04

2.1K 185 15
                                    

Flashback

3 hari yang lalu....

"Saya bilang keluar dari sini!" usir seorang perempuan bertubuh gempal.

Lalu setelahnya dia kembali masuk, dan tak lama dia keluar dengan barang-barang milik Laras. Semua barang yang dibawa dari dalam kontrakannya.

Seketika dia lemparkan asal ke sembarang arah. Sedangkan Laras hanya bisa diam, saat wanita itu mengusirnya. Ini adalah hukuman untuknya karena telah menunggak pembayaran kontrakan.

"Saya tidak mau kau di sini. Cari tempat lain yang bisa kau hutangi." Sarkasnya lalu perempuan itu menutup pintu kontrakannya dan pergi meninggalkan Laras seorang diri.

Terpaksa dengan berat hati, Laras bergerak mengumpulkan semua barang-barangnya yang berserakan ditanah. Jika dia boleh memilih lebih baik, dia tidak mempunyai wali daripada memiliki wali pasca orangtuanya tiada.

Jujur saja Laras bukanlah gadis yang terlahir dari keluarga miskin. Namun karena keserakahan paman dan bibinya, ia pun harus jatuh miskin karena telilit hutang.

Bahkan rumah besarnya pun juga ikut disita oleh pihak bank, karena digadai oleh paman dan bibinya yang gila harta. Jadi dia tak punya pilihan lain selain berpasrah, bekerja pun hanya bisa sebagai kasir atau seorang barista dicafe milik sahabatnya.

Karena pendidikan yang kurang jadi, hanya itu yang bisa dia kerjakan. Setelah barang-barang miliknya sudah terkumpul, Laras bangkit dari posisinya.

"Aku harus kemana ini? Hari semakin sore dan sebentar lagi malam datang, bagaimana ini?" gumamnya sambil mengadah menatap langit sore.

Melangkahkan kakinya tak tentu arah Laras lakukan, dia berpikir mungkinkah dia harus menjual tubuhnya sajakah agar dia bisa menyewa dan membayar lunas semua hutangnya? Atau dia lebih baik mati saja? Ah! Dia jadi bingung.

Laras menghembuskan napasnya kasar. Hidup itu memang sulit dan sangat berat, apalagi jika kita tidak pernah merasa puas dan cukup hanya dengan penghasilan kecil.

Sebab sesulit apapun harus mengucapkan syukur, karena setidaknya kita lebih baik dibanding mereka yang jauh dibawah kita.

"Tambahkan lagi tepungnya!!"

"Ayo!! Ayo!! Hahahaha.."

Suara gaduh timbul dari sebuah gang kecil tepat di mana saat ini Laras berdiri. Suara seruan anak-anak yang sepertinya sedang bermain seru dengan tepung dan juga telor.

Ah! Dia jadi ingat saat di mana dia dulu juga bermain tepung, disaat hari ulang tahunnya. Namun disaat dia sedang memikirkan kenang masa kecilnya, tiba-tiba saja ada salah seorang anak yang berada di kerumunan sana yang berteriak histeris dengan dibarengi oleh isakan tangis.

"HENTIKAN!! HIKS.. AKU BUKAN ADONAN KUE!! HIKS.." mata Laras membelalak.

Astaga! Jadi mereka sedang tidak mengerjain temannya yang sedang berulang tahun. Melainkan mereka semua sedang membully satu anak laki-laki yang memakai kacamata itu.

Oh Tuhan, dasar anak jaman sekarang beraninya main keroyokan. Dengan langkah besar Laras menerobos kerumanan anak-anak itu. Lalu berteriak.

"Hey bocah!! Hentikan semua itu!!"

Mereka semua menoleh, lalu Laras mendekat ke arah anak laki-laki yang sedang menangis. "kau baik-baik saja?"

"Ck, siapa si dia, ganggu aja? ... Hoyy.. tante jangan merusak kesenangan kami, pergi sana!!" usir seorang bocah yang Laras bisa tebak jika sepertinya dia adalah pemimpinnya.

Laras bangkit langlu berdecak pinggang, "oh jadi kamu ketuanya."

Bocah itu merotasi matanya, "sana deh tante gak usah ganggu kita."

30 days to be wife (new version)✔Where stories live. Discover now