15

1.2K 103 19
                                    

Setelah usai makan malam. Kini Laras tengah bersiap untuk mencuci semua perabotan yang tadi telah usai digunakan. Awalnya, sang Nyonya ingin ikut andil membantunya membersihkan meja makan.

Namun Laras melarangnya, alhasil kini ia seorang diri yang masih sibuk membersihkan meja makan.
Satu persaru piring kotor itu dia tumpuk, lalu dia angkut menuju dapur.

Karena ia hanya seorang manusia bukan robot. Jadi dia kembali lagi ke meja makan, untuk mangambil sisa piring kotor yang tidak terbawa olehnya. Namun, saat hendak akan kembali ke dapur.

Laras tertegun beberapa saat, ya. Dia melihat canda tawa dari keluarga ini. Dan dalam benaknya dia berkata.

'Mampukah aku mengantikan posisi wanita itu? lihatlah, mereka semua.. mereka asik bercanda seolah tidak ada aku disini.'

"Bodoh! memangnya aku ini siapa mereka? hehe.. sadar dirilah Iyas!" gumam Laras kemudian.

Lalu, ia kembali melanjutkan pekerjaannya. Ya, dia benar.

Dia hanyalah orang luar dari keluarga ini. Jadi untuk apa dirinya berharap lebih, masih untung saat ini dia punya tempat tinggal.

"Laras, kalau sudah selesai langsung tidur ya. Malam ini, kamu tidur dengan Kristal. Karena tidak ada kamar kosong lagi di sini. Bagaimana?" Laras tersenyum.

"Iya Ny- Mama.. Nanti Laras akan naik kalau semua sudah rapih." Laras sempat menghentikan ucapannya saat melihat reaksi Yuna yang sudah melotot, saat kata 'Nyonya' akan terucap olehnya.

"Ya sudah.. Saya tidur duluan ya.."

Setelah kepergian Yuna, Laras mendesah lelah. Ya, jujur saja dia masih belum siap memanggil sang Nyonya dengan panggilan 'Mama'.

Bahkan, dia yang akan menjadi suaminya saja enggan untuk sekedar melihat dirinya. Beberapa menit berlalu, Laras kini sedang duduk termenung dibalkon depan kamarnya.

Karena pasalnya, semua perabotan makan yang tadi kotor kini telah bersih dan tertata rapih dilemari.
Mengadahkan kepala, menatap langit malam mampu membuat terlena. Sangat indah.

Hamparan bintang-bintang yang kerlap-kelip di atas sana, membuatnya berdecak kagum. Sambil menikmati secangkir teh hangat, Laras berpikir.

Tak apa ia harus menikah dengannya. Toh, setelah 30 hari dia akan terbebas sesuai dengan kontrak perjanjian mereka.

Pria itu juga hanya menginginkan sebuah status untuk dirinya dan putranya. Setelah itu, dia tidak akan memiliki hubungan apapun dengan Xavier pria aneh itu.

"Kenapa kau belum tidur?" Suara bas dari pria yang baru saja dia pikirkan, mengalun diindra pendengarannya.

Laras menoleh mencari sumber suara. "Apa yang kau cari?"

"Kau dimana?"

Xavier terkekeh, "jadi daritadi kau celingak-celinguk mencari keberadaan ku ya?"

Bola mata Laras mengeriling, astaga! pede sekali dia.

"Lagian ada suara tapi gak ada wujud, kaya dedemit aja!"

Mata Xavier melotot tak percaya. "Coba ulangi perkatamu!"

Laras menggeleng, "Ayo ulangi. Kau bilang aku apa? dedemit? siapa yang dedemit?"

"Kau seperti dedemit." gumamnya sambil memalingkan muka.

Setelahnya hening. Hanya ada keheningan diantara mereka. Hingga tak lama, Xavier kembali bersuara.

"Besok, kau akan ikut pergi bersama ibuku untuk memilih gaun pengantin yang akan kau gunakan nanti. Jadi bersiaplah, untuk membuat dirimu nyaman selama memilih gaun pengantin."

Dia mengangguk, "A- Apa kau juga akan pergi memilih jas pengantinmu?"

"Iya, aku juga akan ikut memilih jas pengantin. Namun, aku akan datang terlambat setelah menyelesaikan tugasku sebagai seorang Dokter."

"Apa itu tidak masalah?" lanjutnya kembali bersuara.

Laras menggeleng, lalu berkata. "tidak. Itu bukan masalah untukku, lagi pula pernikahan ini hanya untuk status dan harta warisankan? jadi itu bukan masalah untukku."

Perkataan Laras sukses membuatnya terpaku. Ya, semua itu benar adanya.

Itu sebabnya dalam kontrak dia menulis jika Laras tidak boleh jatuh hati padanya. Namun, disisi lain hatinya berkata untuk segera menghapus persyaratan konyol itu. Sebelum dia menyesal.

Tapi ego tetaplah ego, dan gengsinya terlalu besar untuk mengakui jika faktanya dia juga sudah jatuh hati pada wanita lugu, nan cantik tersebut.

"Baiklah, segera tidur cepat jangan sampai kau kesiangan." Tandasnya untuk segera mengakhiri percakapan mereka.

Namun tak disadari, selama mereka berbicara empat mata di depan balkon. Di dalam sana, ada Kristal yang sedari tadi mendengar percakapan mereka berdua.

Dan saat Laras berbalik kembali masuk ke dalam kamar. Kristal sesegera mungkin berpura-pura tertidur.

"Aku tau kau belum tidur mba?" mata Kristal terbuka saat Laras berhasil mengetahuinya.

Kristal tertawa renyah, "hehe.. aku ketahuan ya?"

Laras tersenyum, "eum.. Bisakah jika-" ucapnya mengantung.

"Jika? jika apa?"

Kristal menatapnya dalam, "Jika suatu saat nanti aku meminta padamu untuk mengembalikan mereka berdua padaku?"

Deg!

"A- aku.." Laras tampak berpikir sejenak.

Hingga tak lama dia kembali berkata, "Aku akan mengembalikannya padamu, jika suatu saat nanti kau memintanya kembali lagi." Jawabnya sambil menunduk.

***

Esok paginya, saat Laras terbangun. Dia terduduk, dan menoleh kesamping kirinya, di mana malam tadi Kristal tertidur.

Dia mendesah pelan. Karena pasalnya wanita itu sudah tidak ada di sampingnya.

Ya, wanita yang sudah berstatus ibu pasti akan bangun pagi sekali untuk menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya. Setelah mandi dan rapih, Laras beranjak turun kelantai bawah.

Di sana semua orang sudah siap untuk bergegas pulang. "Tante bangun kesiangan ya?"

 "Tante bangun kesiangan ya?"

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Update lebih cepat..
selamat membaca sambil diputer lagunya ya.. 😊

30 days to be wife (new version)✔Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz