Bab 34

646 44 0
                                    


Kring kring kring

Bel pulang sekolah pun berbunyi. Teman - teman Juni ditambah teman - teman Juli yang terus khawatir dengan keberadaan Juni, mereka tak bisa konsen ketika belajar tadi. Juli yang sudah menelpon Juni, sambungnya selalu bernada operator yang menjawab telponnya. Juli semakin panik dengan keberadaan Juni yang sedari LAB Bahasa, Juni belum kembali ke ruang kelasnya. Ia sudah mencari ke tempat - tempat yang sering dikunjungi Juni, mulai dari kantin satu, kantin dua, perpustakaan, dan setiap tempat yang menurut Juli kosong, tetapi tetap saja Juli tak menemukan Juni dimana pun. Ia belum mengecek ke tempat yang berada di lantai tiga, menurut Juli sendiri Juni tak pernah menginjakan kaki ke lantai tersebut kecuali seorang guru memerintahkan dirinya untuk mengantar sesuatu kesana.

Selesai pelajaran terakhir dan bel sudah berbunyi, ketujuh orang ini terus mencari tahu dimana Juni pergi. Pihak teman - teman Juni terus berkeliling mencari Juni dan menanyakan bilamana ada yang melihatnya. Pihak teman - teman Juli terus mengoprek ponselnya untuk melacak gprs ponsel Juni. Mereka terus melacak keberadaan Juni melalui ponselnya yang sudah terpasang alat pelacak keberadaan seseorang. Juli yang tak bisa diam, ia mondar-mandir seperti setrikaan yang sudah sangat panas. Perasaan yang menurutnya tak enak ketika Juni menolaknya untuk ditunggui, terjadi nyata. Juli yang bisa menebak hatinya, ternyata ia tak melihat Juni kembali lagi ke kelasnya. Perasaan yang sudah membara, ia terus menyalahkan dirinya gara - gara Juni belum juga kembali. Apa yang akan ia katakan ketika Mamahnya, Nadine mengetahui anak perempuan satu - satu di keluarganya tidak berada di kelas semenjak beberapa jam yang lalu. Ia benar - benar frustasi sekarang, ia takut Kakak laki - laki Juni akan bertindak tegas kepadanya.

Adriel yang sudah berulang kali menenangkan Juli, Juli selalu memarahinya bahkan bertingkah emosi. Juli bila sudah seperti ini, sikap dan tingkah lakunya langsung berubah wujud menjadi orang yang kasar dan tak mau mendengarkan pembicaraan orang lain. Kepalan tangannya yang sudah mengeras membuat kuku jarinya memutih. Rahangnya yang tegap, ditambah tatapan seperti seseorang psycopath dapat menjadi tatapan yang ditakuti orang - orang yang melihat dirinya. Satu kaki yang ia naik ke meja guru, pandangannya lurus ke depan papan tulis. Ia menjambak rambutnya, rasa bersalahnya mulai menguasai dirinya sekarang.

"ARGH!!!."

Brugh

Juli kesal, ia berteriak dan meninju papan tulis. Ia tak peduli dengan papan tulis yang ia pukul sedikit retak, rasa emosinya terus ia keluarkan dengan benda mati disekelilingnya. Naufal, Liam dan Adriel yang terus mengawasi Juli, mereka bertiga langsung menghentikan aksi Juli yang tidak bisa menyelesaikan masalah dengan cara seperti ini.

"Jul udah Jul! Sekarang lebih baik kita cari Juni, bukan dengan cara lo nyiksa diri kayak gini." Adriel menahan tangan Juli yang akan Juli layangkan lagi

"Bang udah Bang, kita cari baik - baik. Lo tenangin diri lo dulu Bang." Cerca Liam yang sedari tadi mengidik ngeri melihat kawannya sudah seperti ini

"Juni gue Ril, Juni gue!." Katanya dengan suara parau

"Gue ngerti perasaan lo, sekarang lebih baik tenangin diri lo dulu Bang. Kita semua lagi usaha buat cari Juni lo ko." Adriel terus menenangkan Juli

Adriel menarik tangan Juli dan membawanya untuk menenangkan dirinya terlebih dulu. Ia mengambil air mineral yang sebelumnya dibeli oleh Liam. Menyerahkan air mineral itu kepada Juli, dan Juli meneguknya sampai tandas. Naufal yang menepuk - nepuk bahu Juli, ia bisa merasakan bagaimana rasanya jadi Juli yang tengah khawatir seperti ini. Setelah Juli minum, ia pun mengatur nafasnya dan sebisa mungkin menahan emosi yang terus menyerang dirinya. Dari arah pintu masuk, terlihat ketiga teman - teman Juni dengan nafas ngos - ngosan. Mereka yang baru sampai setelah berkeliling mencari Juni, sekarang tiba di dalam ruang kelasnya.

CERITA JUNI & JULI [END]Where stories live. Discover now