Bab 25

839 42 0
                                    


Dengan terbiasa, Juli menggandeng lengan Juni ketika mereka berjalan di koridor sekolah. Banyak tatapan yang tidak mengenakan bilamana Juli bertingkah seperti ini kepada Juni. Juni pun sudah berpuluhan kali mengingatkan Juli dengan persoalan ini, tetapi Juli terus enggan menerima peringatan Juni. Juni sendiri sebenarnya muak terhadap tatapan alay yang tersirat dari wajah para fans fanatiknya Juli. Belum lagi dengan Adik kelas yang menatapnya dengan tatapan binatang buas yang siap memangsa dirinya sekarang. Tetapi, Juli selalu berpesan terhadap Juni untuk menghiraukannya saja. Tetap saja, Juni tidak enak dengan tatapan seperti itu bila manatap dirinya. Dari dulu, waktu awal MOS, Juli sudah seperti ini terhadap Juni. Bahkan dulu pas Juni sedang diminta tanda tangan kepada Kakak kelas yang diperintahkan oleh Osis, ia pernah dicaci maki oleh sekeludup cewek centil. Ia dikerjai habis - habisan oleh sekeludup cewek centil itu, ia dikerjai dengan cara merobek buku yang diberikan oleh Osis untuk dimintai tanda tangan. Untung saja Juli selalu mengawasi gerak - gerik Juni kemanapun, dengan gantle nya, Juli melabrak sekeludup cewek centil yang mengerjai Juli dengan cara menyibakan seragam putih mereka dengan jus buah naga.

Sekarang, bagaimana pun kondisi mereka saat ini, Juli selalu menjadi tameng buat Juni. Ia tidak mau teman kecilnya menjadi buronan kelas XII yang sepantaran dengannya dan Adik kelas yang ikut terpancing oleh Kakak kelasnya sendiri. Mau tidak mau, ia harus bersedia terjaga di samping kanan-kiri depan-belakang Juni. Ia tidak pernah rela ada satu orang pun yang berhak menyakitinya tanpa sepengetahuannya. Siapa yang berani memperlakukan Juni sebagai seorang budak dengan pesuruh seratus orang, hari itu ia harus bersedia berhadapan dengan Juliano Putra Aldebaran. Tak tanggung - tanggung juga Juli menghadapi siapapun, entah itu perempuan atau laki - laki yang menyakiti Juni, ia harus bisa melawan seorang Juliano.

"Juli, bisa lepas nggak sih." Cicit Juni tidak terima

"Apaan sih, nggak usah diliatin makanya. Lagi juga mereka lebay banget si, tiap hari kita lewat selalu diliatin kayak gitu. Belom aja gue siram pake alkohol." Cibir Juli yang menatap nanar para cewek centil yang terus memperhatikan mereka

Juni memutar bola matanya malas, "Bodo ah, terserah lo."

Juli terus menggandeng Juni, tidak melepasnya setelah Juni memaki dirinya, ia semakin mengeratkan gandengannya. Melewati para mata ular, dengan santai Juli membawa Juni pergi ke lantai atas untuk segera sampai ke kelas mereka. Setiap tatapan mata ular, Juli memancing mereka dengan cara bergelut yang semakin menjadi kepada Juni. Juni yang merasakannya, ia justru semakin risih diperlakukan seperti ini terhadap Juli. Sampai mulutnya berbusapun, ucapnnya tetap tidak didengar oleh Juli. Juli sendiri semakin manja dengannya.

Ketika mereka sampai di kelasnya, seperti biasa juga teman - temannya ikut memperhatikan mereka berdua. Ingin rasa Juni mencolok mata mereka menggunakan garpu, apalagi dengan Lisa The Gang, mereka memang paling - paling menggosipi dirinya dengan Juli. Juli yang sudah melepaskan gandengannya, Juni pun mendudukan tubuhnya dengan kasar.

Lyanna yang berada disampingnya, ia mengerutkan keningnya "Kenapa lo Jun, kayak biasa lagi?." Tanyanya

Juni mengangguk, ia mengusap wajahnya gusar "Capek gue, rasanya gue bener - bener pengen pindah sekolah aja nih."

"Sabar Bu, netijen sirik mah gitu. Kita antepin aja udah, nanti mereka sendiri yang capek." Balasnya mengelus pundak Juni

Melda dan Bianca yang penasaran, mereka membalikan tubuhnya mengahadap ke belakang. Mereka berdua saling tatap, mengerutkan keningnya masing - masing.

"Ada apa dah Ibu negara?." Tanya Bianca penasaran

"Biasa, fans fanatiknya Juli Bi." Cerca Lyanna cepat

Bianca yang sudah menduganya, ia memutar bola matanya "Anjir emang tuh cewek centil, belom aja gue siram pake bensin." Katanya dengan so 'jagoan'

"Emang, belom aja kalo Bianca siram gue bakar pake korek gas." Sambung Melda yang sama dengan Bianca

CERITA JUNI & JULI [END]Where stories live. Discover now