35

1.1K 112 23
                                    

Di dalam ruang kerja Tomy. Xavier dan Erlangga masih berdiam satu sama lain. Tomy melirik secara bergantian ke arah mereka.

Lalu dia mendesah lelah, "Kenapa kalian masih saja berdiri saja. Ayo duduk."

Mereka akhirnya duduk di kursi dihadapan Tomy. Walau mereka saling melemparkan pandangan mereka ke arah berbeda.

Tomy yang melihat tingkah kedua Dokter tersebut hanya bisa mendesah lelah. Persis seperti anak kecil.

"Xavier, di sini saya mau kasih tau sesuatu yang penting tentang kandungan Laras?" Mata Xavier membulat.

Dia memutar kepalanya, lalu berkata. "Ada apa? kenapa sama kandungannya?"

"Itu bukan anaknya. Yang ada di dalam kandungan Laras adalah anakku." Erlangga menyela.

Tomy memijit kepalanya pening, "Er. Saya kasih tau kamu. Kondisi kehamilanya sangat lemah, dan rentan. Saya gak mau mengambil resiko terlalu banyak."

"Beritahu saja saya Prof. Apa yang harus saya lakukan?"

Tomy menggeleng, "Gak semudah itu, Er. Karena bagaimanapun juga ayah biologisnya harus tau. Jadi kalau ada keadaan yang penting mendesak dan berbahaya bagi ibu dan anaknya. Setidaknya, kita bisa menyelamatkan mereka kalau ayah biologisnya sudah tahu kondisi mereka sejak awal. Bukankah kau sangat mencintai Laras? Kalau ya, biarkan saya beritahu hal tersebut pada Xavier."

Erlangga menyerah, dia tak dapat lagi mempertahankan pendapatnya. "Ada apa? cepat beritahu saya?"

Tomy menghela napasnya, "jadi begini Vier. Kondisi kehamilan Laras sangat lemah, dan tubuh sang ibu juga terlalu kurus untuk masa hamilnya. Dan itu mempengaruhi keadaan janinnya. Ditambah kau juga tahu, bahwa wanita itu tak menginginkan bayinya saat ini. Jadi untuk berjaga agar wanita itu tak melakukan hal yang dapat membahayakan ibu dan anaknya. Sebaiknya kau coba ajak dia berbicara dengan kepala dingin."

"Bagaimana bisa aku berbicara padanya. Dia saja sudah benci padaku, kalau aku mendekat mungkin dia akan berteriak histeris." kata Xavier sendu.

"Kalau begitu, apa kau siap untuk kehilangan anak dan ibunya?"

Xavier menggeleng, "Lihatkan Prof. Dia itu terlalu brengsek dan pengecut. Tidak pantas untuk bertanggungjawab atas kehamilan Laras."

"Kau bisa diam tidak!" Erlangga berdecak sebal.

"Saya beritahu kamu, seorang ibu--"

Ceklek!

Tiba-tiba pintu dibuka dari luar kantor Tomy. Seorang suster dengan wajah lelahnya, datang dan berkata.

"Dokter! ibu hamil di kamar vip rose, tiba-tiba saja mengamuk dan mencoba menyakiti dirinya."

Deg!

"APA?!!!" Mata semua membulat.

Ketiga dokter tersebut, berlarian menuju kamar inap vip tersebut. Yang di mana, kamar tersebut adalah kamar Laras dirawat.

Saat tiba di sana, satu Dokter residen dan dua orang suster berusaha untuk menenangkannya.

Erlangga berlari mendekat dan merengkuh tubuh Laras, sedangkan Xavier langkahnya membeku. Saat melihat kondisi mental Laras.

30 days to be wife (new version)✔Where stories live. Discover now