Bab 77

614 42 11
                                    

Semuanya telah usai. Seribu kata yang sudah disambungkan dengan kata - kata yang lain, kini sudah tidak bisa menjadi sebuah kata yang bisa menjabarkan bahwa, 'hati ini terbuat dari apa. Sekilas tercampur dengan warna hitam, hatinya begitu siluet untuk meminta maaf kepada orang lain yang disakitinya. Tidak terlalu banyak untuk meminta, ia hanya ingin bibirnya mengucapkan sebuah kalimat kepadanya 'yang perasaannya terlalu buruk untuk diterima.

Sebuah kerangka foto di meja belajarnya, ia menatapnya begitu sendu. Sekelibat kesehariannya terpikirkan oleh perempuan yang tengah tertawa di foto sana, terlalu manis bila diingat dan terlalu pahit untuk ia kubur dalam - dalam. Bahkan, hatinya tidak mau menyembunyikan ini lama - lama. Begitu ambigu 'ketika ia berhasil tersenyum setelah melihat perempuan itu. Bagaimana pun, dulu 'mereka pernah bersama - sama.

Merasakan pahitnya dalam hidup, dengan sedemikian rupa, ia harus bisa menerima semuanya. Walaupun hati menyayangi perempuan lain, namun jiwanya ingin terus bersama dengan perempuan yang tengah tertawa disana itu. Ia terlalu labil untuk bisa memiliki keduanya. Tidak bisa dibiarkan dengan seterusnya, ia tidak ingin menyakitinya berkali - kali lagi. Tak apa takdirnya tidak bisa menyatukan dirinya bersama perempuan itu, yang terpenting, ia sudah bisa merelakan perempuan itu bahagia bersama laki - laki lain 'yang bukan dirinya sendiri.

"Saya ikhlas Ni, sebagaimana kamu juga ikhlas dengan saya 'yang ingin bertunangan dengan perempuan lain." Gumamnya

Juliano. Laki - laki berkelahiran sama dengan namanya, kini ia tengah memikirkan perempuan yang sudah berkali - kali ia sakiti. Walaupun sebentar lagi ia ingin bahagia, namun hatinya masih saja menyimpan memori lama 'dimana kenangan - kenangan dulu bersama dengan perempuan itu, terlintas kembali.

"Saya harap, hari esok, kamu dateng ya Ni." Dalam hatinya, ia terus saja membuat permintaan kecil. Menginginkan Juni datang ke acara pentingnya, ia terus saja memberikan sebuah wish pada hatinya

Tok tok tok

"Masuk." Balasnya karena mendengar suara ketukan dari luar kamarnya

Juli yang tidak menoleh ke belakang, tatapannya terus saja lurus ke sebuah benda di tangannya. Berbalas kasih dengan apa yang sudah terjadi, takdir belum juga memberi jawaban 'dengan apa yang ia inginkan pada hatinya.

"Juliano." Panggil seseorang dari balik punggung Juli

Mendadak sebuah benda yang berada ditangannya, tiba - tiba terlepas dari sana. Sebuah nada panggilan yang khas, membuat bulu kuduknya langsung berdiri. Sebisa mungkin ia memejamkan matanya dalam - dalam, berusaha keras untuk meresapi panggilan tadi, ia mulai mengenali suara itu.

"Belahan jiwa saya..."

Lagi. Sebuah kalimat lanjutan yang disambungin oleh seseorang dibelakangnya, Juli semakin yakin dengan suara itu. Sedikit demi sedikit, Juli memutar badannya untuk melihat seseorang di balik tubuhnya. Setelah ia berhasil, tatapannya yang begitu kosong, ia melihat seseorang tengah senyum kepadanya. Sebuah senyuman yang sama dengan apa yang ia lihat difoto tadi, matanya begitu berat untuk mengedipkan satu pejaman saja.

"Ju-Juniatha." Balasanya seketika gugup

"Hai."

Juni dan Juli. Sebuah nama bulan kelahiran, sebuah nama laki - laki dan perempuan, kini 'mereka berdua mampu bertatap wajah kembali. Tercipta takdir yang terus ia harapkan dalam hati, Juli berhasil melihat wajah cantik yang sudah lama tidak ia lihat lagi. Sebisa mungkin ini tidak angan - angannya saja, ia menampar pipinya berkali - kali dan mampu menimbulkan rasa sakit.

Orang bilang, dengan mencubit atau menampar sesuatu, katanya berbicara bahwa semua itu tandanya: tidak sedang bermimpi. Opininya berubah menjadi fakta. Sebuah fakta menarik, yang membuat dirinya tidak bisa mengungkapkan kata - kata apapun itu saat ini. Hatinya begitu beruntung, dengan apa yang terus ia mohonkan kepada Tuhan. Dan sekarang, Tuhan mendengar semua permintaannya 'ia pun sampai malu untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada-Nya.

CERITA JUNI & JULI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang