34

1.1K 122 24
                                    

Setelah menyelimuti tubuh Laras, Erlangga menatap kembali pintu kamar inap Laras. Dia beranjak, dan keluar dari sana.

Saat dia membuka pintu kamar inap tersebut, dia melihat Xavier yang sepertinya dia baru saja menyelap air matanya. Erlangga menarik tangan Xavier untuk menjauh dari sana.

Lalu kemudian pria itu menghempaskan tubuh Xavier.Namun tak lama dia menarik kerah kemeja Xavier.

"Untuk apa kau datang? apa lagi yang mau kau lakukan padanya?"

Xavier berusaha melepaskan cengkraman Erlangga, "Aku datang karena ingin minta maaf padanya."

"Maaf mu tidak akan pernah dia terima. Kau tahu itu!"

Xavier bersmirk, "Ya, aku tahu. Tapi aku hanya ingin minta maaf dan menyelamatkan anakku."

"Haha.. apa kau bilang? Laras sedang hamil anakmu?" Erlangga tertawa sumbang. "Aku tegaskan padamu. Laras sedang tidak mengandung anakmu. Tapi dia sedang mengandung anakku."

Xavier terkekeh, "Berhentilah membual! Aku mendengar semua, usianya baru dua minggu. Sejak dia pergi dari rumah ku, dia sudah mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur. Itu sebabnya benih ku tumbuh di dalam rahimnya. Dan kalau kau mau tahu, anak itu aku buat saat setelah kau pergi berkencan bersamanya."

Bugh!

Erlangga mendaratkan tinjuannya. Dia kesal, bahkan sangat marah. Bagaimana bisa pria itu mengatakan hal menjijikan. Selain itu amarahnya memuncak karena Xavier telah menyentuh Larasnya. Dia tidak terima.

"Haha.. ya, aku memang pantas mendapatkan pukulan darimu." Xavier kembali tertawa mengenaskan.

Erlangga kembali menarik kerah kemejanya untuk bangkit, "Kau bukan manusia! Kau hanya pria brengsek! dan Laras tidak pantas untukmu!"

Tap!

Ya, saat hendak kembali melayangkan pukulan di wajah Xavier. Vero datang, dia menahan kepalan tangan Erlangga. Vero menatapnya tajam, lalu tak lama pria itu menarik salah satu sudut bibirnya. Erlangga berdecak.

Pria itu menoleh, "Tsk, pahlawan kesiangan datang! Mau apa kau ikut campur. Urus saja istri penggoda mu itu."

Vero mendelik tajam, "tenang saja karena sekarang istriku sudah jauh lebih bisa mudah dikendalikan dibandingkan sebelumnya."

"Oh benarkah, bagus kalau begitu. Tapi tetap saja, seorang penggoda selamanya akan menjadi wanita penggoda." Vero yang mendengar hal tersebut meremas kuat kepalan tangan Erlangga.

"Apa kau bilang?!"

Erlangga meringis, "Akh!! sakit!"

"Cukup!! kalian semua itu dokter di rumah sakit ini. Apa-apaan kalian?" Marah Tomy yang baru saja tiba, saat ada seorang suster yang melaporkan kejadian tersebut kepadanya.

Tap! tap! tap!

Tomy langkah mendekat. Tak lama dia mendesah lelah, "kalian bertiga itu seorang dokter. Bagaimana bisa kalian bertengkar di rumah sakit, tempat kalian bekerja? apa kalian tidak malu, dilihat oleh dokter residance yang berada di bawah kalian? ah.. benar-benar."

30 days to be wife (new version)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang