08

1.5K 135 15
                                    

Malam semakin larut, udara dingin semakin menusuk permukaan kulitnya. Laras semakin merapatkan pelukannya pada tubuhnya sendiri. Saat angin malam menerpanya.

Rinai hujan, masih turun walau tak sebanyak tadi. Tapi hingga detik itu, Xavier belum juga menampakkan batang hidungnya. Apakah, dia benar-benar akan bermalam dihalte ini.

Lihatlah, sebagian bahan belanjaan yang dia beli habis basah, terkena cipratan mobil yang berlalu lalang. Menyandarkan kepalanya pada salah satu sisi pembatas halte ini membuat rasa kantuknya datang.

Dia sudah lelah, dan ingin segera cepat tidur. Namun dia benar-benar tidak tahu harus pulang kemana? perlahan kelopak matanya mulai menurun untuk memejam, tapi lagi kelopak mata itu terbuka kembali.

Disaat ia mencoba melawan rasa kantuknya. Hingga akhirnya dia menyerah dan matanya terpejam.

"Hah! dimana aku?" tanyanya saat ia bangun dengan terkejut.

Ia menelisik ruangan ini, hingga tak lama. Dia memukul keningnya kesal, "Astaga. Inikan?"

"Tunggu? kalau gue udah dirumah? berarti semalem? apa iya Tuan Xavier yang menjemput ku dan menggendong ku pulang? karena semalem setau gue.. gue udah terlelap deh? Arggghh.. masa bodolah."

Laras bangun dan berjalan menuju kamar mandi, setelah ia mencuci muka dan menggosok giginya. Laras memutuskan untuk keluar kamar.

Diam-diam dia berjalan mengendap, melirik kesana kemari memastikan jika Xavier sudah tidak ada dirumah.

Namun apa daya, harapan hanya sebuah harapan karena di detik selanjutnya suara deheman mampu membuatnya terperanjat.

"Ekhem!! bagus!! baru bangun? mau nyiksa tuannya kamu? gini hari baru bangun."

Laras menelengkan kepalanya, "Nyisak? maksud tuan?"

"Huft, saya sama Axel dari tadi nungguin kamu bangun. Kita berdua belum sarapan dari tadi!" Axel menoleh saat namanya di sebut oleh sang ayah.

"Heum? bukannya tadi udmmpt.."

Xavier dengan cepat menutup mulut Axel, yang hendak melayangkan protes padanya.

"Udah sana, buatin sarapan! Ngapain masih disini?" Laras mengangguk, lalu berlalu menuju dapur.

Setelah merasa Laras cukup jauh, Xavier melepaskan tangannya. Axel menggembungkan pipinya kesal.

"Kenapa harus bawa nama Axel! kan tadi udah jelas, yang nolak diajak sarapan bareng sama nenek itu Daddy? kenapa jadi bilang Axel belum sarapan sama tante Laras?!"

Marahnya dan Axel berbalik berjalan meninggalkan Xavier. Setelah kepergian Axel, diam-diam Xavier melangkah mendekati dapur.

Hingga tiba dipantry, dia menatap Laras yang sedang sibuk memotong dan sesekali mencuci bahan makanan yang akan ia olah. Dan tanpa sadar mulutnya bergumam, saat melihat Laras yang tengah menyalipkan anak rambutnya didaun telinganya.

DIHAPUS SETENGAH YA..

Gimana, suka gak? engga ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana, suka gak? engga ya.. yasudah, terimakasih karena sudah menunggu. 😘

30 days to be wife (new version)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang