Bab 22

943 49 0
                                    


Setelah upacara telah selesai, kini siswa-siswi langsung berhamburan menuju kantin. Entah kantin satu ataupun kantin dua, mereka semua langsung lari terbirit - birit seperti sedang dikejar oleh binatang buas. Rasa haus yang menyekik tenggorokan, membuat siswa-siswi kocar-kacir mencari air mineral untuk segera membasahi tenggorokannya. Kantin satu ataupun dua mendadak menjadi ramai dengan siswa-siswi yang berdesak - desakan untuk membeli air mineral serta makanan. Hari ini lah yang menurut mereka hari teramat menyeramkan. Waktu - waktu yang mereka tidak sukai dimana ketika list menyebutkan amanat upacara, Bapak Kepala Sekolah yang berbicara tidak mengenal faktor cuaca panas. Ada sebagian yang duduk dibawah, ada yang sebagian pergi ke pinggi lapangan, dan ada sebagian yang masih mengikuti upacara dengan khidmat.

Belum lagi dengan barisan cewek - cewek biangnya gosip, mereka tidak mengikuti upacara dengan khidmat dan justru hanya membicarakan hal yang tidak - tidak. Mulai dari kelas sepuluh, sebelas hingga dua belas, ada yang menjadi satu perkumpulan dengan tidak mengikuti upcara yang begitu sakral ini, mereka lebih bersantai dibawah pohon yang rindang di pojok sana. Apalagi dengan barisan cowok - cowok yang super brandal, mereka benar - benar enggan mengikuti upacara ini yang menurut mereka sangat melelahkan. Untung saja tidak ada guru - guru yang biasanya menjaga dibelakang untuk mengawasi siswa-siswi yang tidak tertib mengikuti upacara rutin ini, maka dari itu mereka sangat berterima kasih dengan upacara kali ini yang tidak menyediakan guru - guru untuk mengawasi mereka dibelakang.

"BU SAYA BU ES TEH SATU!."

"BU CEPATAN BU, AUS NIH!."

"EH SABAR WOY, NGGAK USAH DORONG - DORONG!."

"ANJIR NIH YANG DORONG - DORONG!."

Mereka semua mulai berteriak - teriak untuk mendapatkan segelas es teh manis beserta makan lainnya. Tidak kesabaran menjadi daya tarik mereka semua, tidak ada yang bisa mengantri dengan tertib. Yang lebih menguntungkan lagi jika siswa-siswi membawa air mineral dari rumahnya masing - masing, jadi mereka tidak perlu berdesak - desakan seperti yang lainnya.

Ruang kelas XII - A,

Sebagian siswi sudah duduk di kursinya masing - masing. Mengambil satu buku untuk mereka jadikan kipas karena cuaca yang membasahi seragam putih abu - abunya. Siswa dikelas ini sibuk menyerbu kantin seperti anak kelas lainnya, belum lagi dengan pelajaran nanti yang menambahkan lelah mereka setelah mengikuti upacara dengan durasi dua jam ini. Mengistirahatkan badan, sebagian siswi lebih memilih tidur ditempatnya dengan rasa kantuk yang sudah mereka tahan dari pagi tadi. Lima menit lagi bel masuk untuk pelajaran pertama, tetapi kelas belum juga terisi dengan siswa-siswi yang masih sibuk untuk membasahi tenggorokannya.

Juni yang terbiasa lebih meminum air putih setelah selesai upacara, ia menidurkan kepalanya dengan bantalan tas punggungnya. Disampingnya terdapat Lyanna yang sedang membuka buku catatan untuk pelajaran lima menit nanti. Di depan Lyanna diisi dengan Bianca dan Melda yang sibuk berkipas dengan kipas tangan yang selalu mereka bawa ke sekolah. Sedangkan Juli dan teman - temannya, mereka sedang membasahi tenggorokannya yang terasa mengering. Sebelum upacara selesai, mereka berempat kabur meninggalkan lapangan tanpa aba - aba dari MC. Maka dari itu mereka sangat cepat mendapatkan minuman dan makanan yang tertata di mejanya.

Juli melihat Juni yang sedikit tidak bersemangat, ia beranjak, menggeret kursi sebelah untuk berdekatan dengan Juni.

Juli menepuk punggung Juni, "Ni, nih mau nggak." Ia menawarkan roti isi ditangannya

Juni menoleh, "Buat gue?." Tanyanya

Juli mengangguk, ia menyerahkan roti itu kepada Juni.

Juni menggeleng, ia menolak pemberian dari Juli. Juli yang melihat gelengan Juni, ia mengerutkan keningnya. Pasalnya, baru kali ini Juni menolak pemberian Juli.

CERITA JUNI & JULI [END]Where stories live. Discover now