Bab 45

580 40 0
                                    


Saat ini, ketika Juni tertidur, ia tidak seorang diri. Melainkan banyak teman yang menempel di tubuhnya. Mulai dari tangan kiri yang diinfus dengan cairan bening, hidung yang dipakaikan selang untuk membantu nafas serta dada yang ditempel selang pendeteksi jantung. Juni tidak tidur di ranjang Rumah Sakit, melainkan ia tengah tertidur di kamarnya sendiri. Kakaknya, Arkan tidak mau untuk Juni dirawat di Rumah Sakit, ia meminta surat rujukan dari pihak Rumah Sakit agar Adik Perempuannya dirawat di rumahnya saja. Awalnya pihak Rumah Sakit, terutama Dokter langganan Papahnya juga tidak menginginkan Juni dirawat di rumah dikarenakan semua alat tidak akan lengkap, tetapi Arkan lebih tidak mau kalau Adik perempuannya berada disana. Entah alasan apa yang Arkan kekeh sekali untuk tidak ingin Adiknya dirawat disana, ia benar - benar hanya ingin Juni dirawat di rumah. Pihak Rumah Sakit sempat kewalahan menahan Arkan yang sempat menggebu - gebu melawan pihak Rumah Sakit, maka dari itu pihak Rumah Sakit mengizinkan Juni untuk dirawat di rumah saja.

Arkan yang terus menjaga puteri tidur, ia tak lepas dari genggaman tangannya yang terus menggenggam tangan Juni. Sejak tau Juni terkapar di lantai dengan banyak darah, Arkan benar - benar merasa menyesal karena terlambat untuk menolong Adiknya. Ia baru membuka ponselnya ketika acara makan telah selesai dan Bi Surti datang menghampiri semua keluarganya dengan dahi yang banyak bercucuran keringat. Arkan sempat bingung dengan logat Bi Surti berbicara gugup dan tidak jelas seperti orang berbuat salah. Semua keluarga yang awalnya tampak bersenang - senang, mereka langsung dibuat bingung dengan tingkah Bi Surti yang membuat semua orang penasaran. Arkan tidak berhasil diberitahu oleh Bi Surti, tiba - tiba Agatha memanggilnya dengan menunjukan raut wajah tegang. Alhasil Arkan mengambil ponselnya yang dipegang oleh Agatha dan melihat apa yang terjadi dilayar roomchatnya. Dengan cepat Arkan berlari ke rumahnya dan benar saja, Juni dengan kondisi yang tidak baik - baik setelah ia melihatnya.

Berpindah ke Juli, Juli yang terlalu sibuk dengan seorang perempuan di sampingnya, ia juga merasa sempat bersalah mengenai persoalan ini. Marah, kecewa, semuanya dicampur aduk menjadi sebuah emosi yang membeludak dihatinya. Ia mengunci kamarnya dan meraung - raung seperti singa jantan yang tengah digoda ketika ia baru bangun dari tidurnya. Juli benar - benar terlewat batas, barang - barang di kamarnya sudah habis terbanting. Kamar yang semula rapih, sekarang seperti kamar yang tidak berpenghuni. Emosinya menjiwai seluruh tubuhnya, semuanya yang berusaha menenangkan Juli, mereka semua kalap menenangkannya. Kyra yang ikut menenangkan Juli, Juli tetap tidak mau keluar dari kamarnya.

"JANGAN GANGGU JULI!. JULI MAU SENDIRI." Teriak Juli dari dalam

Farah, Aiden, Kyra, serta kedua orang tua Juni, mereka semua tidak ada satupun yang bisa membujuk Juli untuk keluar dari kamarnya. Sebenarnya ketika Juli bertingkah seperti ini, ia seperti perempuan tengah datang bulan bukan?, atau seperti perempuan telah diputusin pacarnya yang merajuk di kamar untuk mengurung diri dan mengunci kamarnya. Ya beginilah seorang Aldebaran kesayangan Juni, manja, terlalu emosional dan bersifat seperti kanak - kanak yang tengah merajuk meminta sesuatu tetapi tidak diperbolehkan oleh Mamahnya.

"Juli, keluar yuk. Juni nungguin lho disana, kita lihat Juni yuk sayang." Farah terus membujuk putra tunggalnya agar mau keluar dari kamarnya

"Nggak Mah, Juni pasti nggak pengen Juli ada di sampingnya. Juni pasti kecewa sama Juli karena Juli nggak angkat telepon dari dia. Juli nggak mau buat Juni semakin benci sama Juli Mah." Sahut Juli dari dalam

"Tapi sayang..."

Nadine memegang bahu Farah, "Sudah Far, biarkan Juli menenangkan dirinya dulu. Kalau dia sudah baikan, kita ajak Juli buat nemuin Juni. Sekarang waktunya istirahat Far." Cerca Nadine meminta semuanya untuk beristirahat

Farah mengangguk lemas, "Mamah sayang Juli, Juli cepat lihat Juni ya sayang. Kasihan Juni sendirian."

Dika memegang tangan istrinya, "Sudah Mah, kalau Ano sudah ingin keluar dari kamarnya, pasti Ano bakal lihat Atha ko Mah."

CERITA JUNI & JULI [END]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum