Bab 63

679 38 6
                                    

"Apa kabarnya, sehat?." Laki - laki yang sudah lama tak jumpa, kini ada disamping tengah memeluknya. Bagaikan awan yang selembut kapas, begitu hangat, sangat hangat

Juni yang merasa ada yang memeluknya, ia menoleh ke samping, melihat senyuman manis yang sudah lama telah pudar dan tak terlihat lagi. Saat ini, ia bisa melihatnya dari jarak sedekat ini. Senyuman itu, senyuman lama yang kembali dengan sebuah pelukan hangat yang disalurkan bersama DNA hebat dari dalam. Rasa rindu yang sudah terbalaskan, kini ia bisa merasakan rasa hangat pada dirinya yang tak bisa berucap apa - apa lagi. Lidahnya begitu kelu ketika laki - laki ini terus memberikan senyuman manisnya. Semilir angin yang masih menyentuh kulitnya, sekarang sudah merasa baikan. Polybag yang semula membungkus tubuhnya, kini tergantikan oleh wujud manusia yang sudah lama ia idam - idamkan datang kembali lagi. Ia tidak bisa membohonginya lagi, ingin sifat diam ia curahkan bersama rasa hati yang meminta dirinya untuk mengucapkan semunya secara formal dan jelas.

"Kenapa kayak gini, siapa yang nyiram lo?." Laki - laki ini bertanya sambil mengusap lembut lengan kanan Juni. Entah mengapa Juni kembali mengingat hal dulu yang pernah ia alami sebelumnya

Juni mendongak, lagi - lagi melihat wajah babyface milik laki - laki diatasnya, "Kalo gue bilang ini dari hujan, lucu nggak?." Bukannya menjawab dengan benar dan jujur, Juni justru bertanya seolah - olah ia membuat teka - teki untuknya

Laki - laki itu menggeleng, "Nggak, sama sekali nggak. Gue tau ini perbuatan manusia yang sengaja buat lo malu, kalo memang ini hujan, diluar kenapa panas?." Skakmat. Juni dibuat mati kutu olehnya, laki - laki ini malah membalikan fakta adanya bahwa Juni benar - benar berucap asal

Menghela nafas sebentar, Juni kembali menatap pupil mata yang sedikit menciut itu "Ya, lo menang. Gue disiram Zeline, tapi dia nggak sengaja ko."

"Nggak ada sejarahnya disiram sama nggak sengaja. Dari cara lo kayak gini aja lo udah bohongin gue, kenapa lo selalu ngelindungin diri lo dari orang - orang yang udah buat lo celaka si Ni?." Terlihat jelas raut wajah khawatirnya, hati Juni tersenyum senang bila laki - laki ini masih peduli kepadanya

Juni memberikan senyum kepada laki - laki ini, "Dendam nggak perlu dibales dendam kan, sama seperti yang pernah lo bilang, gue hanya ikutin apa kata hati gue dan pesan singkat dari lo."

Ketika Juni mengingatkan sebuah pesan singkat yang pernah dikatakan laki - laki itu, laki - laki itu sedikit diam dengan tiba - tiba. Berbulan - bulan lamanya ia meninggalkan seorang perempuan dan sama sekali tidak bisa menjaganya, rasa bersalah semakin menggerogoti dirinya. Tak ingin membuat perempuan ini diperlakukan yang tidak adil oleh siapapun, ia mengingat bahwa kelemahannya selalu bergantung pada dirinya. Betapa bodoh dirinya meninggalkannya sampai ujian sekolah telah usia seperti ini?, rasanya ia benar - benar tidak bisa menjaga amanah dari kedua orang tuanya untuk meminta dirinya menjaga perempuan bertubuh kecil ini.

Hantaran pelukan rindu ini semakin ia eratkan. Tak bisa dipungkiri lagi, ia sangat merindukan perempuan yang membuat hari - harinya memiliki memori indah nan penuh bermakna. Terasa ada medan magnet yang membuat tubuhnya sama sekali tidak mau melepaskan ataupun melonggarkan sedikit pelukannya. Rambut panjang yang sering ia ikat menggunakan ikatan rambut hitam khasnya, kini menyebarkan aroma wangi dari vanilla yang sering Juni gunakan ketika keramas. Tidak ada perubahan dari perempuan ini, dari dulu sampai waktunya masih bersama - sama, ia masih bisa mengenali sifat maupun perubahan dari diri Juni. Hanya sedikit yang tak bisa lepas dari tatapannya, ia melihat dua mata panda yang membuat dirinya merasa bingung. Ia menebaknya dalam hati, apa mungkin perempuan ini sering menangis dan jarang pergi tidur tepat waktu?, ia rasa itu semua iya.

"Selama beberapa bulan ini, apa lo bisa menjaga diri lo sendiri?." Ia langsung bertanya, membuat Juni yang semula tersenyum manis langsung menatap dirinya

CERITA JUNI & JULI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang