22

1K 122 19
                                    

Dibawah salah satu sisi langit ruang kerjanya, Vero terduduk diantara cahaya matahari dan lampu ruang kerjanya. Udara siang ini terasa dingin dan menusuk kepermukaan kulitnya.

Dia menghela napasnya, saat rasa sakit dan perih yang datang bersamaan itu mulai menderanya.

Perlahan dia mulai membuka kancing lengan baju kemejanya. Setelah kancing itu terbuka, dengan hati-hati dia menarik kain katun kemejanya sampai siku. Lalu kemudian dia mengulangi langkah yang sama untuk lengan yang satunya.

Tak lama setelah, kedua lengan bajunya disingsingkan. Vero menatapnya secara bergantian, kedua lengan tangannya yang memerah menandakan jika penyakitnya sedang kambuh.

Sebuah penyakit yang belum ada obatnya. Dan sebuah penyakit yang jarang diderita oleh orang, hanya 1 banding 1 juta orang yang mungkin akan mempunyai penyakit yang sama dengannya.

Xeroderma pigmentosum merupakan suatu gangguan kulit yang membuat penderitanya menjadi sangat sensitif terhadap sinar ultraviolet (UV).

Rupanya penyakit tersebut sudah ada ditubuh Vero sejak ia masih kacil, namun tidak ada yang menyadari akan hal itu. Dan penyakit tersebut juga baru ia rasakan belakangan. Sejak kepulangnya berlibur bersama sang istri -Kristal- dari Roma, Italy.

Vero akui permukaan kulit pada tubuhnya menjadi lebih mudah terbakar, timbulnya lepuhan pada kulit, dan bercak kehitaman pada kulit yang rasanya sangat sakit dan perih.

Belum lagi, jika ini terus berlangsung. Bisa-bisa dia akan terkena penyakit kanker kulit, yang dimana dia tahu, jika orang yang mengalami penyakit ini sangat rentang terhadap penyakit kanker kulit. Belum lagi masalah pribadinya dengan sang istri.

Itu sebabnya, dia lebih memilih untuk merahasiakan ini. Agar sang istri -Kristal- kelak akan merawatnya dengan sepenuh hati. Tapi bagaimana bisa wanita itu merawatnya dengan sepenuh hati? Lihat saja sekarang, bahkan sejak kejadian dipesta pernikahan Xavier.

Sang istri kabur dari rumah, dan tidak memberikan kabar apapun. Yang vero tahu, sang istri masih saja terus mengejar sang mantan suaminya. Bukankah, itu terlalu menyedihkan untuknya.

Helaan napas panjang, kembali terdengar dari mulutnya. Hingga tak lama, suara daun pintu diketuk terdengar.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!" serunya dari dalam.

Dengan cepat, Vero menarik kembali kain baju kemejanya yang tadi sempat dia gulung sampai siku. Namun belum selesai dia menurunkannya, Chandra sudah masuk lebih dulu.

"Vero! kemarin?" ucapnya menggantung.

Chandra tertegun, dia sangat terkejut saat melihat kondisi kulit Vero dikedua lengannya. Pria itu perlahan berjalan mendekat. Lalu kemudian dengan dengan lembut ia menyentuhnya, saat akan menyentuh permukaan kulit tangan temannya itu.

Vero meringis sesaat, "Ishh, Jangan disentuh!"

Vero menjauhkan lengannya. "Apa Kristal sudah tahu?"

Pria itu menggeleng lemah, "Kenapa? bukankah, jika ini dibiarkan telalu lama akan menjadi kanker kulit bagimu?"

"Biarkan saja. Biarkan hanya kita berdua yang tahu soal ini."

"Soal apa?" mereka berdua terkejut bersama.

Saat suara seorang perempuan terdengar, mereka menoleh. Dan didetik selanjutnya, kedua pria itu menghela napas leganya. Ya, karena mereka sempat berpikir kalau suara tersebut adalah suara dari sang istri vero -Kristal-.

"Kenapa kalian menghela napas lega kaya gitu? emang kalian pikir siapa yang datang?"

Chandra merotasi mata jengahnya, "Bukan siapa-siapa ko? ada apa kau kemari, Gendis?"

30 days to be wife (new version)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang