Bab 33

683 41 2
                                    


Malam hari yang begitu sunyi, dua orang remaja terus saling diam dan tak saling pandang memandang. Posisi yang berjauhan membuat keduanya merasa sedang bermusuhan. Entah mengapa setelah Juni sudah sampai di depan gerbang rumahnya, saat itu juga Juli menarik paksa Juni untuk masuk ke dalam rumahnya. Dengan wajah bingung, Juni terus memperhatikan tingkah Juli yang menurutnya sangat aneh ini. Juli bersikap kasar terhadapnya, ia tidak seperti biasanya ketika Juli menggenggam pergelangan tangan Juni dan membuat Juni meringis hebat. Ia benar - benar heran dengan wajahnya Juli yang terus masam dan tak bicara satu kata pun kepadanya. Pandangan lurus ke arah balkon, membuat Juni sedikit ngeri melihat Juli. Kepalan kuat disertai tarikan urat saraf ditangannya, membuat Juni semakin merinding ketakutan. Ia takut Juli marah kepadanya lantaran Kenzo mengantar dirinya pulang ke rumah.

Juni yang terus memeluk boneka teddy bearnya, pandangannya tak pernah jatuh kesembarang arah, selalu memperhatikan gerak - gerik Juli yang menurutnya sangatlah aneh. Juni yang sudah membersihkan tubuhnya, ia mengambil pakaian untuk menutup tubuhnya agar tidak kedinginan. Udara kali ini cukup membuatnya yang ingin mandi, ia langsung terburu - buru membersihkan tubuhnya dan beranjak pergi dari kamar mandi. Ia melihat Juli mengenakan kaos oblong hitam disertai celana jeans pendek, yang membuat Juni ingin sekali membungkus tubuh laki - laki itu dengan jaket pinknya. Tapi setelah ia melihat tingkah Juli yang terus tak mau berbicara kepadanya, membuat niatnya diurungkan kembali dan akan tetap berdiam bersama boneka teddy bear kesayangannya.

"Besok kalo diajak pulang sama tu cowok, tolak! Kalo lo malah iyain, berarti lo ngasih kesempatan buat dia ngerebut hati lo dari gue!." Ucapnya datar dan penuh penekanan

Juni melihat rahang Juli sedikit tegap dengan sarafnya yang sedikit tertarik. Benar saja, ternyata Juli marah ketika laki - laki lain mengantar dirinya untuk pulang ke rumahnya. Dugaan tak pernah meleset, Juli cemburu kepada Kenzo yang mengantar dirinya pulang. Padahal yang kalian tahu, Kenzo seorang laki - laki bersikap baik dan ramah kepada siapapun, tapi Juli benar - benar tidak menyukai Kenzo yang munurut Juli Kenzo perlahan - lahan akan merebut hati Juni darinya.

"Tadi gue udah sempet pesen taxi online, dia paksa gue buat pulang bareng. Kalo lo nggak percaya, tanya temen - temen gue yang lain, mereka masih ada ketika lo lebih rela ninggalin gue pulang sendirian." Juni langsung mencetus ucapannya yang membuat Juli langsung menatap dirinya. Kenyataannya memang benar kan, Juli tidak mau berbicara dan dirinya lebih memilih untuk meninggalkan Juni pulang sendirian

"Ck, setelah lo kenal Kenzo, lo yang sering cerita tentang ini itu, tapi sekarang enggak. Jadi, buat apa gue nungguin orang yang sikapnya tiba - tiba berubah dan nggak mau terang - terangan." Sambung Juli yang terus mempermasalahkan masalah tadi

Juni memutar bola matanya, "Lo apaan si, gimana gue mau cerita kalo lo sendiri ngediemin gue tanpa ada kalimat yang keluar dari mulut lo. Dan apa gue harus bujuk lo supaya lo bicara terus tanya kenapa lo ngediemin gue dengan tiba - tiba, gitu?." Jawab Juni yang mulai emosi

Juli menghampiri Juni, ia duduk di hadapan Juni "Kalo emang lo ngehargain keberadaan gue, nggak mungkin juga dengan tiba - tiba lo ngelupain gue dan asik sama geng cowok baru lo." Tuturnya sambil menunjuk wajah Juni

Juni menghela nafasnya, "Yaampun, lo tuh kenapa si Jul. Cuma masalah gue terima kasih sama Kenzo aja, lo sampe segininya." Cercanya

"Bukan masalah terima kasihnya, gue nggak suka tuh cowok brengsek deketin lo dengan cara pura - pura alim supaya lo masuk ke dalam rencana dia. Dan gue nggak suka ketika tangan dia dengan lancangnya pegang - pegang pipi lo segala macem." Juli tak ada hentinya yang terus berkicau seperti Ibu - ibu komplek ketika memarahi anaknya yang salah bermain

Juni mengusap wajahnya, "Yaampun Juli sayangku, cintaku, manisku, dan yang terrrcerewet persis kayak Mamah," Menghela nafasnya sebentar, "Gini ya gini, udah beberapa kali gue coba bahkan gue tepis tangannya, tapi yang namanya orang gemes gimana sih, ya kayak lo yang suka banget cubitin pipi sama hidung gue padahal punya lo jauh lebih - lebih dari punya gue."

CERITA JUNI & JULI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang