Bab 15

1K 49 0
                                    


Mereka tengah asik mempersiapkan segala keperluan untuk sekolahnya yang tersisa dua hari lagi. Kini weekend mereka tersisa 48 jam lagi, entah mereka akan menghabiskannya kemana, mereka belum sempat planning terlebih dahulu. Farah yang ikut bersama kedua anak - anaknya, tengah mempersiapkan segala keperluan sekolah mereka. Farah memang sangat senang bila ia bisa membantu kedua anak - anaknya yang tengah mempersiapkan segala keperluan mereka seperti saat ini. Tak apa - apa ia tidak hadir ke kantornya, untuk hari ini ia hanya ingin membantu segala keperluan mereka berdua saja.

Sepulangnya dari mall di daerah Kemang, Juni ikut bersiap - siap di rumah Juli. Ia juga tahu bahwa keluarganya hari ini tidak ada di rumah, maka dari itu ia lebih memilih bersiap - siap di rumah Juli. Untung saja Farah tidak ke kantor hari ini, Juni pun sangat bahagia bisa dibantu - bantu untuk menyiapkan segala keperluannya untuk hari Senin nanti. Setelah Juni memperlihatkan hasil belanjaannya, Farah mengambil seragam baju putih beserta rok dan celana abu - abu anaknya. Kemudian, Farah meminta Bi Iyem untuk mencuci seragam baru mereka dan menjahit namanya serta nama sekolahnya. Bi Iyem yang ikut berantusias, ia sangat bersemangat ketika diperintahkan untuk mencuci seragam Juni dan Juli.

Setelah Farah meminta Bi Iyem untuk mencucikan seragam anak - anaknya, Farah kembali mengecek belanjaan alat tulis terlebih dahulu. Tangannya sangat paham mana barang Juni dan mana barang Juli. Ia pun tahu bahwa anak perempuannya paling banyak belanjaannya dibandingkan anak laki - lakinya. Sebab itulah yang membuat dirinya sangat hafal dengan barang - barang kedua anaknya. Farah menggeleng - gelengkan kepalanya setelah melihat belanjaan alat tulis Juni sangat banyak, bahkan tak terhitung seberapa banyak ia beli barang - barang ini.

"Juni, yaampun... kamu benar - benar tidak berubah ya." Ucap Farah membelai rambut Juni

Juni memperlihatkan deretan gigi putihnya kepada Farah, "Hehehe abis Juni ngiler mah kalo udah ke toko buku, bawaannya pengen ngambil semuanya aja gitu." Balas Juni dengan memainkan tangannya

Farah kembali menggelengkan kepalanya, kini ia mengambil box yang berisikan sepatu. Ia menatap Juni lagi, "Apa ini? Sepatu lagi?." Tanya Farah dengan menunjukan sepatu Juni

"Hehehehehe, apalagi soal sepatu Mah." Lagi - lagi ia tertawa

Farah menatap Juli, "Kamu juga, sepatu kan masih bagus Jul, kenapa beli lagi?."

"Juni tuh maksa, katanya sepatu dia biar ada temennya." Sahut Juni tidak mau disalahkan

Juni menatap Farah, ia takut Farah marah kepadanya "Nggak apa - apa kan Mah?."

"Lain kali jangan gini ya? Kamu udah banyak ngoleksi sepatu Juni. Bukan berarti Mamah ngelarang kamu, hanya saja kamu tidak boleh boros. Ngerti ya nak?." Farah memberitahu Juni dengan sangat lembut

Juni menundukan kepalanya, "Iya Mah, maaf." Katanya lirih

Farah tersenyum, ia membelai rambut Juni agar Juni tidak menyalahkan dirinya sendiri. Ia sangat tahu akan sifat anaknya yang satu ini. Ia tidak ingin melukai hati kecilnya, maka dari itu dalam pengucapan ia juga harus sangat lembut. Jangankan marah kepadanya, membentaknya saja ia tidak akan berani. Sebenarnya boleh saja seoarang Ibu memarahi anak - anaknya dengan cara yang baik, tetapi berbeda dengan Farah. Sekeras - kerasnya sifat Juni yang bukan anak kandungnya, ia tetap saja tidak bisa memarahinya ataupun membentaknya.

"Mamah nggak nyalahin Juni ko, Mamah juga nggak marah. Tapi, Mamah cuma ingetin Juni, kalau belanja itu hanya untuk yang penting - penting saja. Contoh Juni beli penggaris, stapler, perfurator dan juga gunting mini seperti ini, barang - barang ini kan masih ada di kamar Juni. Mamah semalam udah ngecek lho di kamar kamu." Tutur Farah

Ya memang. Mengapa Farah membicarakan soal kamar disini, dan sudah mengeceknya semalam?, itu karena Farah meminta Dika untuk menyediakan kamar selain kamar Juli dan kamar untuk teman - temannya kalau sedang ingin menginap di rumahnya. Farah sengaja meminta Dika untuk membuatkan kamar untuk Juni. Sehingga ketika Juni sendirian dan orang tuanya kembali pergi ke luar kota, Juni bisa tidur di kamar yang telah ia sediakan untuknya. Mereka pun tidak hitung - hitungan dengan persoalan ini, entah itu anak kandung atau bukan, ia tetap memberlakukannya sama seperti ia memperlakukannya terhadap anak kandungnya sendiri.

CERITA JUNI & JULI [END]Where stories live. Discover now