44

1.1K 97 4
                                    

#Flashback

Tap.. tap.. tap..

Deru suara langkah kaki mendekat terdengar. Laras mendongakkan kepalanya saat dia sedang asik membaca kala itu.

Dia menyerit bingung, saat melihat seorang anak laki-laki datang dan tersenyum padanya.

"Siapa kamu? dan darimana asalnya kau datang?" Anak laki-laki itu mendekat.

Dia menatap Laras penuh kagum, "kakak cantik. Apa aku boleh duduk di sampingmu?" ucapnya tiba-tiba.

"Ya, silahkan." lagi juga bagaimana bisa aku melarangmu, sedangkan kau saja sudah duduk lebih dulu sebelum diberikan izin. Lanjut Laras dalam hati.

Anak laki-laki itu menerjap, "apakah kau sudah menikah?"

Namun saat hendak ingin menjawab, pandangan mata anak itu langsung menuju pada perut buncit Laras. "ah.. sudah ya. Ku pikir kau belum menikah. Sayang sekali."

Katanya yang mendadak sendu. Anak laki-laki berusia 12 tahun itu sangat pintar berbicara.

Ah, dia jadi mendadak kembali merindukan Axel. Laras menghela napas, lalu tak lama dia tersenyum.

"Memangnya kalau aku belum menikah? kau mau apa?" tanya Laras sambil sedikit mengoda.

Anak laki-laki itu mendongak, "tentu saja. Aku akan menikahi kakak cantik, lalu aku akan menjaga kakak cantik agar selalu bahagia. Dan juga aku tidak akan membiarkan siapapun melukai hati kakak cantik." jawabnya dengan penuh semangat.

Laras tertegun, andai saja Xavier yang mengatakan hal itu. Mungkin, di detik ini hatinya akan berbunga-bunga. Ditambah dia sangat yakin jika itu terjadi, bisa dipastikan perutnya juga akan mendadak geli seperti sedang digelitik oleh kata-kata bualan dari pria itu.

Tapi itu hanya mimpi, karena kini dia masih belum yakin sepenuhnya pada Xavier. "Kakak cantik kenapa melamun?" Laras tersadar dari lamunanya.

"Heum.. sepertinya kau pintar berbicara ya?"

Anak laki-laki itu menggeleng, "tidak. Kalau laki-laki hanya bisa pintar bicara, namanya pengecut. Tapi kalau laki-laki sejati akan langsung bertindak tanpa banyak bicara."

Laras terkekeh, kemudian dia mengusak rambut anak laki-laki itu dengan gemas. Beberapa menit kemudian, Laras kembali terdiam. Anak laki-laki itu menatap Laras Heran.

"Kakak cantik, kakak cantik kenapa melamun terus? kakak cantik lagi merindukan seseorang, ya?" Laras menoleh dan tak lama dia mengangguk pelan.

"Siapa? suami kakak cantik?"

Kini Laras hanya menggeleng, "ish.. ditanya cuman mangguk-mangguk, geleng-geleng. Udah kaya lagi di club malem aja."

Kening Laras mengerut, "memangnya kau tahu apa itu club malam?"

"Tentu saja, tempat itu di mana orang bisa menghabiskan banyak uang, dan juga minum-minuman sampai mereka mabuk." Laras menerjap.

"Kau- kau sudah pernah masuk ke dalam sana?"

Anak laki-laki itu mengangguk, "dulu. Aku dan ibuku tinggal di dalam club itu, karena selain bekerja di sana biaya sewa rumah sangat mahal di Kota ini jadi kami terpaksa menetap di sana. Tapi.. Sejak ayahnya kakak cantik datang, mereka membawa kami kerumah besar ini."

"Ayahku?"

"Iya, ayahnya kakak cantiklah. Karena saat itu, Tuan besar datang mencari kakak, tapi sayangnya saat itu kakak cantik sudah dijual oleh pemilik tempat malam itu."

Laras berpikir sejenak, "Tunggu? kau itu? Mark?"

"Hah, lama sekali kau menebak namaku." gerutunya.

30 days to be wife (new version)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang