis terisak.

Rafa yang melihat itupun langsung menghampiri Vira, membawa gadis itu ke dalam pelukannya.

"Aku juga nggak mau Kak! aku nggak mau dapetin mata ini! Lebih baik aku buta asal Kania tetap sama kita, dari pada aku bisa ngeliat saat Kania udah nggak ada disini lagi!"

"Aku nggak pengen jadi penyebab Kania meninggal!" ucap Vira yang masih berada di pelukan Rafa

Rafa melepas pelukannya, lalu menghapus air mata Vira.

"Bukan kamu penyebab Kania meninggal sayang. Kematian itu takdir dan nggak ada yang bisa mencegah itu!"

Kelvin langsung menghampiri Vira dan Rafa.

"Yang dibilang Rafa bener Vir" Kelvin beralih ke arah Rafa, "Raf, mending lo ajak Vira pergi dari sini, tenangin dia"

Rafa mengangguk, lalu mengajak Vira untuk keluar.

"Kak, maaf karena kedatangan kita Rania jadi tau semuanya" ucap Kelvin, Reyhan pun menggeleng.

"Cepat atau lambat Rania juga bakal tau ini. Kakak yang harusnya minta maaf ke kalian, maaf kalau kata-kata Rania sempat menyinggung kalian"

"Iya Kak. Makasi udah ngijinin kita untuk kesini. Kalau gitu Kelvin pamit dulu ya"

"Iya kalian hati-hati ya"

"Iya Kak. Makasi"

Setelah Kelvin pergi, Reyhan pun langsung menuju ke kamar Rania. Reyhan yakin bahwa adik perempuannya itu kini sedang menangis.

Dan benar saja, Rania sedang menangis di atas kasurnya sambil memegang foto Kania di tangannya.

"Ran?" panggil Reyhan.

"Kalian nggak berhak nyembunyiin ini dari aku!"

"Kakak tau kalau ini salah, tapi ini semua untuk kebaikan kamu"

"Kebaikan apa?! Kania itu saudari kandung aku Kak! Aku harusnya tau tentang ini"

"Maaf Ran, tapi dari awal Kakak dan Papa udah setuju kalau kamu nggak boleh tau dulu tentang ini"

"Terus sampai kapan kalian mau rahasiain ini dari aku?" Reyhan diam, tak bisa menjawab pertanyaan Rania, "Kalian nggak bakal bisa sembunyiin ini selamanya!"

"Kita bakal kasi tau di waktu yang tepat Ran, tapi kamu udah keburu tau tentang semuanya."

"Aku nggak percaya!"

"Please Ran"

"Tinggalin aku sendiri Kak."

"Tapi---"

"Please" Reyhan pun menghela nafasnya pasrah lalu keluar dari kamar Rania.

Setelah keluar dari kamar Rania. Reyhan pun menghubungi seseorang, berusaha meminta bantuan.

"Tolong lah, cuma lo yang bisa bujuk dia"

"..."

"Pokoknya secepatnya! lo buruan kesini!"

"..."

"Yaudah gue tunggu." Reyhan pun mematikan sambungan telponnya, ia berharap agar orang itu segera datang. Semoga saja.

******

Sedangkan di tempat lain Rania sedang menikmati matahari terbenam dari balkon kamarnya, itu memang hal sederhana yang sangat suka dilakukan oleh Rania.

"Matahari emang cantik, tapi lebih cantik lagi orang yang melihatnya" Rania menoleh ke belakang, melihat seorang laki-laki bertubuh tegap yang sedang tersenyum ke arahnya.

"Kakak udah tau semuanya, tentang masalah kamu" Rania pun mendekat ke arah laki-laki tersebut.

"Terus menurut Kakak aku harus gimana?" tanya Rania.

"Berdamai sama semuanya" ucapnya, "Dengerin Kakak Ran, semuanya udah terjadi dan nggak akan bisa kembali seperti semula lagi"

"Aku tau Kak, tapi aku masih tetap nggak terima sama keputusan Papa dan Kak Rey"

"Kamu nggak boleh gitu, Kakak yakin mereka berdua cuma mau jaga perasaan kamu" Rania terdiam, "Kamu tau kan gimana sayangnya mereka berdua sama kamu?" Rania mengangguk.

"Aku tau"

"Jadi kamu nggak boleh ngecewain mereka dengan cara kayak gini"

"Iya Kak"

"Jadi kamu udah maafin mereka kan?" Rania mengangguk sebagai jawaban.

"Tapi ada syaratnya" ucap Rania tiba-tiba

"Syarat apa?"

"Besok kita jalan" laki-laki itu hanya tersenyum.

"Oke, besok kita jalan"

"Yeyy makasi Kak Vano!"

Selesai untuk part ini

Thanks for reading all

Publish on
26 Oktober 2019

Back in Love✔ [COMPLETE]Where stories live. Discover now