Bab 36

704 40 0
                                    


Setelah beberapa hari tak masuk sekolah, kini Juni sudah bisa bergabung bersama ketiga sahabatnya dan juga teman - temannya Juli. Luka yang berada di wajah, tangan dan juga kakinya sudah membaik. Ia sudah bisa berjalan seperti biasanya dan juga menulis sangat lancar ketika ia diberi semua catatan yang begitu sangat menumpuk. Untung saja hanya butuh tiga hari untuk menyembuhkan luka ini, dikarenakan tidak begitu parah, Juni bisa memaksa Juli untuk masuk sekolah hari ini. Awalnya Juli sempat tidak setuju dengan permintaan Juni untuk masuk sekolah, tetapi Juni tetap Juni, permintaannya tak bisa Juli tolak begitu saja dan akhirnya pun Juni yang menang untuk hal ini. Setelah Juli tak memperbolehkan Juni masuk sekolah, Kakak laki - laki dan kedua orang tuanya pun juga berlaku sama seperti mana Juli tak memperbolehkannya masuk sekolah. Mereka semua pun sama seperti Juli, tak ada yang bisa menolak permintaan Juni. Maka dari itu Juni bisa masuk sekolah dengan paksaan kepada dirinya sendiri.

Ketika Juni sudah selesai mencatat semua catatan yang sempat tertunda, ia pun merenggangkan tangannya yang begitu pegal. Menyederkan punggungnya untuk mengistirahatkan lehernya yang begitu kelamaan menunduk dan menyebabkan sakit. Ia pun menghembuskan nafasnya, lalu memejamkan matanya. Di samping Juni, Lyanna yang sibuk bermain gadgetnya, matanya begitu sangat terfokus kepada layar putih itu. Di depan Juni pun kedua teman yang sedang mengobrol terus bercuap - cuap sedari bel istirahat berakhir. Dari arah belakang, keempat laki - laki begitu sibuk dengan urusannya masing - masing. Juli yang bersama Adriel tengah tidur, serta Naufal dan Liam sibuk memainkan games yang berada di ponselnya. Juli memang sering tidur disaat mapel yang tak mengisi waktunya. Kali ini ruang kelasnya sedang dalam jam kosong, atau kerap yang sering disebut oleh anak jaman sekarang ialah jamkos.

"Juni, ada yang cari lo tuh." Panggil Dena yang baru saja masuk ke dalam ruang kelas bersama Claudia di sampingnya

Juni yang memejamkan matanya, ia langsung mengarahkan pandangannya menuju sumber suara "Eh kenapa Na?." Tanyanya Juni yang tidak begitu mendengar dengan jelas

"Itu di depan, ada yang nyariin lo." Balasnya mengulang perkataannya tadi

Juni mengangguk, "Oh iya, makasih ya." Sahut Juni

Dena tersenyum dan mengacungkan ibu jarinya

Juni menepuk bahu Lyanna, "Na anterin ke depan yuk." Pinta Juni untuk meminta Lyanna menemani dirinya. Juli sudah berpesan kepadanya, bilamana ada seseorang yang Juni belum mengenalinya, Juni tak boleh menemui seorang diri melainkan harus ditemani oleh teman - temannya

Lyanna menoleh, "Kemana?." Tanyanya bingung

"Ke depan, kata Dena ada yang nyariin gue." Cerca Juni

Lyanna mengerutkan dahinya, "Jangan bilang orang yang ngelabrak lo, kalo misalkan dia mau celakain lo lagi gimana? Nggak usah Ni, gue takut." Lyanna menolak ajakan Juni dengan ocehan yang begitu cepat

Juni menghela nafasnya, "Yaelah Na, nggak semua orang berwujud sama seperti orang yang ngelabrak gue kali."

"Tapi kan..."

Juni menarik tangan Lyanna, "Udah ayo." Mereka berdua pun pergi ke luar kelas

Juni mengikat rambutnya tetapi tidak menggulungnya seperti mana Juli yang sering lakukan. Ketika sudah ia lakukan, ia melihat seorang laki - laki bertubuh tegap bersama seorang perempuan. Juni bingung, siapa sebenarnya dua orang yang menungguinya itu. Juni mendekatkan dirinya kepada kedua orang itu,

"Siapa ya?." Tanyanya penasaran

Perempuan itu berbalik badan, "Lo Juni ya?." Ia justru balik bertanya

Juni mengangguk kikuk, "I-iya gue Juni."

Perempuan itu mengulurkan tangannya, "Gue Aleta, Sekertaris Osis." Ucapnya memperkenalkan dirinya sendiri

CERITA JUNI & JULI [END]Where stories live. Discover now