Laras berusaha menelan makanannya yang ada dimulut dengan susah payah. Lalu kemudian dia berkata.

"Axel, apakah kau.. eum, masih marah pada mamih Kristal?"

Gerakkan menyuap Axel terhenti, dia mendongak. "Apa dia mengganggu mama lagi? apa yang telah dia lakukan pada mama?"

Laras menggeleng, "tidak. Mamih Kristal sudah meminta maaf pada mama. Dia menyesali semuanya dan dia juga bilang dia sangat terpukul saat ucapan itu terlontar dari mulut anaknya sendiri."

"Cih, Axel tidak percaya." Laras terkejut.

"Axel. Tidak boleh seperti itu. Bagaimanapun juga dia ibu sayang.."

Axel menggeleng, "Dia bukan ibuku. Karena tidak ada seorang ibu yang akan bertingkah seperti dia."

Laras meletakkan sendoknya, lalu tak lama dia melipat kedua tanganya. "tatap mama. Apa Axel pikir itu tidak akan terjadi pada mama? bagaimana jika sejak awal mama juga berniat jahat pada Axel? apa Axel masih akan bersikap manis dan menurut pada mama?"

Axel menunduk, "tidakkan? Lalu kenapa kau mengatakan hal itu." sambung Laras saat melihat keterdiaman anak itu.

"Axel, dengarkan mama. Apa kau tahu, bahwa sejak perkataanmu itu hati mamih Kristal sangat sedih. Dia sudah terpukul saat sebelum bertemu denganmu, dia menyadari akan kesalahannya karena harta dan kekuasaan sudah membutakkan mata batinnya." Laras menjedanya.

"--- Tapi sejak perkataanmu di kedai es krim, dia semakin merasa bersalah. Bukan hanya dihadapan mama tapi juga padamu. Dia sudah sangat menyesalinya. Tapi kini itu sudah menjadi masa lalu, mama pun juga sudah memaafkan mamih Kristal. Jadi sekarang saatnya, maukan Axel memaafkan mamih Kristal sekali ini saja?"

Axel terdiam, dia tampak berpikir sejenak. "Apa itu betul?"

"Ya, itu benar. Kalau kau tidak percaya kau boleh menelepon dia." Axel tampak menimang-nimang sejenak.

Sebelum akhirnya dia menarik napasnya dalam, "Baiklah, ayo kita hubungi dia."

Laras tersenyum bahagia, "ini, telepon mamih Kristal menggunakan ponsel mama."

Tut.. tut... tut...

Sambungan terdengar, hingga tak lama suara Kristal terdengar.

"Halo Yas, ada apa telepon pagi-pagi?"
Axel masih diam, Laras mengangguk memintanya untuk bersuara.

"Halo.. Laras.."

"H-hai.. mamih.."

Kristal terkejut, "A-axel.. Axel putra mamih."

"Eum.. ini Axel mamih."

"Hah! ya Tuhan, Axel.. Akhirnya mamih bisa mendengar suara mu nak. Bagaimana keadaanmu di sekolah? apa kau bisa beradaptasi dengan baik? Hiks.."

"Eum.. Axel, baik-baik aja mih di sini. Mamih lagi apa?"

"Mamih lagi-- sayang siapa yang menelepon?" Suara Vero yang tiba-tiba terdengar dari sebrang sana.

"Ini Axel, Ver. Putraku. Oh sungguh!"

Axel hanya diam mendengarkan sang mamih yang sedang berbicara dengan paman Vero.

"Axel, kau sedang apa sayang?"

"Axel sedang makan siang bersama dengan mama Laras."

"Oh, benarkah.. pasti enak ya masakan buatan mama Laras. Engga kaya mamih, suka keasinan hehe.."

"Hehe, iya.. Mamih, bolehkan aku bicara dengan papih Vero?"

Lagi, lagi Kristal dibuat terkejut. "apa sayang? kau bilang apa tadi?"

"Kau mau bicara dengan papih Vero sebentar."

"Sayang, kemari.. Vero.. Axel ingin bicara dengan mu, dia menyebutmu dengan sebutan Papih bukan paman lagi... oh, sungguh!"

"Halo.. Axel, ada apa nak?"

"Halo juga pa-papih Vero.."

"Akhirnya, aku diakui olehmu.. ya, ada apa?"

"Maafin Axel ya, kalau selama ini gak pernah manggil papih Vero dengan panggilan papih."

"Tidak apa-apa sayang.. Papih tidak akan pernah memaksa, karena papih tau itu pasti sangat sulit. Bagaimana dengan Axel, apa tinggal di London sangat menyenangkan?"

"Tidak. di sini, tidak enak. Aku kesepian."

"Eoh.. kasihan, mau mami jenguk bersama mamih dan adik barumu?"

"Apa!? adik?" Axel menatap Laras.

Sedangkan Laras tersenyum kikuk, lalu tak lama dia mengangkat kedua bahunya.

"Ya, adik barumu. Apa daddymu tidak memberitahukan mu soal itu?"

"Tidak.."

"Hah, Xavier memang payah. Keterlaluan dia." kini Kristal menyambar.

"Jadi aku akan punya dua orang adik?"

"Ya, kau benar sayang. Maka itu cepatlah kembali, karena kedua adikmu pasti sangat ingin bermain denganmu."

"Eum.. baiklah papih. Pih, sudah dulu ya teleponannya. Nanti kita sambung lagi, salam ya buat mamih dan adik bayiku."

"Oh, baiklah.. kau juga harus jaga kesehatanmu okey."

"Eum.. bye.."

Bip~

Sambungan terputus, Laras menatap Axel penuh tanya. "Ada apa? apakah kau mendapatkan kabar baik lagi hari ini?"

Tanya Laras sambil menyimpan kembali ponselnya. Axel mencebikkan bibirnya, "kenapa kau cemberut?"

"Kalian jahat." Laras terkejut.

"Hah, siapa jahat."

"Mamih Kristal, dan Mama Laras." Laras menyerit.

Dia menerjap, "jahat kenapa?"

"Karena kalian gak mau kasih kabar bahagia ini lebih dulu.."

Laras tertawa, "yang penting sekarang kau sudah tau, langsung dari kami. Benarkan?"

Axel menyilangkan tangannya, "tetap saja."

Melihat Axel merajuk, sebuah ide jahil terlintas dikepalanya. Laras bangkit dari posisinya, lalu dengan cepat dia menggendong dan membawa tubuh Axel ke arah sofa untuk digelitiki olehnya.

"Hahaha.. ampun mama, ini geli.." Laras kembali menggelitiki disekitaran perut Axel.

"Masih berani merajuk!"

Axel menggeleng, "tidak! tidak.. hahaha... sudah hentikan..."

#Flashback off

#Flashback off

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yaey.. finish, sisa epiloge.. bye..

30 days to be wife (new version)✔Where stories live. Discover now