Bab 53

613 42 0
                                    


Kembali ke sekolah,

Juni bersama ketiga teman - temannya tengah berkumpul di depan ruang Osis. Juni yang sudah lama tidak memberikan kabar mengenai Olimpiade Matematika, ia meminta teman - temannya untuk menemaninya pergi menemui Galen di ruang Osis ini. Dikarenakan ia tidak diperkenankan lagi oleh Juli untuk pergi sendiri ke sekeliling sekolah, akhirnya Juni pun ditemani oleh Lyanna, Melda dan juga Bianca. Sebelum ia masuk ke dalam ruang Osis, Juni membetulkan seragamnya agar terlihat lebih rapih dimata sang Ketua Osis itu. Ia menyimpan baju seragamnya ke dalam yang sedikit keluar, selanjutnya ia melonggarkan dasinya agar tidak terlalu melekat kencang. Ia meminta ketiga temannya untuk mengoreksi seluruh seragamnya, apakah sudah terlihat rapih atau tidak. Ketiganya temannya pun mengangguk iya dan menunjukan ibu jarinya yang menandakan 'perfect'. Melangkahkan kakinya masuk dan teman - temannya pun menunggu di luar ruangan.

Juni melihat sisi ruang Osis yang belum sama sekali ia masuk kesini. Ia melihat banyak sekali piala atas namakan keorganisasian yang berupa: medali perak dihadiahi oleh sang Ketua Osis Tahun 2012, trophy berukuran besar dihadiahi oleh Ketua Osis Tahun 2014 dan beberapa trophy kecil beserta sertifikat lainnya. Juni juga melihat beberapa foto yang terpasang di dinding ruangan ini, menampilkan sejumlah Ketua Osis tengah mencium medali yang ia sumbangkan, staff Osis tengah mengangkat trophy besar dan masih banyak yang lainnya. Ia juga melihat Kepala Sekolah tengah memberikan sebuah hadiah kepada Ketua Osis tahun sekarang. Ternyata banyak prestasi yang menjujung tinggi martabat panitia keorganisasian ini.

"Asik banget kayaknya, liatin apa sih?." Ucap seseorang tiba - tiba datang dari arah sebuah ruangan kecil

Juni menoleh ke arah sumber suara, ternyata tak ayal lagi ialah seorang laki - laki bertubuh tegap penuh wibawa. Siapa lagi kalau bukan Ketua Osis, Galen Ray, yang cueknya mendiami pada wibawanya.

Galen yang memegang buku tebal, ia mendekatkan dirinya ke arah Juni "Udah lama disini?." Tanyanya

Juni menggeleng, "Nggak, baru aja nyampe."

"Yaudah, duduk dulu Ni." Sambungnya meminta Juni untuk duduk terlebih dulu di sebuah sofa yang disediakan di ruang ini

Juni mengangguk iya, mengikuti intrupsi dari Galen dan menjatuhkan tubuhnya di sofa hitam pekat ini.

Galen menyimpan buku tebal itu di meja, "Jadi, gimana keputusan lo?." Ia menanyakan persoalan sama lagi mengenai ikut tidaknya

Juni menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal, "Duh, gimana ya Gal... gue nggak enak buat ngomongnya nih, udah lama juga gue pertimbangin soal ini." Kata Juni yang sedikit ragu dengan ucapannya

"Nggak papa Ni. Ya... apapun keputusan lo, gue udah ngomong ko sama pihak guru - guru lain minggu kemarin." Balas Galen sedikit memberi Juni kelegaan

Juni menundukan sedikit wajahnya, "Iyaaa sorry banget ya Gal, gue tolak olimpiade ini. Aduh gue semakin nggak enak hati nih sama lo." Ia pun menolak tawaran sekolah untuk mengikuti Olimpiade Matematika itu

Galen tersenyum lembut, "Yaudah nggak papa, itu semua kan keputusan lo. Mungkin tahun ini, sekolah kita alpa dulu buat ikut olimpiade."

Juni sedikit terkekeh dengan ucapan Galen, "Hehehe, sekali lagi sorry banget ya Gal. Aduh bener - bener nggak enak banget nih sam lo dan guru - guru yang lain."

"Santai aja kali Ni, justru gue yang seharusnya nggak enak sama lo gara - gara gue udah maksa lo banget untuk olimpiade ini." Tutur Galen yang ikut menyalahkan dirinya sendiri

Dari arah ruangan lain, keluar perempuan dengan membawa tumpukan kertas putih di tangannya. Juni yang melihat dari arah sini, ia bisa mengenali wajah perempuan itu. Ternyata perempuan itu ialah perempuan yang ikut meminta Juni untuk mau mengikuti olimpiade waktu itu.

CERITA JUNI & JULI [END]Where stories live. Discover now