10

1.4K 131 15
                                    

Sejak hari di mana, Laras menanda tangani kontrak tersebut. Semakin itu juga Xavier semakin memperlihatkan wajah aslinya. Bukan hanya itu saja tetapi pria itu juga sudah mulai berani menggodanya.

Bahkan tak jarang kecupan demi kecupan berhasil dia raih dari kening bahkan hingga kebibir mungil milik Laras. Namun sudah dua malam ini, Laras bisa bernapas lega.

Sebab, 2 malam terakhir. Xavier tengah sibuk dengan operasi, dan beberapa kegiatan dirumah sakitnya yang mampu menyita waktunya untuk tidak pulang kerumah.

Laras merapatkan jaket tipisnya, angin malam ini bertiup sangatlah kuat. Dia berjalan perlahan menuju dapur. Namun belum sempat sampai, lampu dirumah besar itu mati seketika.

Laras terlonjat, dengan hati-hati dia melangkah mencari lilin untuk sekedar memberikan cahaya agar dia bisa melihat.

"Aduh dimana sih, lilinnya?"

Laras terus berjalan sambil meraba di sekelilingnya, "Ini bukan ya?"

Hingga tak lama dia bisa melihat, "oh bukan." dia terdiam seketika.

"Tunggu bukannya lagi mati lampu ya?" dengan takut dia mencoba berbalik.

"Baa!!"

Laras terperanjat, sedangkan Axel tertawa geli. Ya, bocah itu telah berhasil mengagetkan Laras.

"AXEL AWAS YA, KAMU?!"

Jedar!!

Mereka berdua sama-sama terlonjat kaget, saat suara gemuruh petir menyambar. Axel langsung berlari memeluk, kaki Laras.

"Aku takut tante," ujarnya.

Sedangkan Laras tertawa geli. Lalu dia berkata.

"Makanya jangan jail jadi orang!!"

Jedar!!

"Aaa!!" jerit keduanya.

Saat suara petir kembali bergemuruh terdengar jauh lebih besar, bahkan kilatan cahaya zigzag terlihat jelas dilangit malam itu.

"Tante Axel takut," adunya.

Laras mencoba untuk menenangkan Axel, walau sebenarnya di dalam hatinya dia juga takut akan suara gemuruh petir yang berbunyi tadi.

Hanya ada satu harapan saat ini, semoga Xavier cepat kembali pulang.

'Xavier cepatlah pulang aku takut.'

***

Dirumah sakit, setelah menyelesaikan operasinya Xavier keluar berjalan menuju UGD. Ya, sebenarnya tadi sore dia sudah bisa pulang namun, tiba-tiba saja ada pasien yang datang dari kebakaran.

Jadi dia harus melakukan operasi pada kulit korban tersebut. Jadilah sekarang dia baru bisa meregangkan ototnya, namun saat sedang duduk bersandar. Seorang suster datang mendekat, lalu berkata.

"Dokter, kau belum makan sejak tadi siang kan? ini aku sudah siapkan bekal untukmu?"

Xavier melirik sekilas, "tidak terima kasih."

Sang suster menunduk, "setidaknya, coba sedikit saja. Biar kau bisa merasakan jika aku sangat pandai memasak."

"Maaf, aku tak pernah memakan makanan yang bukan aku pesan." Lala mendengus.

Ya, suster bernama Lala itu memang di ketahui menyukai Xavier sejak masih berumah tangga dengan Kristal. Namun sayangnya, usahanya untuk mendekati Xavier selalu ditolak mentah-mentah oleh pria itu.

Itu karena Xavier sudah benar-benar mengunci hatinya, pasca penghianatan yang dilakukan oleh sang mantan istri.

"Dokter tunggu?.. baiklah, kalau memang kau tidak mau menerima ini. Tapi setidaknya jangan menolak untuk besok malam. Ku mohon datanglah, makan malam dirumah ku sekali saja." mohonnya dengan penuh pengharapan.

Xavier menarik sudut bibirnya, "Baiklah, aku akan datang."

"Benarkah?" Xavier mengangguk.

"Terima kasih dok, terima kasih.."

Namun siapa sangka, saat Xavier berbalik dia bergumam.

Pria itu berseringai, "Terima kasih untuk apa? aku hanya mengatakan jika aku akan datang, kalau perusahaanmu telah hancur ditanganku."

Sedangkan suster Lala berjingkrak kegirangan, dibelakangnya. Setelah tiba diruanganya, Xavier berniat untuk bersiap pulang.

Dia mengantung kembali jas putih kebanggaanya itu. Lalu segera memakai kembali mantel tebalnya, dan meraih tas serta kunci mobilnya.
Saat tiba diparkiran rumah sakit, langkahnya terhenti.

Ya, dia melihat Kristal sang mantan istri tengah menangis. Berniat untuk mengabaikan namun, wanita itu malah datang mendekatinya.

"Xavier," Panggilnya.

Tapi sayangnya diabaikan oleh Xavier.

"Xavier, aku mohon bantu aku?"

Xavier enggan menoleh, dia berusaha untuk melepaskan tanganya. Namun, terhenti saat Kristal berkata.

"Vero belum kembali, sejak ia mengetahui bahwa aku masih mencintaimu." jujurnya.

Mata Xavier membola, "apa kau bilang?"

"Aku masih mencintaimu, Xavier." ucapnya tanpa ragu.

Xavier menggeleng, "Kau gila Kristal!"

"Tidak. Itu benar, ku pikir sejak aku berpisah dan berselingkuh denganmu. Hatiku sepenuhnya sudah menjadi milik Vero. Tapi, ... ternyata aku salah. Xavier, hatiku masih menginginkan mu."

Ia menepis kasar tangan Kristal, "Kau pikir aku boneka. Setelah kau bosan bermain denganku, maka kau akan mencampakkan ku begitu saja hingga aku usang. Lalu setelah aku usang, kau pungut dan memainkan ku lagi begitu."

Kristal menggeleng pelan. "Cukup!! Sudah cukup drama memuakkan ini. Aku, .. Aku sudah punya Laras, hatiku telah terisi oleh namanya."

Setelah mengatakan itu Xavier bergegas masuk ke dalam mobil, dan melajukan mobilnya membelah ratusan rinai hujan yang turun malam itu.

Namun, sejak mengatakan itu hatinya juga sakit. Entah, kenapa dia masih merasakan sakit saat mendengar penolakan yang dia katakan baru saja tadi.

"Tidak mungkin, aku masih mencintainya." elaknya.

Suara decit ban berbunyi dilantai berubin, Xavier mematikan mesin mobilnya. Lalu tak lama dia menyandarkan tubuhnya, dengan sabuk yang masih terpasang dia menghela napasnya kasar.

***

DIHAPUS SETENGAH

DIHAPUS SETENGAH

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
30 days to be wife (new version)✔Where stories live. Discover now