Bab 93

570 41 8
                                    

"Kamu tau, apa kelebihan bintang di atas sana?." Satu telunjuk berhasil menunjukan sebuah bintang di langit sana. Dua pasang mata langsung melihat, pergerakan jari yang ia tunjukan mengadah ke langit gelap itu

"Apa?." Balasnya yang begitu kemayu

"Dia lebih menerima, untuk bersinar sendirian 'dengan jarak yang cukup jauh dari jangkauan teman - temannya, dan lebih memberikan kasih sayang yang tak terhingga, untuk orang - orang yang melihatnya tersenyum manis."

Lima hari setelah paska kejadian yang membuatnya kalang kabut. Juni terus diberikan kasih sayang, yang membuatnya semakin tak ingin untuk melepaskan Kenzo 'untuk kembali menyusul ke negara Kota Mode disana.

Jari jemari yang terus memegang erat lengan kekar itu, membuat Kenzo tidak memiliki cukup ruang agar pergerakannya bisa berjalan dengan stabil.

Entah apa yang dipikirkan oleh Juni, sehingga ia berbuat seperti ini 'yang mana seperti anak kecil ketika baru menduduki taman kanak - kanak dan tidak mau ditinggal pergi oleh ibunya. Tapi tidak apa. Ketika perilakunya seperti ini, Kenzo benar - benar sangat berterima kasih kepada Tuhan 'karena ia bisa bersama kembali dengan perempuan, yang hampir saja menghilangkan nyawanya sendiri.

Semenjak kejadian lalu, Juni begitu frustasi kepada semua anggota keluarganya. Tidak ada yang memperlakukan dirinya, sebagai seorang anak satu - satunya dan tidak ada yang memberikan satu permohonan maaf untuknya juga.

Maka dari itu, Kenzo juga terbawa suasana, dengan mana ia benar - benar begitu bingung untuk menerima sikap Juni, yang mana semakin hari semakin tidak biasa - biasa saja.

Juni memejamkan kedua bola matanya, "Aku akan berandai sekarang..."

"Dengan senang hati sayangku."

Semilir angin malam menerpa kedua remaja, yang menatap luas diatas rerumputan belakang rumah baru ini.

Tidak ada kesempatan lain, untuk Kenzo bertindak tegas, dengan membawa Juni pergi dari rumahnya 'tetapi dengan atas dasar memberikan izin kepada orang tuanya terlebih dahulu.

Kenzo tidak memikirkan apa respond dari keluarga itu, mengenai kepergian seorang anak perempuan satu - satunya mereka. Tidak menerima adil, jika mereka tidak memberikan adil kepada anaknya sendiri. Alhasil, Kenzo tidak menginginkan Juni tinggal berlama - lama di rumahnya sendiri, dengan catatan Juni selalu tertimpa segalanya dan membuat kesayangannya itu kehilangan arah.

"Aku iri kepada bintang di atas sana. Kalo memang mereka semua terus berteman baik, dengan jarak yang begitu tidak memungkinkan. Tapi kenapa tidak dengan aku sendiri?."

Kedua alis Kenzo saling bertautan. Ia tidak mengerti dengan perkataan Juni, yang membuat kedua matanya langsung menatap Juni lekat - lekat, "Maksud kamu, apa?."

"Aku juga harus bisa terima dong, kalo seseorang yang berarti buat aku, bakal berjarak jauh untuk nerusin pendidikannya. Iya nggak?."

Sungguh. Kenzo benar - benar tidak mengerti apa perkataan Juni. Apa maksud dari berjarak jauh, dengan pendidikan yang akan ia tempuh lagi? Apakah Juni memberikan waktu untuknya, dan menunggu dirinya dengan menyelesaikan program studi di Paris sana. Rasanya ini tidak mungkin, ini tidak bisa dipercaya dengan sekali mengedipkan mata.

"Maksud kamu, kamu setuju 'kalo aku balik ke Paris lagi?." Tanya Kenzo dengan sedikit memelankan suaranya

Mata yang tengah tertutup, kini terbuka dan mengganti posisi tubuhnya menghadap ke kanan 'dimana posisi mata Kenzo tengah menatap dirinya.

Mengulas senyum, dan memberikan sedikit anggukan kecil, "Iya. Aku bakal terima kenyataan ini, dan aku bakal tunggu kamu selama program studinya selesai."

CERITA JUNI & JULI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang