Bab 79

534 31 0
                                    

"Makan ya, sedikit aja. Biar keisi perut kamu." Kenzo terus membujuk Juni agar mau mengisi perut kosongnya

Juni kembali menggeleng. Menolak beberapa kali suapan dari Kenzo, ia terus menutup mulutnya.

Kenzo yang terlihat pasrah, ia meletakan sendok itu ke mangkuk berisikan bubur ayam, "Kamu mau makan apa? Dari pagi kamu belom sarapan lho, makan ya, nanti kita pergi jalan - jalan deh 'mau?."

"Aku nggak mau Zo, nggak enak banget mulut aku. Serius." Balasnya yang menolak tawaran Kenzo

Setelah acara dua hari lalu, Kenzo terus merawat Juni seperti mana seorang suster merawat pasiennya. Hal utama yang paling ia prioritaskan ialah, ia menginginkan Juni sembuh dan kembali menjalankan aktivitas seperti biasanya. Dengan waktu yang seperti ini, membuat keduanya enggan untuk pergi dari kamar hanya sekedar menghirup udara segar.

Semenjak kejadian kemarin, Juni hanya mengizinkan Kenzo masuk dan tidak dengan orang - orang yang lain. Juni masih mengingatnya, dimana Aiden, Nadine dan juga Abangnya 'Arkan, mereka semua meminta dirinya untuk merelakan 'kekasih bayangan'nya menjadi milik perempuan lain.

Bukankah itu sebuah kejanggalan? Mengapa mereka membiarkan Juli menjalin kasih dengan Kyra, sedangkan dulu 'mereka semua tau bahwa Juni selalu bersama dengan Juli dan enggan untuk dipisahkan. Tapi mengapa dengan sekarang? Apa yang membuat mereka mengubah pikirannya. Rasa - rasanya, kehidupan kedua ini memang tidak begitu adil untuk ia jalankan.

Kenzo mengusap pipi Juni, "Kamu nggak bosen emangnya? Kalo kamu sembuh, kita jalan, kemana aja."

Juni mengambil tangan Kenzo yang mengusap pipinya, membawa tangan besar itu lalu ia simpan dengan kedua tangannya.

Melihat tingkah Juni seperti ini, Kenzo menyimpan mangkuk bubur ini ke nakas, "Lagi pengen apa sih, hm?."

"Aku terlalu jahat nggak sih sama kamu Zo?."

Dahi Kenzo berkerut, "Maksud kamu, apa?." Tanyanya yang sedikit bingung dengan perkataan Juni

Juni menggeser sedikit tubuhnya, memberi celah dan menepuk kasurnya untuk meminta Kenzo segera duduk disampingnya. Kenzo yang diberi intruksi pun, ia langsung memindahkan tubuhnya dekat dengan tubuh Juni.

Juni menyimpan kepalanya dibahu Kenzo, mengusap tangan besar Kenzo yang berada digenggaman tangannya, "Aku sebenernya jahat nggak sih sama kamu?, aku takut 'kamu bakal pergi ninggalin aku gara - gara nggak ada kejelasan sama status ini."

Kenzo tersenyum manis, ternyata Juni memikirkan tentang hubungannya ini. Kenzo sudah berandai yang tidak - tidak, mengenai apa yang ingin dikatakan Juni. Ternyata, Juni hanya mengkhawatirkan persoalan hubungan yang belum jelas statusnya, dan Kenzo pikir - pikir 'perkataan itu mampu membuat hatinya sedikit menggelitik.

Kenzo mencubit pipi Juni kecil, "Aku pikir apa coba, kamu tuh ya, gemesin banget."

Juni memanyunkan bibirnya. Hatinya terus bergejolak dengan apa yang barusan ia katakan. Ternyata seperti ini rasanya, perasaan yang belum pasti jawabannya. Dalam hati, ia terus berdoa kepada Tuhan mengenai hubungan yang ia jalan bersama Kenzo ini 'agar tidak putus ditengah jalan.

"Kamu mau aku apa sama kamu, hm? Kalo misalkan aku nembak kamu buat jadi pacar aku, itu buang tenaga aku doang tau."

Juni seketika langsung menoleh, menatap Kenzo penuh tanda tanya dan berpikir keras mengenai perkataan Kenzo barusan, "Maksud kamu apa, kenapa ngomong kayak gitu?."

Kenzo menarik ujung hidung Juni dengan gemasnya, "Jangan negatif dulu, kamu suka aja deh langsung baper sama apa yang aku ngomong."

"Ya gimana nggak langsung baper, ucapan kamu aja kayak gitu. Pokonya aku nggak mau ya, kalo ucapan kamu bakal nyakitin aku terus kamu ninggalin aku gara - gara aku gampang baper." Ucapnya sambil menunjuk wajah Kenzo

CERITA JUNI & JULI [END]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora