Bab 49

608 33 0
                                    


Juni berhasil. Berhasil dalam arti luas, ia berhasil berada di samping Juli saat ini. Juni yang sibuk memperlihatkan foto bercetak polaroid kepada Juli, ia sangat berantusias memperlihatkannya kepada Juli. Begitu banyak yang ia cetak untuk dipajang di meja belajarnya, beberapa foto ia simpan di dalam dompetnya dan juga dibelakang soft case ponselnya. Juni yang sibuk memilih beberapa foto untuk ia pajang di ruang tengah, Juli hanya melihat begitu antusiasnya Juni dengan aktivitas tersebut. Juli hanya mengangguk - angguk saja ketika Juni memperlihatkan mana foto yang bagus untuk dipajang dan mana yang tidak. Juli sibuk dengan belaian tangannya yang terus membelai rambut Juni. Ia merasa sedikit lega ketika Juni bercuap - cuap aneh tadi, sekarang sudah kembali semula lagi. Entah mengapa, hatinya terasa enggan untuk meninggalkannya pergi ke rumah Kyra. Ia juga tak enak hati untuk meminta izin kepada Juni disaat - saat seperti ini.

Apa yang kalian rasakan, ketika seseorang yang baru saja menemui orang yang paling berharga tiba - tiba ia ingin meminta izin untuk menemui orang yang menurutnya lebih penting juga?, sedikit terasa sakit bukan. Bagaimana bisa ia ingin meminta izin untuk menemui Kyra kepada Juni sedangkan ia saja baru menemuinya setelah seharian tidak menemuinya. Apa mungkin Juni menyetujuinya setelah Juli meminta izin kepadanya?, Juli benar - benar gemetar ketika ingin mengatakan beberapa kata kepada teman kecilnya, belahan jiwanya itu. Sungguh, ia tidak tega ingin meninggalkannya lagi untuk pergi bersama teman kecil disana. Ia melihat Juni masih sibuk dengan cetakan polaroid yang berserakan di meja sana.

"Li gimana soal ini, bagus nggak?." Tanyanya dengan menunjukan beberapa polaroid yang sudah tergantung rapih di wooden clip

Juli mengangguk, ia mengusap puncak kepala Juni "Semuanya yang lo unjukin bagus Ni, kecuali foto - foto aib gue yang lo potret."

Juni terkekeh, "Hehehe banyak aib gue juga ko disini, berarti kita adil wleee." Jawabnya sambil menjulurkan lidahnya

"Kebiasaan, belom aja mulut lo gue solasiin." Sahut Juli kesal ketika melihat Juni menjulurkan lidahnya

Juni memanyunkan bibirnya. Ia kembali menyusun polaroid itu untuk dijepit lagi dengan wooden clip. Setelah beberapa tali sudah terususun dengan polaroid, ia mengambil paku kecil serta martil. Ia pun berjalan ke belakang, meletakan paku kecil itu dibawah figura besar yang terpampang foto dirinya dengan Juli. Ia menahan paku itu dengan satu tangan kirinya dan satu tangan kanannya memegang martil untuk siap memukul paku kecil itu.

"Awas kena tangan." Titah Juli memperingatkan Juni

Juni mengangguk, "Iya bawel."

Juni pun memukulnya dengan pelan - pelan agar tidak melukai ibu jari dan telunjuknya. Setelah paku - paku itu sudah terpasang dengan baik, ia menyimpan martil itu dan mengambil tali wooden clip untuk segera dipasang. Semuanya sudah terpasang dengan sesuai keinginan Juni. Juni beralih ke tempat semula yang tepat di samping Juli, ia menyenderkan kepalanya didada Juli dan memainkan hidung mancungnya. Juni sangat menyukai hidung Juli yang lebih mancung dari hidungnya. Juli yang diperlakukan seperti ini terhadap Juni, ia hanya senyum - senyum saja ketika hidungnya dimainkan layaknya anak kecil yang sangat menyukai dirinya.

"Suka banget ya mainin hidung gue, padahal lo sendiri juga punya." Celetuk Juli

Juni mendongak, menatap Juli sinis "Emang kenapa si, sombong bener."

Juli menjembil pipi Juni, "Emang paling bisa banget yaaa." Cicitnya begitu gemas

Farah dan Dika ikut menimbrung di ruang tengah ini bersama kedua anaknya. Farah yang begitu bahagianya ketika melihat kedua anak ini bisa sama - sama lagi, ia merasa lega hati. Begitu juga dengan Dika, Dika begitu lega melihat kedua anaknya bisa bersama lagi. Sesuai dengan keinginan mereka, mereka hanya ingin keduanya tidak bisa dipisahkan. Apapun kondisinya, mereka hanya sedih ketika keduanya tidak ada komunikasi atau saling bertatap muka. Mereka mau, keduanya tetap menjadi remaja labil dan suka membuat suasana hati selalu bahagia.

CERITA JUNI & JULI [END]Where stories live. Discover now