Erlangga melirik sekilas, "Sepertinya kau sudah menyadarinya. Huft.. ya, aku melihatnya sebelum aku mengirimkan pesan padamu. Karena saat itu, aku juga tidak percaya kalau pria itu benar Xavier. Jadi aku--"

"Jadi kau memintaku datang, untuk melihat dengan mataku sendiri." Erlangga mengangguk.

"Maaf, karena ku kau harus menderita."

Laras menggeleng, "tidak. Karena sejujurnya, kau tahu. Aku tidak memiliki perasaan apapun pada pria itu."

Saat mobil terhenti karena lampu berganti merah, Erlangga menatapnya lekat. Namun dalam hati dia berkata.

'benarkah. Tapi aku tidak melihatnya, sebab yang ku lihat fokusmu hanya padanya. Dan aku tidak tahu, bagaimana caraku untuk mengalihkan fokusmu padanya. Karna sejak awal, aku memang sudah tidak ada dihatimu jadi aku hanya bisa melakukan hal itu untuk menarikmu keluar.'

Setelah mengatakan hal itu Erlangga kembali melanjukan mobilnya, sedangkan Laras dia hanya memandang ke arah luar kaca mobil membuang semua kepenatannya.

Tak berniat untuk berbicara atau hanya sekedar mengobrol dengan Erlangga. Entahlah, hatinya sangat kosong saat ini.

Saat tiba di Apartemen. Erlangga menurunkan koper besar milik Laras dan berkata. "Nah ini apartemenku? Kau tinggal di sini."

Laras menaikan satu alisnya, "bukankah apartemenmu satu gedung dengan apartemen Kristal."

"Yah, kau benar itu juga milikku. Sedangkan apartemen yang ini milik kakak angkatku, dia sudah tidak pernah menempati apartemen ini. Karena dia sudah menikah dan memiliki seorang anak. Jadi apartemen ini kosong, dan aku diperbolehkan menggunakannya." Laras tersenyum simpul.

Tak lama dia kembali berkata, "Baiklah, terimakasih atas tumpanganmu. Tapi aku berjanji setelah aku mendapatkan cukup uang untuk menyewa sebuah rumah. Aku akan pergi dari sini."

"Tidak perlu Laras. Kau bebas di sini.  selama kapanpun kau ingin tetap tinggal di sini."

Laras menggeleng, "tidak kak. Aku tidak mau terus menerus merepotkanmu. Jadi biarkan aku prgi nanti setelah dapat cukup uang untuk menyewa sebuah rumah."

Erlangga menghela napas lelahnya, "Ya, baiklah."

#Flashbak off

***

Esok harinya, Laras tengah terduduk diam. Pikirnya masih melayang pada perkataan Xavier kemarin. Ada benarnya juga, apa yang dikatakan Xavier.

Tapi sedetik itu juga, pemikiran lainnya langsung menolaknya. Laras menggelengkan kepalanya, saat isi kepalanya memikirkan dua hal yang selalu bertentangan.

Tok! Tok! Tok!

Daun pintu diketuk, Laras menoleh. Dia mendapati seorang suster datang, dengan menu sarapan paginya. Suster itu tersenyum, lalu tak lama dia berkata.

"Ini sarapan anda mba Laras," ucapnya.

Laras tersenyum simpul, "Iya taruh saja di sana. Nanti akan ku makan."

"Ko nanti, harus sekarang kalau nanti sudah tidak panas lagi makanannya. Dan bayinya juga pasti akan kelaparan." Laras memalingkan wajahnya.

"Aku tak perduli, aku tetap akan mengaborsinya."

Suster itu terdiam, lalu kemudian dia menghela napas panjangnya. Dan duduk ditepian ranjang rumah sakit Laras.

"Maaf sebelumnya, jika saya terlalu lancang. Tapi, seharusnya kau senang dengan kehadiran bayi di dalam kandungan mu. Karena itu artinya kau wanita normal. Coba kau pikirkan, berapa banyak diluaran sama wanita-wanita yang sudah menikah tapi masih belum juga mendapatkan keturunan. Bahkan mereka yang dinyatakan tidak bisa hamil oleh Dokter berusaha keras, agar mereka bisa hamil walau dengan menempuh berbagai cara yang gila dan tak pernah terpikirkan. Lalu kenapa kau ingin membunuhnya? hanya karena ayahnya yang kau benci. Kau itu sudah wanita dewasa, bukan anak-anak lagi. Bahkan di dalam perutmu saat ini ada kehidupan baru yang sedang menanti untuk menjamah indahnya dunia. Tapi kau malah ingin melenyapkannya dengan begitu mudah."

Laras menunduk, seketika matanya memanas. "Aku tak ingin menggurui, tapi aku pernah berada diposisimu. Saat itu aku hamil, namun justru anak ku tidak diinginkan oleh ayahnya. Jadi aku bertekad untuk membesarkannya seorang diri. Walau itu sulit, tapi jika ini semua untuk putriku aku akan rela berkorban untuk kebahagiaanya. Karena itulah tugas yang sebenarnya untuk seorang ibu bagi para wanita."

Suster tersebut, kembali bangkit berdiri dari duduknya. Setelahnya dia keluar, namun sebelum benar-benar pergi keluar suster yang berusia 40 tahun tersebut kembali berkata.

"Jangan melakukan hal yang sia-sia jika kau tak ingin menyesali. Dan ya, jangan lupa diminum susu ibu hamilnya. Itu aku yang secara khusus membuatkannya untukmu."

Laras menatap gelas susu tersebut, dan setelahnya suster tersebut keluar dari kamar inap Laras. Tapi jika kalian ingin tahu, sebenarnya susu ibu hamil tersebut adalah susu yang dibuatkan oleh Xavier.

Karena pasalnya, sejak semalam dia sibuk berselancar di dunia maya, hanya untuk mencari infomasi mengenai tentang masa pertama kehamilan seorang istri.

"Oh, jadi kalau wanita hamil itu bakalan mengalami perubahan mood yang besar." monolognya.

Dan bahkan ia juga mencari tahu susu ibu hamil yang mana, yang paling bagus untuk janinnya.

Walau dia takkan bisa bertanya langsung pada Laras, tapi setidaknya dia ingin memperbaiki hubungannya dengan Laras melalui bayi itu.

Jika Vero dan Kristal saja bisa berbaikan dengan kehadiran bayi yang ada di kandungan Kristal. Kenapa dia tidak, dengan Laras?

"Laras suka susu rasa apa ya? strawberry atau pisang? atau juga cokelat?"

Namun tak lama dia menggeleng, "Ah, tidak. Nanti dia akan menjerit histeris lagi, jika aku datang untuk bertanya padanya. Ya, mau tidak mau belikan semua rasa saja, kalau percobaan pertama gagal. Baru aku akan mengganti rasanya dengan yang lain, ya begitu saja?"

Jadi dari situlah, dia bersemangat untuk mencari tahu segala sesuatu yang berhubungan dengan masa kehamilan.

Karena dia bukan dokter kandungan, itu sebabnya dia ingin mempelajari hal tersebut. Sekaligus jaga-jaga, agar Laras tidak melakukan yang tidak dia inginkan terhadap bayi itu.

"Bagaimana Suster Miya, apa dia mau meminum susu ibu hamilnya?"

Suster Miya terkekeh, "kalau kau penasaran, lihatlah saja sana sendiri. Kau ini."

Xavier mencebikkan bibirnya, lalu tak lama dia berlari mendekat ke arah kamar inap Laras. Dengan perlahan, dia memunculkan sedikit demi sedikit kepalanya lewat kaca pintu yang bening.

Lalu tak lama sebuah senyuman mengembang pada wajahnya. Dia berhasil, Laras tengah asik meminum susu buatannya.

"Entahlah, ucapan apa yang dikatakan oleh suster Miya padanya. Setidaknya, dia mau memberikan gizi pada anakku. ... Makan yang banyak ya. Sayang daddy, tumbuh yang sehat di dalam perut mama mu. Daddy menunggumu." gumamnya seorang diri sambil terus memandangi Laras dari kaca pintu kamar inap.

Namun, saat Laras menoleh ke arah pintu. Dengan cepat Xavier menyembunyikan wajahnya, dia tidak mau rencananya berakhir berantakkan hanya karena kemunculannya.

Jadi akhirnya dia memutuskan, untuk pergi dengan berjalan mengendap-ngendap agar tidak terlihat.

"Aneh, sepertinya aku merasa ada seseorang diluar sana?" kata Laras bingung.

"Aneh, sepertinya aku merasa ada seseorang diluar sana?" kata Laras bingung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selamat makan siang, dan jangan pusing ya. Karena bakalan aku maju mundur cantik, di chapter ini karena banyak adegan flashbacknya.

Gimana Xavier udah mulai berniat untuk memperbaiki hubunganya sama Laras nih? setuju gak kalian?

Atau ada yang lebih milih Laras sama Erlangga dibanding Xavier?

30 days to be wife (new version)✔Where stories live. Discover now