32

1K 110 19
                                    

"Bangun!" Xavier segera bangkit saat mendapatkan perintah dari sang ayah.

"Kau tahu, apa kesalahanmu!" Xavier mengangguk.

"Kenapa kau masih melakukannya! sialan!"

Bugh!!

Xavier kembali mendapatkan pukulan dari buku tebal itu dan kembali jatuh terselungkur.

Setelah memukul Xavier untuk kedua kalinya, Yama melonggarkan dasi kemejanya yang terasa mencekik, tak lama sang ayah membuang napas kasar.

"Kau tahu, selama ini aku telah berjanji pada ibumu untuk tidak memukulmu di saat kau membuat kesalahan. Tapi kau? kau selalu mengulanginya. Kau lihat apa yang telah kau perbuat. Ibumu menangis, dan harga saham perusahaan turun secara drastis itu semua gara-gara anak tidak tahu diri sepertimu!" Saat Yama hendak kembali memukul Xavier dengan buku tebal itu lagi.

Daun pintu diketuk. Gerakkannya terhenti, "Ada apa?"

"Tuan besar, pengacara Mike sudah datang."

Yama melirik Xavier sekilas dan berkata, "kau beruntung kali ini. Karena aku memukulmu hanya dua kali menggunakan buku ini. Lain kali tak ada kata beruntung untukmu."

Xavier memejamkan matanya sejenak, rasa sakit dan bau amis dari darah yang mengalir dipelipis keningnya. Mampu membuat kepalanya semakin berdenyut hebat.

Yama berjalan menuju kursi tak jauh dari tempatnya memukul Xavier, dan setelahnya pengacara Mike datang.

"Duduklah," pinta Yama pada Xavier setelah pengacara dan sang ayah sudah terduduk di kursi itu lebih dulu.

Xavier berjalan dengan perlahan, "Kau tahu kenapa pengacara Mike datang?"

Xavier menggeleng, "karena dia akan menjelaskan sebuah syarat yang tidak dibacakan saat pembacaan surat wasiat itu. Jadi kau dengarkan baik-baik."

"Baik ayah."

"Silahkan Mike. Jelaskan padanya."

"Baik tuan."

Mike menatap ke arah Xavier, "jadi begini tuan muda. Anda tahu, bahwa mendiang kakek anda memberikan hak ahli waris kepada anda berupa sebuah yayasan medical center benarkan?"

"Iya, itu benar." Jawab Xavier lemah.

Mike tersenyum, "Jadi kakekmu sepertinya sudah bisa memperkirakan jika hal ini akan terjadi. Itu sebabnya saya akan mengatakan langsung kepada anda."

"Apa itu?"

Yama mendesah, "lepaskan semua fasilitasmu?"

Xavier terkejut, "APA?"

"Jangan membuat ayah mengatakannya untuk kedua kali. Lepaskan seluruh fasilitasmu." Xavier menggeleng.

"Tidak. Ayah, semua yang ku punya itu hasil kerja keras ku sebagai dokter!"

Yama memijit kepalanya, "Ya, tapi kau bekerja di bawah naungan Haritama grup! Dan.. dan itu artinya semua masih milik kakekmu."

"Iya, tuan besar benar. Anda harus melepas semua fasilitas yang anda gunakan selama ini dan ditambah jika anda tidak ingin kehilangan posisi utama dalam pemegang Haritama medical center. Anda harus memperbaiki perilaku anda lebih dulu, tuan muda Xavier." Xavier menggeleng tak percaya.

"Cepat letakan semua kartu ATM mu dan kunci mobil pribadimu di sini."

"Ayah," panggilnya lirih.

Yama memejamkan matanya lelah, "Tuan xavier."

Dengan berat hati, akhirnya Xavier mengeluarkan seluruh isi dompetnya dan kunci mobil kesayangannya.Namun saat semua sudah di keluarkan, Yama kembali berkata.

"Ponselmu?"

Xavier mengerut, "apa? kenapa ponselku juga kena ikut sita?"

"Jangan banyak tanya, dan cepat saja serahkan!"

Xavier mendengus, dengan berat hati dia letakkan ponselnya. Namun sebelum, benar-benar lepaskan ponselnya. Xavier kembali melakukan negosiasi pada sang ayah.

"Ayah, diponsel ini banyak sekali nomer Dokter dan suster kenalanku? bagaimana kalau--"

Ucapannya dipotong oleh Mike, "Tuan muda anda tidak perlu khawatir, kami sudah menyiapkan sebuah telepon di apartemen yang akan anda tinggali."

"Maksudnya? apa aku akan diusir?"

"Tidak, lebih tepatnya sampai anda akan dikirim keluar rumah sampai anda menyadari kesalahaan anda dan sudah bisa memperbaiki perilaku anda. Maka anda akan kembali mendapatkan apa yang kami sita dari anda."

Xavier menggeleng, "Iya Mike benar, ayahmu ini juga pernah mendapatkan hukuman yang sama dari mendiang kakek. Dan beginilah cara keluarga kita menghukum generasi penerus yang bermasalah seperti ayah dan juga dirimu. Sampai benar-benar kau siap, silahkan kembali kerumah besar ini."

Setelah mengatakan itu, Yama keluar dari ruang baca dan berniat kembali ke kamar menemui sang istri dan cucunya yang mungkin sudah terlelap. Xavier menatap nanar punggung sang ayah, yang perlahan mulai menghilang.

Dia menghela napas beratnya, "Ayo tuan kita berangkat ke apartemen anda yang baru sekarang?"

Mau tidak mau Xavier harus mengikuti pria tersebut, bahkan mereka juga sudah menyiapkan dua buah koper besar yang berisikan pakaiannya dan alat kedokterannya. Saat tiba diluar Xavier memandang sejenak rumah besar kedua orang tuanya.

"Anda tidak perlu khawatir, Axel putra anda akan dirawat sepenuh hati oleh Ayah, dan ibu anda. Dan suatu saat nanti kalau Axel melakukan hal yang sama, maka dia juga akan mendapatkan hukuman seperti yang anda rasakan. Karena begitulah, hukuman turun temurun yang dilakukan dikeluarga ini."

Xavier mengangguk mengerti, "Aku tidak yakin. Jika Axel, akan melakukan kesalahan yang sama seperti yang ku lakukan. Karena anak itu tumbuh dan berkembang dari luka yang dibuat oleh aku dan Kristal sebagai orang tuanya yang gagal."

***

(

Dihapus sebagian)

yang mau masak, masak aja dulu jangan ditinggal nanti gosong

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

yang mau masak, masak aja dulu jangan ditinggal nanti gosong. Yang kerja juga kerja dulu, apa lagi yang sekolah belajar dulu.

notif ini diabaikan saja.. 😂😂

30 days to be wife (new version)✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora