38

1K 115 21
                                    

Namun sayangnya gerakan Chris kurang cepat dari Xavier. Karena pasalnya, kamera tersebut sudah berpindah ketangan Xavier.

Chris terkejut melihat gerakkan cepat dari tuan mudanya -Xavier-. Sedangkan Xavier, pria itu tersenyum senang dan puas.

"Bagus juga hasil jepretan dari paparazi amatir sepertimu." dia mengembalikan kamare tersebut.

Setelahnya dia berbalik dan melangkah pergi meninggalkan Chris yang masih menganga tak percaya, namun tak lama kemudian dia berkata.

"Sekalian beritahu pada ketua Haritama. Bahwa dia akan segera memiliki cucu kedua."

Kata Xavier tanpa menoleh, sambil melambaikan satu tangannya keudara. "Apa tadi tuan muda Xavier bilang? cucu? cucu? CUCU KEDUA?!"

Matanya seketika membelalak, saat menyadari sesuatu. Beberapa saat kemudian. Chris tiba di kantor dengan perasaan senang dan sulit dipercaya.

Hingga tanpa di sadari dia berlari cepat dengan wajah berseri. Hingga tak lam dia mengebrak pintu masuk ruang rapat yang saat itu rapat tengah berjalan.

Brak!

"KETUA!! ADA KABAR GENTING?!" teriaknya saat pintu terbuka.

Semua orang di dalam sana menoleh padanya, Yama memijit pelipis kepalanya. "Bisakah kau ketuk pintu dulu sebelum masuk!!"

Chris menatap satu persatu para dewan direksi. Lalu tak lama dia membungkukkan badanya, "Huh, cepat katakan ada kabar genting apa?"

Pria itu mendongak, lalu tak lama dia berjalan mendekat. "Tuan, saya sudah menyelesaikan tugas saya. Semuanya ada di dalam amplop ini."

Yama mendesah lelah, "baiklah, kau sudah boleh pergi."

Namun Chris masih tetap diam tak beranjak, Yama mengerutkan alisnya. "kenapa kau tidak keluar. Apa ada hal lain yang ingin kau katakan?" Chris mengangguk.

"Baiklah katakan."

Dia mendekat, lalu tak lama dia membisikkannya. Sedetik kemudian mata Yama melebar. Dia menoleh menatap tak percaya, "Apa katamu tadi?"

"Iya Tuan itu benar. Tuan akan mendapatkan seorang cucu lagi dari tuan Xavier!"

Semua dewan direksi terkejut, "Apa?!" kata mereka secara kompak.

***

Xavier melepaskan stetoskopnya, saat setelah selesai memeriksakan pasien terakhirnya hari ini. Dia tersenyum pada sang pasien.

Lalu kemudian Xavier beralih pada lembaran resep obat. Di saat sedang menulis resep untuk sang pasien. Perempuan itu berkata.

"Dok, apa dokter masih single?" tanya sambil menyentuh tangan Xavier.

Xavier menatapnya tajam, lalu tak lama dia tersenyum simpul. "Saya. Tentu saja saya sudah menikah, dan saya akan segera menjadi ayah dengan dua orang anak." jawabnya tenang.

"Ah, kalau begitu gak masalah dong. Saya juga udah punya dua orang anak, gimana kalau dokter sama saya aja. Tinggalin aja udah istri sama anaknya."

Brak!

Meja itu digebrak oleh seseorang, mereka menoleh. Xavier menautkan kedua alisnya. Sedangkan sang perempuan itu, menatapnya dengan tatapan menggoda.

"Maaf ya, mba. Yang ada maksud itu saya. Karena saya istri dari dokter Xavier." Mata Xavier melebar.

What?! apa-apa ini? kenapa juga Vero mengatakan hal yang menggelikan seperti itu. Ya, karena pasalnya yang datang adalah Vero.

Karena sejujurnya, kedatang Vero hanya untuk berkonsultasi pada Xavier. Tetapi saat dia tiba di depan ruang perawatan, dia mendengar semua yang dikatakan oleh wanita centil itu.

Sehingga ide jail dikepalanya muncul. Namun disaat Xavier tenggelam dengan pemikirannya. Perempuan itu segera berdiri, dan merebut paksa resep obat yang berada ditangan Xavier.

"Ah, maaf kalau begitu. Saya tarik lagi kata-kata saya. Terimakasih dok, dan maafkan saya." setelahnya perempuan itu bergedik ngeri.

Setelah kepergian pasien aneh itu, Vero tertawa geli. Sedangkan Xavier mendelik tajam. "Udah puas ketawanya?"

Vero mengabaikannya, "hahahaha. Puas. Kau lihat tadi bagaimana ekspresi perempuan itu. Hahaha, sangat lucu." gelak tawanya pecah seorang diri.

Xavier menggelengkan kepalanya, "Kenapa lo ke sini?" tanyanya langsung.

"Hahaha.. itu, itu gue." Vero masih belum bisa berhenti tertawa.

Xavier menyerit, "itu lo kenapa? bengkak? atau udah gak berfungsi?"

"Sialan lo! hahaha.." Xavier tertawa.

"Ya, abis. Serius itu lo kenapa?"

Vero memukul kepala Xavier. "Gue datang kesini itu pengen konsul masalah kulit gue."

Mulut Xavier membulat seketika, "oh. Begitu doang."

"Setan! serius gue... Ada perkembangan gak sama penyakit gue?"

Xavier mengambil lembar data perkembangan tentang penyakit kulit Vero. Dia membaca dengan seksama, tak lama dia menghela napas. Dia menatap Vero sejenak.

"Kenapa lo? kok ngeliat guenya kaya gitu?"

"Ver, apa gak sebaiknya elo melakukan perawatan bertahap demi kesembuhan lo."

Vero menyerit bingung, "bukannya elo bilang, kulit gue udah ada perkembangannya."

"Iya, perkembangannya memang ada. Tapi penyakit lo ini masih bisa timbul, kalau lo gak bisa merawatnya. Karena ini penyakit turunan. Dan gak bisa main-main."

Vero menunduk, tanganya saling bertautan di bawah meja. Namun tak lama, dia kembali mendongak dengan tatapan sendu. "bantu gue untuk sembuh Vier. Karena gue pengen banget lihat tumbuh dan kembangnya anak gue bareng Kristal... Please."

Xavier membuang napasnya, dan tak lama dia tersenyum."tentu, tapi elo harus janji satu hal sama gue?"

"Janji? janji apa itu?"

"Berjanjilah, apapun yang terjadi elo harus terus terang sama Kristal soal penyakit ini. Dan bukan hanya itu, berjanjilah lo juga harus rajin melakukan treatment untuk kesembuhan lo. Kalau elo janji, gue bakalan berusaha keras juga buat lo."

Vero tersenyum, "tentu. Janji sahabat selamanya." mereka saling menautkan jari kelingking mereka.

" mereka saling menautkan jari kelingking mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

maaf banget atas keterlambatan ku.. soalnya aku lagi sibuk beresin banjir, jadi gak bisa terus-terusan pegang hape.

selamat membaca 😊

30 days to be wife (new version)✔Where stories live. Discover now