36

1K 102 28
                                    

#Flashback

Setelah memergoki Xavier bersama Kristal di dalam apartemen. Laras kembali pulang ke rumah besar itu, dia menghapus air matanya.

Dia sudah membulatkan tekadnya untuk keluar dari rumah itu sebelum waktunya. Karena sejujurnya dia sudah lelah, dan tak sanggup lagi melanjutkannya.

Lagi pula kontraknya tersisa 2 hari lagi, jadi apa salahnya jika dia pergi saat ini. Toh, tidak ada yang menyadari hal itu. Selain itu, perkataan Kristal tempo hari, mendengung kembali di otaknya.

"Jika suatu saat nanti aku meminta padamu untuk mengembalikan mereka berdua padaku?"

Bahkan tanpa wanita itu berkatapun, dia sudah dengan sendirinya mengambil mereka dari Laras.

Jadi apa lagi, yang harus diberikan dan disesalkan. Ini memang sudah keputusnya sejak awal. Bahkan saat itu, bukankah Xavier sendiri juga mengatakan.

"Ya, semua yang kulakukan hanya untuk mengujimu."

Jadi untuk apa lagi Laras masih mengharapkannya. Saat tiba di rumah besar itu. Laras, berjalan memasuki kamar. Lalu tak lama, dia mengambil koper besar miliknya dan kemudian dia memasukan semua barang-barangnya.

Setelah semuanya masuk ke dalam koper besarnya itu. Laras kembali turun ke lantai satu. Dia mengambil selembar kertas, dan sebuah pulpen. Karena dia berniat untuk pamit pada Axel.

Satu-satunya alasan selama ini dia bertahan hanya karena anak itu. Tapi kini, dia hanya bisa berharap Axel tumbuh dengan baik.

Walau tanpa kasih sayang dari kedua orang tuanya. Setelah selesai menulis surat Laras berjalan keluar dan pergi dari rumah besar itu.

Saat tiba di halte. Di terduduk, entahlah kemana dia akan pergi saat ini. Dia benar-benar tidak memiliki tujuan sama sekali.

Tanpa sadar sudah banyak sekali bus yang berlalu lalang berhenti di halte tersebut, namun dia masih duduk terdiam. Bahkan, dari halte itu ramai hingga sepi dan kembali ramai lagi. Laras masih duduk diam di sana.

Laras menghela napasanya, dan tak lama sebuah decitan ban mobil berhenti tepat di depannya.

Laras mendongak, saat kaca mobil itu diturunkan. Dia terkejut, melihat orang yang berada di dalamnya.

"Kak Erlangga?"

"Laras, ayo masuk."

Laras menggeleng, "tidak kak. Aku sedang menunggu taksi."

Erlangga keluar dari mobilnya, lalu berjalan mengambil koper besar milik Laras tanpa permisi. "Sudah ayo. Tidak usah banyak alasan. Aku tahu, kau kabur dari rumah besar itu."

Laras menerjap, tak lama dia terpaksa masuk ke dalam mobil Erlangga. Saat di dalam mobil, Laras hanya diam. Begitupun juga dengan Erlangga, hingga tak lama.

"Kak Er."

"Laras."

Mereka bersuara secara kompak. Hingga setelahnya, mereka tertawa kecil.

"Kau duluan," ucap Erlangga.

Laras menggeleng, "tidak. Kak Erlangga saja yang duluan."

"Tidak. Kau saja Laras."

"Kak Erlang aja, aku bilang."

"Engga pokoknya Laras duluan."

Setelahnya mereka tertawa, saat menyadari betapa konyolnya mereka. Hanya karena sebuah siapa duluan yang akan bersuara.

Namun tak lama, "Kenapa kau memintaku untuk membelikan bahan. Apa semuanya kau sudah ketahui sebelumnya?"

30 days to be wife (new version)✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora